Break

57 7 0
                                    

"Gi, buka pintunya, Gi," ucap Lingga sambil mengetuk pintu kamarnya. "Dengarkan penjelasanku dulu."

Gia menangis. Ia marah. Tapi, ia berusaha untuk menahan perasaannya. Ia tidak ingin kejadian buruk menimpanya kembali. Atau, bisa jadi ia akan kehilangan harta paling berharganya saat ini.

"Gi, please, dengerin dulu."

Kenapa dia harus muncul dan merusak honeymoonnya seperti ini? Baru saja merasakan bahagia, tapi sudah kembali dihantam dengan perasaan cemburu yang membuatku tersiksa. Gumam Gia.

Wait. Cemburu?

Aku?

Aku pasti sudah gila.

Gia mengacak rambutnya frustasi.

Selama 30 menit sudah ia mengurung diri di kamarnya. Meninggalkan Lingga dalam perasaan bersalahnya. Saat Gia ingin menuangkan amarahnya, saat itu juga ia kembali teringat, bahwa saat ini ada yang lebih penting dipikirkan dibanding apapun.

Calon bayinya.

Setelah berusaha menangkan dirinya, Gia pun membuka pintu kamarnya. Dan, mendapati Lingga yang sedang duduk di sana. Nampak jelas perasaan bersalahnya saat itu.

Lingga langsung memeluk Gia dengan erat.

"Maaf, Gia. Maaf. I didn't mean it," ucap Lingga.

Gia melepaskan pelukan Lingga, menatap wajah laki-laki itu dengan tatapan dinginnya.

Menunggu penjelasan.

"Hari itu, aku memang bertemu dia. Tapi, itu bukan inginku. Aku juga tidak mengerti mengapa dia tiba-tiba berada di sana. Aku tidak pernah berjanji untuk bertemu dengannya. I swear. Dan, soal ci –"

Raut wajah Gia tidak berubah. Ia masih ketus tanpa sedikit pun senyum di wajahnya.

"Soal itu, saat itu dia mabuk, dan dia meracau. Lalu, itu terjadi begitu saja. Tapi, aku tidak pernah berniat menciumnya. I swear to God if i lie to you."

Gia masih diam.

"Aku juga tidak tahu dari mana ia tahu keberadaan kita saat ini. Gia, i'm sorry," ucap Lingga tulus.

"Kau pernah berkata bahwa apapun yang aku rasakan, aku harus mengungkapkannya padamu."

"Benar. Sekarang, apa ada yang ingin kau katakan?"

"Ada," nada bicara Gia yang dingin mampu membuat Lingga ketakutan. "Aku tidak menyukai Karina. Dan, aku tidak suka jika kau terus bertemu dengannya."

"Aku mengerti. Dan, ini tidak akan terjadi lagi. I promise."

"Apa kau masih mencintainya?"

Lingga terdiam sejenak sebelum menjawabnya, dengan gugup akhirnya Lingga pun menjawab sambal menundukkan wajahnya,"Entah pada siapa perasaanku, aku akan tetap milihmu. Dan, akan selalu kamu, Gia."

Jawaban Lingga tidak sesuai harapannya, Gia menyunggingkan senyum getirnya.

Jadi, kau benar-benar masih mencintainya? Dan, kau bertahan denganku karena anak ini?

Gia menghela napasnya. Merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dengan berbagai macam rasa kekecewaanya yang ia simpan rapat-rapat. Tapi, hari ini, ia tidak lagi mampu berdiam diri.

Ia perlu waktu untuk mencerna semua yang telah terjadi.

Ia perlu waktu untuk menerima semua kenyataan ini.

"Gia, apa kau sudah memaafkanku?" tanya Lingga pada Gia yang tidak merespon apa-apa.

Dengan langkahnya yang lunglai, Gia hanya menjawab,"Belum. Dan, tolong jangan ganggu aku."

Lingga terdiam. Ia memundurkan langkahnya dan duduk di sofa. Dari kejauhan, ia hanya mampu memandangi Gia. Tidak berani berbicara.

Dalam penyesalannya, ia berharap Gia akan memaafkan.

Ia menyesal.

Dan, ia ingin Gia menatapnya sambil mengembangkan senyumnya. Mengatakan bahwa semua baik-baik saja.

Ia ingin pernikahannya berakhir bahagia.

"Lingga," panggil Gia.

Tak disangka, suara yang ia rindukan beberapa saat lalu pun memanggil namanya. Dengan cepat, Lingga datang menghampiri Gia dengan mata berbinar.

Di saat Lingga menghampiri Gia dengan senyum sumringah di wajahnya, di saat yang bersamaan juga Gia mematahkannya.

"Let's we break," kata Gia.

Deg.

Jantungnya berhenti sepersekian detik.

"M-maksud kamu?"

Dengan mata terpejam dan napas yang berat, Gia pun akhirnya mengatakan,"Aku butuh waktu. Mari kita saling berjaga jarak saat ini. Aku tahu kau menyesal. Tapi, aku tidak bisa menerimamu secepat ini. Aku butuh waktu untuk kembali menerimamu, ada di hidupku."

Tak disangka, kesalahan Lingga berakibat fatal.

"Tapi, Gi-"

"Tenang saja, aku tidak berniat memisahkan kau dan anakmu. Hanya saja, aku perlu waktu untuk ini semua. Ini terlalu melelahkan, Lingga. Tolong, hormati keputusanku. Kau pernah berkata akan menjadi siapapun yg ku butuhkan dan apapun yang ku inginkan. Hari ini, aku ingin kau dan aku berpisah untuk sementara. Aku akan kembali saat aku sudah mampu memaafkanmu," ucap Gia panjang lebar.

Jantung Lingga berdegub dengan sangat kencang. Napasnya terengah-engah. Tidak menyangka, ini yang akhirnya Gia katakan. Lingga ingin menolaknya, Lingga ingin menghentikannya, dan Lingga ingin tetap bersamanya.

Tapi, demi menghormati keputusan Gia, akhirnya ia pun menerima. Demi kebaikan Gia dan calon bayinya.

Dengan berat hati, ia pun menyetujui keputusan Gia. Entah berapa lama Gia akan menghukumnya, yang jelas saat ini ia amat tersiksa dengan keputusan Gia.

Dan, ini menyakitkan.

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang