3.2

6.1K 1.5K 328
                                    

"Pffftt, AHAHAHAHAHA!!! HAHAHA!!" Seungmin tertawa keras sambil memegangi perutnya yang begitu terasa geli. Ia begitu senang melihat Changbin yang tergeletak dengan tubuhnya yang hancur.

Ledakannya memang tidak seberapa. Tapi itu cukup membuat Changbin tewas begitu saja.

Sedangkan Chan yang terkejut bukan main hanya bisa membeku di tempatnya. Tatapan rasa bersalahnya terus menatap Changbin yang tak bernyawa lagi.

Bodoh dan tidak berguna.

Itulah yang terlintas di kepala Chan untuk dirinya sendiri.

Seungmin melangkah sempoyongan sambil menggenggam pisaunya, dan bertepuk tangan heboh. "Yeee!! Akhirnya jebakan gue berfungsi semua."

Seungmin meregangkan sendi-sendi lehernya dan menunjuk Chan dengan pisaunya. "Nah, tinggal satu lagi."

Chan hampir pasrah. Namun ia ingat perkataan Changbin beberapa menit lalu yang membuatnya harus bangkit kembali.

"Lo satu-satunya harapan terakhir kita."

"Akh, bangsat." ringis Seungmin sambil menyentuh luka tusuk di perutnya yang terasa perih. Ia kembali melangkah terpincang, menghampiri Chan.

Namun tanpa ia duga, Chan menembak kedua kakinya hingga membuat Seungmin jatuh berlutut di hadapannya.

Seungmin mendongak, menatap Chan dan tersenyum sarkas. "Main curang ya bisanya."

"Sadar Kim Seungmin."

Seungmin terkikik geli. "Sadar? Lo kira gue kerasukan setan?"

"Lo bunuh temen-temen gue. Lo gak ngerasa bersalah?" tanya Chan tak menyangka.

"Nggak, wkwk. Asik malah liat darah-darah gitu." jawab Seungmin dengan cengirannya.

Chan menendang pisau yang digenggam Seungmin hingga terlempar jauh. Lalu setelah itu, Chan menodong kepala Seungmin dengan pistolnya.

"Minta maaf sekarang." tegas Chan.

"Kalo nggak?"

Chan menggeram marah. "Gue bakal hancurin otak gila lo pake peluru ini."

"Yaudah."

"Kim Seungmin!!" bentak Chan.

Seungmin tertawa keras dan memandang Chan dengan tatapan senangnya. "Lo bakal jadi pembunuh juga kayak gue. Semua orang bakal mengenang lo sebagai pembunuh. Selamat!"

Chan mengepalkan tangannya penuh emosi. Ingin sekali ia menghancurkan makhluk gila di depannya ini, namun Chan tidak tega. Jarinya yang bersiap menarik pelatuk, kini ia urungkan.

DOR!

DOR!

Chan menembak kedua lengan Seungmin, lalu memasukkan pistolnya ke dalam kantung jaketnya. Ia menyeret Seungmin dengan kerah bagian belakang anak itu, sampai ke tepi pantai.

Seungmin sudah pucat pasi dan lemas, namun ia masih saja tertawa tidak jelas. Chan mengikatnya di salah satu pohon dengan kuat, dan meninggalkannya begitu saja.

Ia yakin Seungmin tidak akan bisa melarikan diri dengan luka sebanyak itu di tubuhnya. Dia tidak mau membunuh Seungmin, karena nanti bisa saja Chan yang dituduh membunuh semua teman-temannya.

Kini di atas pasir pantai itu, Chan duduk menekuk lututnya. Ia teringat kejadian saat dirinya terhempas ombak besar dan hampir tenggelam ke dasar. Tubuhnya menghantam batu-batu karang tajam yang begitu menyakitkan. Dan dengan susah payah, Chan berenang ke permukaan dan hidup terpisah dengan teman-temannya di sisi pulau yang berbeda.

Kedua maniknya berair lagi begitu tangannya mengeluarkan kerang putih kecil dari kantungnya. Bibirnya bergetar menahan tangis dan sesak di dadanya. Kerang putih pemberian Changbin, masih terus digenggamnya meskipun ia dihajar ombak laut.

"Kenangan, sekaligus penyemangat dari gue. Kali aja kalo lo kangen sama gue atau yang lain, lo bisa liat kerang itu."

Chan tak menyangka jika ucapan itu benar-benar menjadi kenyataan. Kerang putih itu sungguh menjadi satu-satunya kenangan yang tersimpan.

Ia menangis terisak begitu teringat kata-kata Changbin dan kerang pemberiannya. Ia tidak menyangka jika hanya dirinya saja yang tersisa bersama dengan pelaku dari semuanya.

 Ia tidak menyangka jika hanya dirinya saja yang tersisa bersama dengan pelaku dari semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seungmin melihat Chan dari kejauhan yang tengah menangis. Tangisannya begitu memilukan, namun Seungmin hanya terdiam dengan tatapan kosongnya.

Karena pada akhirnya, segala pertemanan dan kenangan mereka harus berakhir di pulau yang tak mereka kenali sebelumnya.

Pulau dengan sejuta rasa sakit akan kehilangan. Dan pulau yang menyimpan kisah mereka yang mengerikan dan memilukan.






























"Kak Chan." suara itu terdengar samar-samar, namun Chan sama sekali tidak menghiraukannya.

"Ini Lino. Temen lo yang sering lo siksa."

Chan membeku. Matanya yang berair sama sekali tidak berkedip, dan langsung melirik ke sumber suara yang ternyata ada sosok itu yang duduk di sampingnya.

"L-lino.." Chan memanggil serak. Lidahnya terasa kelu, padahal hatinya meronta untuk segera meminta maaf.

Alih-alih bersikap ketus, Lino justru menyahut dengan senyuman yang merekah.

"Lo gak minta maaf pun, udah pasti gue maafin. Gue.. Cuma mau minta maaf karena sama sekali gak bisa bantu kalian. Yah, gue udah berusaha mencoba memberi tau kalian. Tapi sayangnya gak ada yang bisa liat gue." Lino memberi jeda sebentar, maniknya yang rapuh menatap lurus ke depan. "Lo bisa denger sekaligus liat gue sekarang pun, gue udah seneng banget."

Chan hanya menunduk mendengar penuturan tulus dari sana. Lino memaafkannya, atas semua perlakuan brengseknya padanya.

Setidaknya, hati kecilnya merasa terobati akan hal itu.

Lino bangkit dari duduknya dan menatap Chan yang masih menunduk. "Gue harus balik lagi ke sana sekarang. Gak seharusnya gue ada di sini. Gue cuma mau jagain kalian doang, dan mungkin ini bakal jadi kunjungan terakhir gue. Karena setelah ini gue bakal terus ada di sana."

Lino mengukir senyuman kecil. "Jaga diri lo baik-baik ya. Makasih banyak karena udah jadi ketua kelas sekaligus kakak yang baik buat kita semua. Gue.." Ia menepuk pundak Chan meski akhirnya tembus. "Bangga sama lo."

Kepalanya mendongak menatap langit, masih dengan senyuman yang tak pernah luntur. Ia tidak akan sendirian di sana, tapi ia tidak begitu bahagia karena Chan harus tetap hidup sendirian.

"Goodbye kak Chan!!" serunya kemudian.

Chan mendongak, namun sayangnya sosok Lino sudah lenyap dari pandangannya.





















































Siap epilog?

[2] Alarm | TXT ft. SKZ『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang