Tiga

7.1K 938 97
                                    

Kinta melotot pada kedua sahabatnya atas pertanyaan yang mereka sodorkan. Keduanya malah nyengir tak merasa bersalah sama sekali.

"Loe berdua jangan asal deh. Gue itu pake pengaman. Minggu lalu juga habis menstruasi. Masalahnya..."

"Masalahnya? Loe nggak naksir sama klien kita kan Kin? Ingat Kin sama peraturan kita."

"Ya nggak lah Ashley. Intinya, urusan meeting kalian berdua, urusan lainnya gue kerjakan di belakang layar." Ucap Kinta.

Ashley dan Marinka kembali saling tatap. Mereka sepakat menuruti keinginan Kinta.

"Ya sudah deh. Urusan ketemu klien kita berdua yang handle." Ucap Marinka.

Kinta bisa bernafas lega sedikit. Dia tidak bisa bilang tidak apa-apa, meskipun itu hanya hubungan satu malam, Kinta harus akui itu seks terhebat yang pernah ia rasakan. Ia juga tak tahu, kapan bisa merasakan seks sedahsyat itu lagi. Ntahlah. Yang pasti, Kinta jadi malas berpetualang, takut jika nantinya tak sesuai ekspektasi.

Astaga Kinta... Apa yang kamu pikirkan??? Umpatnya dalam hati.

---

Kinta menjadwalkan pertemuan Zidan dan Nayla dengan desainer yang akan merancang gaun prewed mereka. Untuk temanya mereka memakai beberapa pakaian formal, semi formal lalu terakhir pakaian santai yang akan di foto outdoor.

Setelah membuat janji dengan Nayla dan pihak desainer, Kinta menghubungi Marinka.

"Ya udah, loe atur aja deh gimana maunya mereka. Nanti kalau ada apa-apa kabarin gue aja."

"Oke." Ucap Marinka diseberang.

Namun satu jam kemudian.

"Halo..." Sapa Kinta.

"Masalah."

Kening Kinta berkerut, ia merasa semua sudah disiapkan dengan sangat baik lalu apa masalahnya?

"Masalah apa?"

"Klien kita yang laki mengeluh kalo wo kita enggak profesional. Kata si Zidan, elo yang harusnya di sini dan tanggung jawab sama konsep yang loe buat."

Kinta mendesah. Maunya apa sih? Umpatnya dalam hati.

"Tolong loe bilang gue nggak enak badan. Pertemuan berikutnya gue pastikan hadir." Ucap Kinta.

Suara hening sebentar lalu Marinka kembali bersuara. "Dia bilang Oke kali ini. Tapi untuk lain waktu dia mau elo ada."

Kinta mendesah setelah memutuskan panggilan telepon dengan Marinka. Entah apa mau lelaki itu, dia sudah mau menikah tetapi kenapa malah selalu melibatkannya. Masalahnya, ini kali pertama Kinta merasa tidak nyaman dekat dengan kliennya. Kinta tak ingin melanggar peraturan yang disepakatinya dan kedua sahabatnya, tapi sulit bersikap profesional dengan kelakuan Zidan yang menurutnya menyebalkan.

Pertemuan selanjutnya adalah dua minggu kemudian. Kinta kali ini tak bisa mengelak. Dia harus profesional jika tak mau kliennya komplain lagi dan yang ada membuat nama WO mereka jadi buruk.

Kinta tersenyum manis pada Nayla begitu gadis cantik tersebut datang dengan calon suaminya ke studio foto. Pakaian formal yang di pesan di desainer juga sudah selesai.

"Sorry Kinta, aku boleh minta tolong nggak?" Pinta Nayla.

"Tentu saja Nay. Kira-kira kamu butuh apa?" Tanya Kinta pada Nayla yang sedang di rias. Nayla tersenyum manis.

Beberapa menit kemudian...

Kinta sudah duduk manis di sebelah Nayla di ruang makeup. Menurutnya aneh, tapi kalau klien meminta dia bisa apa?

Wedding PlannerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang