Please Look at Me

1.4K 94 6
                                    

"Argh.." Boun sudah tidak ingat berapa kali ia mendapat pukulan hari ini. Belum hilang memar yang kemarin, sekarang sudah akan ada memar baru diwajahnya.

"Berapa kali ku bilang, kau nerd tidak pantas menyentuh kekasih ku" Itu Fluke, ketua gank yang sedang menghajar Boun.

Boun tidak melakukan kesalahan sama sekali. Ia hanya mengembalikan sapu tangan Prem yang terjatuh. Dan ia tidak sengaja bersentuhan dengan jari-jari halus Prem.

Prem itu kekasih Fluke. Salah satu siswa populer, karena ia dari keluarga berada sekaligus dia cantik dan tampan disaat yang bersamaan. Sedangkan Boun sendiri, dia cupu, kemana-mana selalu memakai kacamata besar dan membawa buku-buku pelajaran. Boun selalu menjadi bully an karena dia lemah. Dia selalu menunduk, dan selalu meminta maaf tanpa tau kesalahannya.

"Argh.."

"Jangan sampai aku lihat kau berada didekat kekasih ku lagi"

"Mengerti" Fluke mencengkram kerah kemeja putih Boun dan melempar Boun begitu saja.

Boun rasanya ingin menangis. Baju putihnya yang rapi sekarang berantakan, basah dimana-mana karena Fluke yang menyiramnya dengan air bekas pel. Ia meraba-raba mencari kacamatanya. Wajahnya begitu sakit.

Saat sudah memakai kacamatanya. Boun melihat ada tangan putih yang terjulur kearahnya. Boun mendongak, ia melihat seorang malaikat. Bagi Boun, Prem terlihat seperti malaikat.

Prem pun berjongkok didepan Boun. Ia mengeluarkan sapu tangan yang ditemukan Boun tadi pagi. Ia mengusap wajah Boun yang basah.

Boun dia hanya bisa diam. Terpesona, kagum dengan keindahan didepannya. Rasa sakit yang tadi ia rasakan sudah hilang.

"Kau seharusnya melawannya phi. Phi Fluke dia sudah keterlaluan. Phi jangan diam saja, atau phi Fluke akan semakin semena-mena"

Boun masih diam. Ia tidak bisa berbicara apa-apa. Selalu seperti ini. Jika ia sudah berhadapan dengan Prem. Ia akan lupa jika ia masih memijak bumi.

Boun terkesiap saat merasakan telapak tangan hangat nan lembut yang mengelus pipinya. Mengelus memar akibat pukulan teman-teman Fluke.

"Ayo phi aku bantu ke ruang kesehatan. Aku yakin phi Fluke sudah pergi" Prem dengan pelan membantu Boun berdiri. Boun masih saja menatap Prem, melihat malaikat cantiknya.

Prem memapah Boun keruang kesehatan. Ia tidak merasa jijik menyentuh tangan Boun yang kotor.

Setelah sampai di ruang kesehatan, ia melihat phi Tee yang sedang berjaga. Dokter sekolah.

"Astaga Boun. Kau berkelahi lagi" phi Tee pun bergegas membantu Prem memapah Boun untuk duduk di kasur.

"Prem ? Apa kau yang menemukan Boun ?"

"Khap phi"

"Bisa kau katakan, siapa yang memukuli Boun ? Phi benar-benar geram. Phi akan laporkan ke kepala sekolah" Tee sudah sangat bosan melihat Boun yang selalu babak belur. Ia akan mengungkap siapa pembully yang memukul Boun.

"Bukan siapa-siapa kok phi" Boun menyela Prem yang akan berucap.

"Terserah kau saja lah Boun"

Tee melihat Boun jengkel sebelum akhirnya beranjak pergi mengambil obat untuk mengobati Boun.

"Jika phi takut untuk mengatakannya, biarkan aku saja yang bilang phi. Apa yang dilakukan phi Fluke benar-benar keterlaluan"

"Aku tidak apa-apa phi. Meskipun phi Fluke kekasihku, tapi dia salah" Prem menggenggam tangan Boun. Membuat jantung Boun berhenti berdetak.

"He'hem" Prem melihat kearah Tee yang datang membawa obat. Ia melepaskan genggaman tangan Boun pelan.

