Cara mencintai diri sendiri itu, bagaimana?

18 4 0
                                    

Dari dulu itu saya gak pernah ada rasa keberatan untuk gabung dan berkumpul dengan teman-temannya Bintang.

Tapi semenjak hari itu, saya mulai merasa tak nyaman dan takut jika berkumpul dengan mereka.

Seperti saat ini.

Sudah hampir tandas jus jambu digelas milik saya, dan sudah terlampau basah telapak tangan saya dilapisi keringat.

Bintang masih asik bicara sambil tertawa dengan bang Yugo.

Awalnya kami sengaja ke Starbucks untuk jalan berdua saja, tapi apa daya malah bertemu dengan teman-teman Bintang.

Saya awalnya tak masalah,

Sangat tak masalah.

Tapi mengingat obrolan Kak Yugo dengan kak Theo tempo hari itu, rasanya saya tak bisa bersikap biasa saja seolah tak ada yang salah.

"Gue heran ya, mereka bisa lama. Gue kira cuma sebulan dua bulan doang."

Saya waktu itu sedang duduk sendiri, ditempat ini. Starbucks.

Biasa, me time.

"Siapa Go?"

"Bintang sama sepupunya si Jep."

Kak Theo hanya mengangguk sambil mengaduk gelas minnuman didepannya.

"Ya kenapa gak bisa juga? Cocok-cocok aja kali gue liat mereka."

"Gue malah ngerasa gak sreg tahu. Kan si Bintang anaknya gak banyak ngomong, nah si Tata juga. Ya heran aja mereka yang setipe bisa lama gitu pacarannya."

"Yaelah Go, yang pacaran kan mereka yang tahu ya mereka juga lah. Bisa aja kan mereka nyaman sama keadaan yang lo anggap gak banget itu."

"Ya tetep aja Yo, gak seru. Si Tata mah gak banyak ngomong, kalo kumpul juga diam mulu. Gak asik."

Gak asik

Satu dari ratusan hal yang gak saya suka dari diri saya.

Selain ceroboh, pelupa, plin-plan, saya juga gak asik.

Hidupnya datar.

Gak bisa cairin keadaan.

Sama kaya situasi kali ini.

Hampir sejam Bintang dan yang lain bertukar cerita dan hampir sejam pula saya hanya diam sambil menyibukkan diri sendiri.

"Mau pesen minum lagi Ta?" suara pelan kak Kiran mengganggu monolog saya.

Saya menatap kearah kak Kiran yang tersenyum, kemudian menggeleng kearahnya. "Enggak kak, masih ada kok."

"Jangan malu-malu kali Ta, kaya sama siapa aja." kali ini kak Theo yang bicara pada saya.

Saya hanya tersenyum sambil mengangguk.

Saya gak merasa malu.

Saya hanya bingung, situasi macam apa ini?

Kenapa disaat ramai seperti ini pun saya merasa sendiri.

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang