Hari pernikahan So Eun dan Tae ho tinggal seminggu lagi, So Eun sudah menyerah untuk menghubungi kimbum karena pria itu betul-betul tidak mengangkat teleponnya. Ditambah dengan kondisi So Eun yang beberapa hari ini lemas, mungkin karena ia sangat stress memikirkan beberapa hal yang mengganggu pikirannya.
Selain itu So Eun tidak ingin terus mengemis lagi pada pria tersebut, sudah cukup puluhan pesan dan panggilan yang diberikan kepada kimbum, namun satupun tidak digubris olehnya.
Hari ini adalah hari terakhir So Eun bekerja sebelum esoknya ia akan mulai cuti untuk persiapan hari pernikahan dan ternyata ia memiliki banyak tugas yang harus di selesaikan, sepertinya ia harus lembur malam ini.
*******
Waktu seminggu telah berlalu, itu artinya hari ini adalah hari dimana So Eun dan Tae ho akan mengikrarkan janji untuk mengikat mereka berdua.Saat ini So Eun yang sudah memakai gaun pernikahan sedang duduk di ruang pengantin perempuan. Beberapa tamu dan teman-temannya datang mengucapkan selamat kepadanya yang dibalas oleh So Eun dengan senyum yang dicoba untuk terlihat setulus mungkin.
Tepat saat So Eun terduduk sendiri di ruangan tersebut seseorang membuka pintu, terlihat sepatu pria berwarna hitam yang mengkilap memasuki ruangan tersebut. Saat So Eun menengadah ia memandang pria tersebut dengan terkejut.
Mencoba untuk biasa saja, So Eun tidak ingin kalau pria itu tau reaksi So Eun terhadap dirinya.
"Apa kabar kimbum?"
"Kabar ku baik"
"Bukankah seharusnya kau tidak di sini karena kau berada di pihak mempelai pria, itu artinya ini bukan ruang yang harus kau datangi."
"Aku hanya ingin mengucapkan selamat kepada kenalanku atau mungkin sebentar lagi akan menjadi sepupu ipar?" Jawab kimbum dengan senyum miringnya.
Melihat sikap santai dari pria tersebut mendadak So Eun menjadi emosi, ia genggam buket bunga pengantinnya kuat-kuat untuk menyalurkan emosinya, sedangkan ia mencoba untuk mengatur wajahnya untuk terlihat sesantai mungkin.
"Benar juga, karena kita pernah menjadi 'kenalan' sebelumnya jadi tidak baik jika kita berpura-pura untuk tidak saling mengenali. Apalagi kita akan menjadi saudara beberapa jam lagi"
Tiba-tiba pintu ruangan tersebut dibuka, kemudian seseorang masuk diiringi dengan suara high hils yang menggema di lantai ruangan itu.
"Bum? Kau di sini rupanya. Aku mencarimu sedari tadi" seorang wanita yang baru saja memasuki ruangan tersebut langsung melangkah ke arah kimbum dan mengamit lengannya.
Kedua insan yang diliputi keheningan di ruangan tersebut menoleh ke arah asal suara.
"Maaf aku tidak pamit padamu tadi, aku tidak ingin kau lelah jika mengikuti aku, kaukan sedang hamil jadi tidak boleh kelelahan."
Mendengar penuturan kimbum atas keadaan wanita tersebut, So Eun memandang ke arah perut wanita itu dan sepertinya memang benar wanita itu sedang hamil terlihat perutnya tampak membuncit di balik dress yang ia gunakan.
Entah kenapa melihat itu hati So Eun tiba-tiba nyeri. Ia ingin marah tapi tidak tau marah kepada siapa"
"Baiklah sekali lagi selamat So Eun semoga pesta pernikahanmu berjalan lancar, aku pamit dulu karena ia tidak bisa lama-lama berdiri" ucap kimbum menoleh lagi pada So Eun.
Kedua orang tersebut keluar dari ruangan tersebut dengan sang wanita masih tetap benggelanjut manja di lengan kimbum.
Selepas kedua sosok tersebut tak terlihat lagi So Eun memegang dadanya yang terasa nyeri, entah kenapa ia merasa ingin menangis.
Kemudian pintu ruangan tersebut kembali di buka, kali ini yang masuk adalah sang papa. Sepertinya upacara pernikahannya akan segara di mulai.
So Eun mencoba mengatur nafasnya agar ia kembali tenang. Setelah merasa dirinya sudah tenang ia memandang sang papa dan memberikan senyum terbaiknya kepada pria tersebut.
"Pa!"
"Putri papa cantik sekali, papa tidak pernah menyangka hari ini akan datang begitu cepat, hari dimana papa akan mengantarmu ke altar untuk memberikanmu kepada pria lainnya"
"Papa!" Panggil So Eun kepada sang papa, ia pandangi papanya dengan pandangan sedih, air matanya sudah berlinang.
"Jangan menangis sayang nanti putri papa yang cantik akan terlihat jelek di depan tamu-tamu. Papa akan selalu mendoakan mu agar kau selalu bahagia kedepannya sayang ku."
So Eun bangun dari duduknya dan memeluk sang ayah, ia menangis di pindah kokoh tersebut.
Tuan Kim mencoba menenangkan putrinya, setelah dirasa putrinya sudah mulai membaik ia kembali bersuara.
"Ayo, ayah akan mengantarmu ke mempelai pria mu" kata tuan Kim sambil menyodorkan tangannya.
Menarik nafasnya demi menetralkan perasaannya, So Eun menyambut tangan sang papa, kemudian tangannya di sampaikan di lengan papanya. Keduanya melangkah untuk meninggalkan ruangan tunggu mempelai wanita.
Setelah mereka sampai di depan pintu besar keduanya berhenti melangkah. Terdengar aba-aba dari panitia pelaksanaan pernikahan ini bahwa mempelai wanita akan memasuki ruangan disusul terbukanya pintu besar tersebut.
Papa So Eun terus menggandeng sang putri melangkah ke arah Tae ho yang berdiri di altar.
"Ku serahkan putriku pada mu, tolong di jaga dan di sayangi" ucap papa So Eun kepada Tae ho.
"Pasti paman!" Jawab Tae ho kemudian.
Kedua mempelai saat ini sudah berdiri saling berhadapan di altar, tidak sengaja So Eun menoleh ke arah kursi dari pihak mempelai pria, terlihat di sana kimbum duduk di dampingi oleh wanita yang tadi memasuki ruangannya.
Tidak ingin terus-terus melihat ke arah tersebut So Eun memilih kembali memandang Tae ho.
Sesaat kemudian sang pastor mulai bersuara, akhirnya So Eun dan Tae ho memutar arah untuk menghadap sang pastor.
"Saya akan mulai mengucapkan ikrar pernikahan untuk kedua mempelai!"
"Saudara Kim Tae ho apa kau bersedia menerima Kim so Eun sebagai istri mu, dan berjanji untuk selalu setia kepadanya dan mencintainya dalam keadaan apapun, baik sehat maupun sakit?"
"Aku bersedia" jawab Tae ho dengan penuh percaya diri.
"Saudara Kim so Eun apa kau bersedia menerima Kim Tae ho sebagai suami mu, dan berjanji untuk selalu setia kepadanya dan mencintainya dalam keadaan apapun, baik sehat maupun sakit?"
"Aku,....aku." So Eun merasa bimbang. Ia tiba-tiba bingung harus menjawab apa, sesaat ia menoleh ke arah kimbum terlihat pria tersebut tidak peduli padanya, lihatlah sekarang ia malah asyik mengobrol dengan wanita itu. Entah kenapa melihat itu So Eun menjadi sangat emosi dan tiba-tiba keraguannya menghilang. So Eun akhirnya membulatkan tekatnya untuk menjawab untuk menyetujui pernikahan ini.
TBC
Holla, aku up lagi nih, jangan lupa vomen ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriend Dating a week
Fiksi Penggemarhubungan seminggu yang mengubah segalanya