Dua tahun kemudian
Pria berusia 32 tahun itu berlari sepanjang koridor rumah sakit. Tak jarang juga ia mendapat sumpah serapah dari orang-orang yang tak sengaja ditabraknya. Dengan panic ia menghampiri ibunya yang sedang menunggu di depan ruang persalinan.
" eomma! Bagaimana dengan irene!" ujarnya dengan nafas ngos-ngosan.
" tenangkan dirimu,myeon." Ha naeul mengelus pundak putra sulungnya itu.
" kau berdoa yang terbaik untuk istrimu. Dia sedang berjuang didalam sana." Pria itu tak dapat menahan tangisannya. Suho menangis dipundak ibunya.
" sudah taka pa-apa. Jangan menangis seperti ini. Kau akan bertemu dengan anakmu, masa appanya menangis sih." Ha neul mengusap rambut anaknya itu.
" co..coba saja ta..di aku tak kekantor. Pasti aku bisa lebih cepat da..dan aku bisa menemaninya didalam." Isak suho.
" jangan menyalahkan dirimu,myeon."
" ini salahku eomma. Aku tak bisa menjadi ayah yang baik."
" ssstt. Jangan berbicara seperti itu."
Tak lama terdengar tangisan bayi dari dalam ruang persalinan.
" eomma anakku sudah lahir eomma! Anakku sudah lahir!" ujar suho dengan senyum sumringah.
" selamat myeon. Kau sudah menjadi seorang ayah." Ha neul memeluk putranya sayang.
" eomma." Pria itu tak bisa menghentikkan tangisan bahagia bercampur rasa bersalahnya. Seorang dokter bername tag seo Seo Chung Hee keluar dari ruangan persalinan itu. Dokter itu tersenyum ramah ke suho.
" selamat junmyeon-ssi, bayi anda sangat tampan. Ibu dan anaknya dalam keadaan baik, kami akan memindahkan istri anda keruangannya."
" terima kasih uisa-nim." Suho membungkuk ke dokter perempuan itu.
" eomma dengar? Anakku laki-laki eomma." Suho memeluk ibunya itu.
" iya eomma dengar myeon. Selamat myeon."
SKIP
Suho menghampiri irene yang sedang tertidur di ranjang rumah sakitnya. Dengan penuh kasih sayang, ia mencium lama dahi wanita itu.
" gomawo, yeobo. Maafkan aku." Lelehan air mata suho terjatuh di pipi mulus irene. Wanita itu perlahan membuka matanya dan menemukan suho yang menangis sambil mencium dahinya.
" mengapa kamu menangis?" Tanya irene dengan suara seraknya.
" apa aku mengganggu tidurmu?" suho beralih duduk di kursi samping ranjang wanita itu.
" tidak. Kamu kenapa menangis?" irene mengusap pipi basah suho.
" maafkan aku. Jika aku tak kekantor tadi pagi, pasti aku bisa menemanimu di ruang persalinan itu. Aku bukan suami yang baik." Suho menggenggam tangan irene. Wanita itu tersenyum lembut menatap suaminya.
" apa yang kamu bicarakan? Aku tak apa. yang penting sekarang kamu ada disini. Kamu itu suami yang paling terbaik bagi aku. Jangan berbicara seperti itu lagi." Suho langsung memeluk irene.
" gomawo." Keduanya terus berpelukkan hingga suara ketukkan pintu mengintruksi mereka.
" permisi tuan, nyonya. Ini bayi anda sudah bisa diberi ASI." Seorang perawat membawa bayi itu ke gendongan irene.
" bayi anda akan dirawat bersama anda. Kalau begitu saya permisi." Perawat itupun meninggalkan brankar bayi di samping ranjang irene sebelum pergi keluar rungan.
" lihatlah, dia sangat imut." Irene mengelus pipi anaknya yang sedang menyusu padanya.
" tidak adil, dia sangat mirip denganmu ,ho." Suho hanya tertawa mendengar penuturan istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we have a HappyEnding ? | Surene [END]
FanfictionSuho sangat mencintai gadis yang terkenal dengan nama panggung Irene Itu. Bertahun-tahun ia memperjuangkan Irene yang bahkan sangat enggan untuk melihatnya. Setelah ia berhasil mendapatkan gadis itu, takdir seolah mempermainkan mereka. Hubungan m...