"Baju phi Boun kotor. Aku akan mencari baju ganti untuk phi. Aku masih menyimpan baju putih diloker" Prem pun beranjak, ia tersenyum manis kearah Boun dan kemudian pamit ke Tee.

"Kau mencintainya ya nong ?" Suara Tee membuat Boun mendongak.

"Phi tau.."

"Sangat jelas. Pancaran mata mu itu berbeda nong"

"Tapi phi, Prem kan .."

"Apa ? Jangan bilang karena dia anak populer dan kau nerd ?"

"Aku tidak pantas untuk Prem phi. Lihatlah aku phi. Aku jelek, kotor, bahkan teman pun aku tidak punya. Prem mendekati ku pasti karena dia kasihan"

"Jangan terlalu merendah nong. Phi lihat kau tampan. Dan kau baik kepada semua orang"

Boun hanya diam. Ia menunduk membiarkan Tee mengobati lukanya.

15 menit kemudian Prem datang sambil membawa seragam yang bersih.

"Ini pakailah. Aku menyimpannya untuk berjaga-jaga"

"Ti-tidak perlu Prem. Aku akan memakai baju olahraga saja"

"Sudahlah phi. Mending phi pakai ini saja. Lagipula phi masih ada kelas kan nanti"

Dengan ragu Boun menerima seragam yang diberikan Prem.

"Terima kasih prem."

"Panggil nong saja phi" Prem tersenyum manis, Tee yang melihat mereka berdua ikut tersenyum.

#########################

Boun terduduk diam di taman belakang sekolah. Hari ini ia sebisa mungkin menghindari Fluke. Ia tidak ingin dibully lagi. Hari ini ia berharap akan tenang.

Boun sudah terbiasa dengan makan siang di taman. Jika memaksa untuk berada di kantin, yang ada ia tidak akan makan. Ia hanya akan pergi dengan seragam kotor penuh dengan sup. Jadi lebih baik ia disini.

Ia terkejut begitu mendapati ada seseorang yang duduk disampingnya. Boun menoleh dan semakin terkejut menyadari Prem yang duduk dibawah pohon bersamanya.

"Aku mencari phi, aku ingin makan siang bersama phi. Boleh ?" Katakan siapa yang berani menolak tatapan memohon dari sosok manis ini.

Boun hanya bisa mengangguk. Ia begitu gugup. Ia bahkan gemetar begitu membuka bekal rumahnya.

Prem yang melihatnya, tertawa. Boun terdiam terpaku mendengar suara tawa Prem.

"Phi tenang saja. Jangan gugup"

Boun tersenyum. Prem benar-benar sudah membuatnya bertekuk lutut dengan pesonanya.

"Hari ini Mae membuatkan ku sandwich. Bekal phi apa ?"

Boun melihat bekalnya. Nasi dengan potongan telur dadar, sosis goreng, dan sayuran hijau. sangat sederhana.

"Boleh aku mencicipinya ?" Boun mengangguk, tapi ia tidak melihat Prem yang akan mengambil lauknya. Prem diam.

"Phi lupa ? Aku kan tidak membawa sumpit atau sendok. Jadi phi harus menyuapi ku" Boun dengan tangan gemetar mengambil dadar telur dan perlahan menyuapi Prem.

Percayalah jika jantung Boun berdetak sangat cepat.

"Phi juga harus mencoba sandwich punya ku" Prem mengambil sandwich nya dan mengarahkan kemulut Boun.

Boun pun menggigit sandwich milik Prem.

"Enak kan ?" Boun tersenyum mengangguk. Prem pun menawarkan sandwich nya lagi hingga habis dimakan Boun.

"Nong sandwich nya.."

"Hahaha tidak apa-apa kok phi. Kan masih ada separuhnya"

"Kau ingin makan bekal phi ? Sebagai ganti sandwich mu"

"Boleh"

Akhirnya siang itu mereka memakan habis bekal mereka dengan saling bercanda gurau.

Ini seperti mimpi untuk Boun. Bisa sedekat ini dengan Prem. Bisa melihat tawa lepas Prem. Bisa melihat senyum manis Prem. Ia sangat beruntung hari ini.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Done 👏 haaiii guys balik lagi dong 😁 ini beneran bounprem yah. Kalau suka jangan lupa vote dan comments ya guys. Thanks, see you di part selanjutnya 🖐️

Make You MINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang