Lima

7.9K 974 82
                                    


Hai halooouuuwww demi APA ini cerita penuh typo gais...

Aku ngetij jam satu pagi smape jam tiga pagi. Jadi kalau banyak typo ya begitulah. Ntar kita rapikan ya...

Susah banget buat ngatur waktu nulis karena setiap hari sibuk bahkan teramat repot.

Semua IRT yang punya anak usia sekolah pasti tau kan gimana repotnya sekarang-sekarang ini....


Selamat baca, hati-hati di jalan ya...
(Jalan cerita maksudnya gais... Hahaha...)

-
-
-

Kinta menatap ke hamparan laut luas yang bersih dihadapannya. Dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya ia menutupi kegelisahannya.

"Nggak bisa loe aja gitu yang gantiin gue?" Tanya Kinta pada Ashley. Yang ditanya hanya mengedikkan bahu.

"Soal beginian elo jagonya. Ibarat warna ya Kin, elo itu merah. Cantik, menarik, dan panasss." Ucap Ashley.

Kinta melotot. "Baiklah... Mari kita selesaikan pekerjaan ini dengan profesional." Ucap Kinta lalu membuka jaket denim yang ia kenakan.

" Ucap Kinta lalu membuka jaket denim yang ia kenakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wow... Elo mau nunjukin pose atau elo yang mau di foto?" Tanya Ashley.

Kinta menoleh. "Gue harus tampil maksimal kan?" Ucpnya lalu berjalan ke arah sepasang kekasih yang duduk di kursi santai pinggir pantai.

Gaun panjangnya dengan belahan sampai ke paha menyapu pasir saat berjalan. Kinta memang audah menyiapkan beberapa gaun karena ia punya feeling Nayla bakal memintanya lagi mengambil pose foto prewedding. Saat itu, Zidan boleh menang, kali ini, ia akan biat lelaki itu tak berkutik, bahkan ia pastikan lelaki itu lepas kendali sekalian biar calon istrinya tahu se'brengsek apa calon suaminya.

Marinka menatap Kinta menaikkan sebelah alisnya. "Dia datang." Ucap Marinka membuat Nayla menoleh cepat sedangkan Zidan ala-ala slow-motion. Setdah... Gaya amat...

Tapi begitu melihat Kinta ia seketika menelan salivanya sendiri. Jakunnya naik turun dan ia memilih memalingkan wajah. Sementara Nayla melambaikan tangannya disambut senyum Kinta yang dingin tapi menambah keseksian dirinya.

Marinka melirik klien lelaki di hadapannya. Ekspresinya sedikit tak normal menurut Marinka. Sepertinya ia harus melakukan wawancara eksklusif pada pria tampan tersebut.

"Waw... Kamu cantik banget Kinta. Kamu tampak... Apa ya?"

Marinka menatap Nayla, dan menurutnya wanita satu ini juga sedikit aneh.

"Maaf, bisa kita bicara berdua Zidan?" Tanya Marinka. Zidan menatap wanita itu. Jika saja ia tak melihat hasil karya Marinka, ia pasti tak percaya gadis itu bisa memotret dengan baik.

Zidan mengangguk lalu mengikuti Marinka yang berjalan agak jauh. Setelah ia yakin percakapannya dan Zidan takkan didengar siapapun maka ia berhenti dan menatap Zidan tajam.

Wedding PlannerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang