Memperhatikan

391 37 3
                                    

Tin mengulum bibir nya seraya menatap punggung Can yang setia dengan ponsel nya saat ini, Can tampak tidak mendengar pembicaraan nya sama sekali sedari tadi membuat Tin mulai penasaran.

"Can... "Seru Tin pelan membuat Can menoleh ke arah nya dengan cepat ia mendongak melihat Tin memanggil nya dari tempat tidur.

"Bisa bantu akau sebentar" Seru Tin membuat Can berdiri dan menatap nya dengan malas.

"Ada apa Tin" Tanya Can dengan ragu pada Tin.

Tin diam seraya menatap ke arah can dengan seksama.

"Besok hari terakir mu, bagaimana perasaan mu terhadap ku?" Tanya Tin polos keluar bagitu saja dari bibir sexy nya.

Deg....

Bagaimana bisa pria gila itu mengigatkan nya pada hari terakhir nya serta menanyakan perasaan nya sekarang. Tin meletak kan tangan nya di kepala dan agak condong seraya menatap Can lekat.

"Biasa saja" Balas Can tidak ambil pusing, mendengar itu Tin bangkit bangkit dari tampat nya seraya duduk di pinggir kasur seraya menyatukan kedua tangan nya erat.

"Kenapa kau muntah tadi siang? kita bahkan belum melakukan nya" Ucap Tin Polos membuat Can segera mendekati nya dan tersenyum ke arah nya seakan mengejek kebodohan Tin dengan rambut nya terlihat sedit acak acakkan.

"Kau ini bodoh atau pura pura bodoh Tin?" Tanya Can mulai merasa kesal dan terpancing dengan tingkah Tin.

Tin menarik tangan Can sehingga menbuat Can terduduk di atas pangkuan Tin.

"Bagaimana kalau begini? bagaimana perasaan mu?"Tanya Tin pada Can membuat gadis itu bungkam.

"Tinnnn, jangan.... "

"Jawab" Tin meninggikan suara nya tanpa menjauh kan tatapan nya.

"Aku biasa saja, tidak lebih" Ucap kembali berusaha agar Tin tidak mengetahui perasaan nya. Ia tidak tau sampai kapan akan terus membohongi perasaan nya.

lamunan Can cukup jauh, ia tersentak saat Tin mendekati bibir nya dengan pelan.

"Tinnnnn" Can berusaha menjauh dari Tin, sudah cukup lama ia membiarkan diri nya di pangkuan Tin.

Tapi Tin cepat tetap menahan nya seraya menghempaskan dan menahan Can di atas ranjang. Can bisa menatap dada bidang Tin dengan sangat jelas di sana.

Sementara Tin melihat jelas dada Can naik turun dengan cepat.

"Kau gugup" Tanya Tin sambil tersenyum dan terus memperhatikan bibir Can hingga dada gadis itu. Tin gila saat bersama Can, entah apa yang membuat nya tidak bisa menahan segala nya.

"Seperti nya aku sudah jatuh dalam pesona mu Can" Ucap Tin membuat Can menelan saliva nya kembali.

"Apa yang dia coba katakan" Batin Can menatap Tin, ia merasa tangan Tin mulai memegang wajah nya lalu perlahan turun ke dada nya yang terus bergerak cepat.

"Tin, tolong ja.... "

Tin memotong ucapan Tin dengan menaruh jemari nya di bibir Can yang sensual.

"Aku tidak menahan nya lebih lama Can" Ucap Tin lembut seakan membuat Can ingin segera loncat kebawah, karna ia tidak tahan jantung nya memompa dengan sangat cepat saat ini.

Tin perlahan berusaha melepas kancing demi kancing Can dengan pelan sembari menatap ke gugupan yang ada pada Can.

Ceklek......

Seseorang membuka pintu kamar Tin membuat Can dan Tin panik seketika, Can langsung menutup baju nya erat dengan kedua tangan nya seraya mendorong Tin agar menjauhi nya.

" Ah, maaf aku tidak tau kalau.... " Mean menghentikan pembicaraan nya dan tersenyum tidak enak ke arah Tin yang memasang wajah kesal.

"Brengsek" Ucap Tin pelan lalu menarik mean menjauhi kamar nya dengan marah dan kesal.

"Untung lah, hampir saja" Ucap Can sambil mengancingkan kembali baju nya cepat. Ia berjalan dengan pelan menuju kamar nandi.

Ia melihat ada yang aneh dengan kaca kamar mandi itu membuat Can menaruh kain berwarna dari dalam dan melihat nya dari luar.

"Sejelas ini? jadi selama ini Tin duduk di sana untuk memperhatikan ku mandi?" Seru Can seakan tidak percaya, ia meremas rambut nya kuat atas kebodohan nya selama ini.

Kenapa ia sangat bodoh dalam hal ini. Astaga!!!.

*******
"Aku minta maaf, aku tidak sengaja" Ucap Mean mencoba menjelaskan pada Tin yang tampak sangat marah saat ini.

"Sekarang aku harus bagaimana?" Tanya Tin kepada Mean dengan pelan.

"Maksud mu?" Tanya Mean tidak paham dengan ucapan yang terlontar dari Tin.

"Sudah lah" Ucap Tin lalu berjalan masuk kembali ke kamarnya, iya hanya mengambil kunci mobil dan kemejanya tanpa menoleh atau bicara pada Can. Sementara Can berpura pura untuk tidur karena ia belum bisa menghadapi Tin sekarang.

Tin melajukan mobil nya dengan cepat menuju ke mini market untuk membeli minuman beralkohol seraya menyendiri untuk sesaat memikirkan segala yang terus menganggu fikiran nya.

Ia menenggak minuman nya berkali kali seraya membayangkan wajah Can  yang terus mengantui diri nya.

"Apa yang harus aku katakan besok padamu Can?" Ucap Tin mulai frustasi saat melihat jam tangan nya yang terasa berdetak semakin cepat.




Bersambung....

10 day with my bastard boss 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang