New Born

110 6 1
                                    

Lingga pamit dengan Ibu Gia setelah memberikan segala keperluan Gia, termasuk vitamin dan asupan makanan bergizi lainnya. Setelah mengucap terima kasih, Lingga berpamitan dengan Ibu Gia.

Sebelum langkah kakinya menjauh, ia sempat menanyakan Gia.

"Gia masih belum mau bertemu Lingga, Ma?"

Ibu Gia menggeleng,"Belum, Lingga. Maafin Gia, ya."

Lingga terkekeh kecil,"Lingga yang seharusnya minta maaf ke Mama dan Gia, karena Lingga gak menjaga Gia dengan baik, dan sudah mengecewakan Gia."

"Masalah dalam rumah tangga itu biasa, Lingga. Kamu harus sabar, ya. Dia pasti akan membuka pintu maafnya lagi untukmu," ucap Ibu Gia menenangkan Lingga.

Dengan tatapan putus asa, Lingga pamit.

"Lingga mau titip pesan aja ke Gia, Ma."

"Apa? Nanti Mama sampaikan."

"Tolong sampaikan ke Gia, bahwa Lingga akan selalu menunggu kepulangannya. Kapan pun itu. Dan, Lingga bersedia mengganti semua waktu yang telah hilang di antara Gia dan Lingga. I'll protect her at all cost."

Mendengar ucapan Lingga barusan, Gia yang mendengarkan dari balik pintu pun terenyuh. Hatinya goyah. Harus 'kah ia memaafkan Lingga sekarang?

Saat Lingga mulai pergi meninggalkan rumah Gia, Gia mengintip kepergian laki-laki itu dari balik pintu rumahnya. Dengan berlinang airmata, Gia menatapnya iba.

Gia rindu Lingga.

Hanya saja, Gia masih terus terbayang oleh Karina.

Dan, rumah tangganya berada di ambang kehancuran.

Ibu Gia menyeka airmata di pipi putrinya,"Gia, maafkanlah Lingga. Sudah cukup waktu kau menghukumnya. Ini sudah 8 bulan berlalu. Dia pasti rindu."

Tangis Gia pecah dalam pelukkan sang Ibu.

"Gia juga rindu Lingga, Ma," ucapnya dengan nada bergetar.

Ibu Gia membiarkan putrinya menangis, tenggelam dalam kerinduannya yang tak tersampaikan.

Ia ingin memaafkan, hanya saja, ingatan yang terkenang terlalu menyakitkan.

Gia ingin kembali, hanya saja, ingatan yang ia miliki membuatnya berpikir dua kali.

Ia ingin kembali, hanya saja...

...tidak hari ini.

-

"Gia, yuk bisa yuk, tarik napasnya, sekali lagi yuk," ucap dokter kandungan yang menangani persalinannya.

Dengan sekuat tenaga, Gia berusaha untuk mendorong bayinya keluar. Namun, ia masih belum cukup kuat.

"Ma, Gia gak kuat," ucap Gia sambil menitikkan airmatanya.

"Gia, yang kuat ya, sayang. Kamu pasti bisa."

"Maaf, ini suaminya mana, ya? Kita butuh suaminya di sini."

"Sedang on the way ke sini, dok."

On the way?

Lingga?

Lingga akan datang?

Apa 'kah ia akan datang setelah apa yang ku lakukan padanya?

Lingga, datanglah. Ku mohon. Aku membutuhkanmu.

Aku membutuhkanmu untuk membuat bayi kita lahir dan melihat dunia.

Datanglah, Lingga.

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang