Dua

7.2K 828 25
                                    

"Sayang... Suka konsep yang mana?" Tanya Nayla manja kepada pria di sebelahnya. Pria tampan bertubuh atletis itu menatap pada dua konsep yang ditawarkan Kinta.

Saat ini, Kinta ingin sekali memaki lelaki dihadapannya. Gila aja nih cowok, punya pacar mau dinikahin tapi masih sempat tidur sama cewek lain? Astaga... Sumpah ya, Kinta itu biasanya nggak mau baper dalam menghadapi kliennya tapi berhubung si lelaki pernah jadi teman tidurnya satu malam dan si calon mempelai wanitanya kelihatan baik dan lembut banget, pengen rasanya nendang sesuatu yang berada diantara selangkangan tuh lakik.

Emosi!!!

Calm down Kinta... His nothing okey... Ingat, peraturan pertama, klien itu Raja. He is the King... Jangan Baper juga... Ucap Kinta terus mengoceh dalam hatinya.

"Gue dengar kalian salah satu yang terbaik dan sedang sangat naik daun. Tapi gue nggak nyangka, kalian hanya bisa membuat konsep biasa seperti ini?" Ucap pria itu.

Anjirrr..  Gue tendang juga torpedo ni cowok! Gue begadang dua hari dua malam dibilang konsep biasa? Loe dimakan biawak baru gue bilang biasa! Umpat Kinta dalam hati namun wajahnya tetap tersenyum.

"Kami minta maaf kalau konsep yang kami buat mungkin belum pas di hati mas dan mbak. Kalau boleh kasih waktu, kami akan perbaiki dan besok kita mungkin bisa makan siang lagi?" Tanya Kinta menjaga keprofesionalan dirinya.

"Aduh, besok saya ada janji sama klien dari kantor. Gini deh sayang, besok kamu dan Kinta aja ya yang bahas konsepnya, kalau aku deal aja. Kinta besok berdua meeting bareng Zidan nggak apa ya?" Nayla balik bertanya.

"Ha?" Kinta terkejut bukan main.

"Mungkin kita bisa cari WO yang lebih profesional beb?" Tanya klien pria yang bernama Zidan tersebut pada calon istrinya.

Wah ngajak perang nih bocah. WO gue dibilang kurang profesional dong...

"Jangan sayang. Kinta bagus kok kasih konsepnya. Kamu aja yang mr.perfecto..." kata Nayla mencubit pipi Zidan. Entah kenapa Kinta mengalihkan tatapannya. Harusnya dia biasa aja kan? Lihat klien ciuman aja udah sering masa cubit pipi dia jadi seperti ini?

"Ya sudah. Tapi tolong ya... Buat yang lebih baik lagi konsepnya. Kita bayar mahal, soalnya gue mau pernikahan gue itu sekali seumur hidup." Ucap Zidan menatap Kinta tajam.

Kinta mengangguk.

Yakin loe? Kemaren yang ngajak lagi siapa ya?

---

Kinta duduk manis di restoran yang sama dengan kemarin siang. Hari ini ia menggelung rambutnya asal hingga beberapa anakannya jatuh di tengkuk. Rambut sebahunya belum di keramas jadi amannya digelung.

Pasalnya ia telat bangun dan nggak sempat keramas pagi, ralat siang ini. Begadang hingga pukul tiga lalu tertidur dan bangun sekitar pukul sepuluh ia segera bergegas mandi karena janji jam 11 dengan kliennya.

Kinta bahkan memakai jasa ojek online demi menghemat waktu. Lalu beberapa menit lalu ia mendapat pesan penundaan pertemuan hingga jam satu siang.

"Sabar Kinta..." Ucapnya pada diri sendiri. Mau pergi sudah jam sebelas lebih, yang ada dia hanya akan menghabiskan waktu di jalan untuk kembali ke tempat ini lagi.

Perutnya mulai kriukan, Kinta sadar belum makan sama sekali. Ia putuskan memesan makan pagi plus makan siangnya.

Selesai makan sambil menanti kliennya dia membuka notebook sambil memeriksa pekerjaan lainnya. Tak lama sosok yang diharapkan tiba.

"Selamat siang." Sapanya membuat Kinta terusik dari dunia pekerjaan nya. Kinta berdehem sebelum memulai pekerjaannya.

Ini gila aja ya, dia bahas konsep pernikahan sama lelaki yang sebulan lalu menjelajahi tubuhnya. Meskipun dipengaruhi alkohol tetapi Kinta ingat semua yang dilakukan pria itu padanya. Aih, Kinta jadi mendadak panas-dingin.

"Apa ada yang loe pikirkan selain konsep pernikahan gue dan Nayla?" Tanya Zidan tiba-tiba.

Astaga kenapa bisa ia teringat kejadian itu lagi.

"Oh nggak Mas. Sama sekali tidak ada. Ini sudah saya siapkan konsepnya." Kata Kinta yang sempat larut dalam ingatan beberapa waktu lalu yang berakhir pada mengutuk dirinya sendiri bodoh.

Zidan tampak serius. Ia baca secara seksama. Dari yang ia baca konsepnya bagus sekali. Perpaduan dua konsep yang sudah ia tawarkan semalam tapi lebih menarik.

"Apa ini konsep pernikahan impianmu?" Zidan tiba-tiba bicara dan mengubah gaya bicaranya lebih formal tak lagi ber elo- gue.

"Oh, ini konsep yang diharapkan mbak Nayla. Saya hanya berusaha membuat planning sesuai yang diharapkan. Kalau ada hal lain bisa saya tambahkan barangkali?"

"Lalu konsep pernikahan impianmu seperti apa?"

"Maaf tapi kita bahas pernikahan mas." Ucap Kinta berusaha sabar dan menjaga mimik wajahnya tetap terlihat biasa aja. Zidan menelisik wajah Kinta. Tatapan mereka bertemu sebentar namun Kinta segera surut menatap ke arah lain. Zidan yakin bukan karena wanita itu tak mampu menatap nya, wanita ini hanya berusaha tampak tak ada apa-apa dengan menghindari tatapan mereka.

Zidan menelan salivanya saat melihat leher Kinta yang jenjang juga tulang lehernya yang terekspos karena wanita itu memakai atasan model sabrina. Sial, Kinta benar-benar mempengaruhinya.

"Baiklah aku mau pakai konsep yang terakhir. Berikan nomer rekening perusahaan kalian." Ucap Zidan buru-buru. Ia harus menghindari menatap wanita ini jika tak ingin pernikahannya hancur.

Zidan lalu menandatangani kontrak kemudian detik itu juga mentransfer uang muka yang nominalnya lumayan besar.

"Lain kali jangan memakai pakaian yang membuatku tergoda." Ucap Zidan berwajah dingin lalu bergegas pergi.

Kinta terdiam. Beberapa detik ia mencoba menyimak kalimat klien barunya. Ia kemudian menatap penampilannya sendiri. Atasan blus model sabrina dengan celana panjang kerja. Tidak ada kesan sexy sama sekali, lalu bagaimana bisa dibilang membuat tergoda?

"Dasar lelaki otak mesum. Sudah mau nikah matanya masih jelalatan." Umpat Kinta.

---

Kinta tiba di kantor Ashley dan Marinka segera menyerbunya.

"Gimana?" Tanya Marinka dengan tatapan penuh harap. Kinta menyerahkan map berisi kontrak kerja sama.

Ashley dan Marinka segera meraihnya dan membaca lalu keduanya saling tatap, bergandengan tangan dan melompat di tempat.

"Yeay... Kinta is the best..." Seru keduanya. Kinta mau tak mau memberikan senyum cantiknya. Kedua sahabatnya ini selalu bisa menghibur dirinya, baik dari rasa sedih maupun kesal.

"Emang ya loe itu kalo soal begini nomer satu. Gie sempat was-was waktu loe bilang calon pengantin pria nolak konsep yang elo tawarkan. Nggak sia-sia loe begadang." Ucap Marinka.

"Ini tuh proyek gede, setara sama nikahan anak pejabat." Sambung Ashley.

"Tapi urusan selanjutnya bisa nggak loe berdua yang handle?"

"Loe mau lepas tangan?" Tanya Ashley bingung.

"Enggak. Cuma--" Kinta menggantung ucapannya. Dia tak punya rahasia dengan Ashley dan Marinka tapi, kalau dia cerita calon pengantin pria yang merupakan klien terbaru mereka adalah teman 'kencan' satu malamnya sebulan lalu, kedua sahabatnya itu pasti bisa panik.

"Enggak cuma gue pikir pengen dibelakang layar aja jadi selanjutnya kalo ada meeting sama mereka loe berdua aja, gue ngurus masalah dibelakang layar deh. Ya..?"

"Ada yang mencurigakan." Ucap Ashley.

"Gue setuju." Kata Marinka. Bahkan Ashley yang paling lama mencerna situasi saja tahu ada yang mencurigakan dari Kinta.

"Loe nggak hamil kan?" Tanya Ashley dan Marinka setelah keduanya saling bertatapan terlebih dahulu.

---

TBC

Wedding PlannerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang