Jimin yang terus saja mendengar suara Jungkook yang kian keras membuat pemuda itu berusaha keluar dari kamarnya.
Namun, pintu kamar itu terkunci. Jimin terus mendengar suara Jungkook memanggilnya.
"Tae..... Taehyung-ah.... buka pintunya!"
Pemuda itu terus menggedor pintu kala panggilan itu semakin keras.
"Jim.... ini eomma, kemarilah nak."
"Eomma? Eomma ada di sini, Tae buka pintunya!"
"Hentikan Jimin-ah, kau bersamaku sekarang! Mereka tak ada disini." Bentak Taehyung dari luar kamar, pemuda itu tak ada niat untuk membukakan pintu untuk Jimin.
"Jim, kau mendengar appa. Appa mohon kemarilah nak..... kau harus bersama kami."
Kini suara sang ayah turut memasuki indra Jimin, pemuda itu semakin kalut dengan kondisinya.
"Tae, jebal...... buka pintunya!" Jimin semakin gencar menggedor pintu kayu kamarnya.
"Hyung ini Cooky...... hyung."
"Kau tak merindukan eomma Jimin-ah?"
"Jim.... kami menunggumu nak."
"Hyung.....!"
"Jimin-ah....!"
"Argh..........! Kumohon hentikan........!!" Pemuda Park itu meringkuk di dekat pintu kamarnya dengan tangan yang menutup rapat telinganya.
"Ini mimpi, aku ingin bangun..... bangunlah Park Jimin!!" Semakin tak mampu menahan suara yang masuk di telinganya, Jimin mulai menarik kasar rambutnya.
Sampai suara kunci pintu membuat Jimin merangkak berdiri, berharap Taehyung membantunya.
"Tae...."
"Sadarlah Park Jimin! Mereka telah pergi, kau bersamaku sekarang dan akan tetap begitu!" Bentakan Taehyung membuat tubuh Jimin terjatuh, suara Jungkook, eomma dan appanya kembali mengisi gendang telinganya.
"Argh..... Tae....!!"
"Jim tatap aku kau akan tetap disini, dan tidak akan pergi kemanapun. Abaikan suara itu dan ikut denganku!"
Kamar Jimin yang bernuansa pastel berubah menjadi ruangan kosong dengan pemandangan langit yang seakan tak berujung.
Semuanya berubah, Taehyung yang masih berdiri dihadapnnya dengan mencengram erat bahunya nampak menunjukkan emosi.
"Tae.... apa yang terjadi?"
"Kau yang memaksaku Jimin-ah, kau yang memaksaku melakukan ini."
Jimin masih tak dapat menalar perkataan sepupunya itu, tapi yang ia tau pasti suara Jungkook kembali hadir.
"Tae.... Jungkook memanggilku, aku..... aku harus pergi." Tangan Taehyung berpindah menggenggam erat lengan Jimin, pemuda itu menggeleng mantap menolak perkataan pemuda Park itu.
"Kau yang telah datang menjemputku, maka sekarang kau harus tetap bersamaku Jimin-ah."
"Tae... lepaskan, kumohon...."
Berontakan Jimin seiring dengan suara keluarganya yang terus memanggilnya. Ia tak peduli lagi dengan Taehyung yang semakin erat menggengam lengannya.
Hingga, Taehyung mendorong kasar tubuh Jimin, membuat pemuda itu terjerembab. Tubuh Jimin mulai terasa berat dan tak mampu untuk bergerak.
Suara Jungkook memanggilnya kian menjadi, rasa sakit yang menjalar ditubuh pemuda Park itu membuatnya merintih kesakitan.
Pening yang luar biasa dan rasa sesak di dadanya. Ia masih dapat melihat Taehyung yang menatap kearahnya, seakan membiarkan Jimin berperang dengan rasa sakit itu.
"Tae...." gumam Jimin pelan dengan sisa tenaga yang ia punya, kala tubuhnya kian tenggelam dalam rasa sakit.
"Mianhae Jimin-ah, karena telah menahanmu." Suara terakhir Taehyung yang dapat Jimin dengar sebelum kegelapan menguasai dirinya.
🍃🍃🍃
Jimin, pemuda yang mulai mengerjapkan matanya tangannya bergerak gelisah mencengkram selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.
Ketika mata itu mulai terbuka, pening menguasai kepalanya. Ia tak mampu membuka mata lebih lama lagi, hal yang dapat ia dengar hanyalah suara seorang pria asing memanggil namanya.
Kali kedua Jimin berusaha membuka mata, ia dapat melihat lebih jelas walaupun itu mungkin hanya bayangan semu.
Ia dapat melihat seorang pria melambaikan tangan dihadapannya dengan sesekali memanggil namanya. Namun itu tak lama sampai kegelapan kembali menguasai dirinya.
Dan dikali ketiga ia melihat dan mendengar hal lain. Jimin dapat melihat keberadaan Jungkook disampingnya.
"Hyung...... Jimin hyung." Ingin sekali Jimin membalas panggilan Jungkook. Namun bahkan untuk menggerakkan tubuh saja begitu sangat sulit.
Apakah ia dirumah sakit? Apa yang sebenarnya terjadi? Kiranya itu beberapa pertanyaan yang berputar di benak Jimin saat ini.
Tak lama seorang pria dengan setelan jas putihnya tiba, Jimin hanya diam kala pria itu entah melakukan apa pada tubuhnya.
Intinya pria itu nampak bernapas lega dan keluar meninggalkan ruangan, selang beberapa saat Jimin kembali melihat Jungkook kali ini diikuti dengan kedua orang tuanya.
Pergerakan Jimin terhambat oleh alat medis yang mengitari tubuhnya, ia hanya bisa menggenggam tangan sang ibu yang mulai menangis disampingnya.
Sungguh ia ingin bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya selama ini.
"Aku senang akhirnya hyung sadar." Jungkook mendekat dan berusaha memeluk Jimin pelan tanpa menyakiti kakaknya.
"Appa tau, kau pemuda yang hebat." Kini giliran Tuan Park yang mengusap lembut rambut hitam Jimin.
"Terimakasih karena tetap bersama kami."
Ucapan sang ibu membuat Jimin mengernyit, apakah ia membuat keputusan yang tepat? Apakah mimpi itu akan kembali? Dan bagaimana dengan Taehyung?
Bersambung..........
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Real
General FictionTerbagun dan kembali tertidur dengan situasi yang membingungkan, tak ada jawaban hanya labirin tanpa ujung. - Park Jimin - Diriku dan segala pertanyaanku.