Perlu Bicara

368 33 1
                                    

Can menatap dirinya di depan cermin, matanya bengkak dan berair. Ia menyentuh kening nya dengan punggung tangan nya seraya mengeluh panjang.

"Panas" Ucap Can dengan pelan dan menghembuskan nafas nya sedikit.

Ia berbaring di tempat tidur nya yang kecil dan tidak empuk seraya menutup matanya agar tertidur pulas.

"Akhhh!! kenapa harus wajah pria brengsek itu muncul sekarang" Can berteriak kencang seraya menyambak rambut nya.

Can meraih ponsel nya yang berbunyi kencang di sisi ranjang nya.

"Hallo pak? maaf saya sedang demam " Ucap Can menjelaskan pada New tentang keadaaan nya.

"Baiklah kau bisa istirahat" Ucap New lembut tidak seperti biasa nya.

setelah selesai menelefon New manatap Tin yang ternyata berada di samping nya menunggu info dari bawahan nya itu.

"Berikan alamata rumah nya" Perintah Tin membuat pertanyaan di kepala New dan seluruh karyawan yang ada di sana.

New memberikan alamat rumah yang di sewa oleh Can kepada Tin, pria itu langsung saja beringsut untuk membeli obat dan makanan untuk Can. Ia harus memeriksa keadaan Can sendiri.

Tin kini berada di tempat dimana ia dapatkan dari New, besar rumah itu hanya sebesar kamar Tin sangat berbeda jauh.

Tin membuka rumah Can pelan-pelan beruntung gadis itu tidak mengunci nya, mungkin karna ia terlalu lelah sehingga membuat konsentrasi nya berkurang.

Tin berdiri di depan pintu kamar Can seraya melihat gadis itu bergulung di dalam selimut tebal nya.

Pria itu tersenyum dengan ramah sembari mengendorkan dasi nya serta melepas jasnya yang terasa menganggu.

"Can" Panggil Tin membuat gadis itu langsung menyibak selimut nya melihat ke arah Tin dan keluar dari sarang nya.

Seketika Tin mundur melihat tampilan Can saat ini, bagaimana tidak? gadia itu hanya mengenakan tanktop dan underwear nya.

"Dari mana kau tahu rumahku" Tanya Can belum sadar dengan penampilan yang membuat Tin ingin menerkam nya dengan cepat.

"Can sebaiknya kau berpakaian dulu" Ucap Tin seraya menggaruk kepalanya yang gatal.

Seketika gadis itu langsung menoleh ke tubuhnya sendiri lalu berlari masuk ke dalam selimutnya kembali menahan malu.

"Pergi dari sini Tin" Timpal Can menahan pipinya yang semakin memanas karena ulah Tin.

"Tidak Can" Balas Tin malah mendekati dirinya dengan cepat.

Tin duduk di sisi ranjang Can menatapnya dengan intim.

"Makanlah dulu" Ajak Tin memberikan apa yang ia bawa untuk Can.

"Kau mau menyogok ku?" Tanya Can mulai kesal pada Tin.

"Jangan sentuh" Ucap Can saat pria itu mencoba untuk menyentuh legan nya.

"Aku hanya ingin kau makan Can, setelah itu aku akan pergi" Mendengar perkataan itu Can langsung mengambil makanan itu seraya memaksa nya masuk kedalam perutnya, Tin memperhatikan dada Can seraya bawahnya yang sekilas terlihat.

"Dia tidak memakai bra?" Batin Tin terus melihat ke arah intim gadis itu.

"Aku tidak kuat lagi" Ucap Can membuat Tin segera mengalihkan wajahnya ke arah lain.

"Baiklah ini obat mu" Ucap Tin lalu membuka air botol untuk Can, ia sangat mengerti dan perhatian tapi diam-diam mesum.

"Sudah pergilah" Ucap Can santai mengusir pria itu dari tempatnya, entah kenapa Tin merasa sangat sesak saat bersama Can. Apalagi dengan tampilan seperti saat ini rasanya ia ingin sekali segera membuat nya telanjang dan berteriak di bawah nya.

"Kau polos sekali Can" Ucap Tin tersenyum tipis kepada Can.

"Tin, please! kita tidak punya hubungan lebih jadi tolong" Can memohon dengan sangat kepada pria itu sekarang.

"Bagaimana kalau aku meminta hubungan lebih" Tanya Tin membuat Can menelan salivanya seraya tersenyum dengan lebar seakan ingin memecahkan isi rumahnya dengan suara yang penuh dengan ejekan.

Grebbb!!

Can merasakan lengan dan tubuhnya kini menempel di dinding, Tin sigap menerkam bibir Can yang tampak pucat.

Tin sangat bergairah melihat tubuh setengah telanjang Can saat ini.

"Please biarkan aku masuk Can" Ucap Tin pelan tanpa menjauhkan bibirnya dari Can.

"Tidak Tin aku tidak siap untuk itu" Ucap Can naik turun menambah kesan sexy di wajahnya.

"Baiklah aku akan menunggumu siap, kapan pun itu" Ucap Tin lalu menjauhi Can serta memasang jas nya kembali seraya membenarkan tampilannya yang berantakan lalu memilih pergi dari sana dengan cepat.

Tin melaju kan mobilnya dengan cepat di jalanan yang setengah padat itu sambil memikirkan banyak hal tentang Can.

Beberapa hari kemudian.

Tin memilih untuk tidak mengganggu gadis itu hingga iya benar-benar sembuh dari sakitnya, Tin datang ke sana hanya sekedar mengantar makanan dan obat untuk Can tanpa menyentuh atau bicara selain dari tujuan awalnya.

Kini Can sudah pulih dari sakitnya, iya mulai bekerja lagi seperti biasa ya tetap bertahan di kantor cabang walau New menyuruhnya untuk pindah ke kantor pusat.

Can asik dengan berkas di tangannya dan teliti untuk mengerjakan berapa pekerjaan yang menumpuk.

Jam kini sudah menunjukkan sekitar 8 malam, ia menyudahi pekerjaannya setelah semua selesai dengan lancar. ia menaruh kepalanya di meja kerjanya seraya menarik napas dalam.

"Can kau tidak pulang" Tanya New dengan tatapan sinis.

"Hmm, ini sudah selesai pak" Jawab Can dengan pelan dan letih, ia bangkit dan memberikan seluruh pekerjaannya kepada New.

"Terima kasih Can" Ucap New menyambut berkas itu dengan sukacita.

Can pamit kepada New dan memegang tengkuk nya yang terasa sangat berat.

"Letih sekali" Batin Can sambil menarik nafasnya.

Ckiittt!!!

Sebuah mobil berhenti tepat di hadapan Can.

"Masuklah" ucap seseorang dari dalam mobil yang berada di dalam sana, Can menatap mobil itu yang tidak asing di matanya itu. Can tidak memperdulikan seruan itu.

Pria itu keluar dengan cepat dan menangkap tangan can yang enggan menurut kepadanya dengan menyuruhnya masuk ke dalam mobil.

"Joss lepas" Ucap Can dengan nada marah seraya menepis tangan pria yang mencengkeram nya erat.

"Kita perlu bicara" Timpal Joss pada Can yang tetap tidak mau mengikuti dirinya.

"Tidak Joss berhentilah menggangguku" Teriak Can kencang, Joss tidak peduli ia tetap tidak memberi ruang pada Can untuk kabur dari nya. Joss memaksa untuk memeluk dan mencium Can sehingga otot-otot pada tubuh Joss tampak mengeras di sana.

Can mendorong dada Joss kuat saat pria itu ingin memaksanya untuk berciuman. Kini Joss berhasil mencuri satu ciuman dari Can membuat Tin yang melihatnya berjalan cepat seraya mengepal tinju nya dengan keras.

Bughh... bughh

Terdengar suara pukulan keras dari Tin mengenai Joss membuat pria itu terpelanting jauh karena serangan dadakan dari Tin.


Bersambung......

10 day with my bastard boss 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang