Hari terakhir pun di tutup dengan kepulangan keluarga Tin. Can sedari tadi tampak mempersiapkan diri untuk mengahadapi perpisahan nya bersama Tin.
"Can..... " Panggil Tin melihat wajag Can yang murung. Can tidak bergeming sama sekali atas panggilan Tin.
"Can ada apa?" Tin duduk di depan Can seraya memperhatikan nya dengan seksama.
"Ahh, aku hanya tidak enak badan Tin" Jawab Can seraya bangkit dari tempat duduk.
"Can..... " Seru Tin lagi.
"Aku harus mengemasi barang-barang ku" Ucap Can langsung berlalu dari hadapan Tin dan memasuki kamarnya yang 2 hari ini di tempati oleh orang tua Tin dan membuat perasaan nya yang semakin kuat dengan Tin.
Ia melihat seisi kamar besar itu dengan seksama lalu mengambil koper untuk mengemasi beberapa barang nya, ia meneliti semua nya agar tidak ada satu pun yang terlewati.
Tin tampak melamun di kamar nya tanpa alasan, entah kenapa hatinya terasa kosong tapi sulit untuk membuat Can tetap tinggal di sisi-nya.
"Hmm, apa can tidak menyukai ku? Fikir Tin lalu melihat jauh dari balik kamar besar nya.
Tok.... tok.... tok
Tin segera menoleh ke sumber suara, seorang mengetuk pintu kamarnya dengan pelan.
"Tin ini milik mu" ucap Can langsung saat tin membuka pintu, Can mengembalikan cincin yang sempat Tin berikan dulu.
"Kenapa kau mengembalikan ya?" Tanya Tin serius dan agak tersinggung terhadap sikap Can.
"Ini milikmu nanti berikan untuk gadis yang menjadi istrimu" Pesan Can seraya tersenyum tipis, ia menahan sesak di dadanya saat ini.
Di wajah Tin tidak ada senyum seperti hari kemarin, ia berubah menjadi dingin dan seperti dirinya yang dulu.
"Masuk la" Ajak Tin pada Can agar gadis itu masuk ke kamarnya. Can mengurutkan dahinya lalu berjalan mengikuti Tin ke dalam.
"Simpan ini" Tin memberikan sebuah kartu berbentuk ATM ke tangan Can dengan sedikit memaksa.
"Untuk apa Tin?" Tanya Can penasaran dengan pemberian Tin.
" ini yang aku janjikan hiduplah lebih baik setelah ini' Perintah Tin membuat Can tersadar dengan apa yang diberikan Tin.
"Tidak! Aku tidak memerlukan ini" Timpal Can menolak apa yang diberikan Tin. Ia memasukan kartu itu ke dalam saku baju Tin.
"Can please terima ini" Ucap Tin kepada Can datar, namun ada perubahan ekspresi di wajah gadis itu membuat Tin merasa aneh, Can tersenyum dan menunduk melihat benda yang ada di tangan Tin bukan ATM tapi sebuah pengaman yang masih terbungkus rapi.
"Bagaimana kau menyimpan pengaman mu di sana Tin? apa kau selalu membawanya ke mana-mana?" Tanya Can menertawakan dirinya sekaligus mengejek pria di hadapan nya.
"Maksud mu?" Tanya Tin heran lalu melihat ke tangannya dan ia langsung meleguh nafas panjang. Ia sudah tahu itu sudah pasti kelakuan Maen, Tin melihat Can masih menertawakan nya seraya menutup mulutnya.
Srakk!!
Tin kesal lantas ia langsung mengangkat tubuh kecil itu lalu membaringkan nya di atas ranjang.
"Tin apa yang kau lakukan?"
"Apa dengan begini kau masih bisa tertawa" Tanya Tin menatap Can dari atas nya dengan nafas yang tidak beraturan seolah mereka sedang berlari ratusan kilometer.
"Tin lepaskan" Can berontak tapi Tin kuat menahan nya di sana dan membenamkan gadis itu di ranjang empuk nya.
"Apa kita harus menggunakan ini untuk sarapan mu?" Tanya Tin menelan salivanya tanpa melepas pandangan Tin dan diam tanpa sepatah kata pun.
Tin tersenyum tipis membuat Can terhipnotis seketika yang menjadi candu bagi nya.
"Uweeekkk" Can merasa ingin mengeluarkan isi perut nya saat ini, membuat Tin terheran melihatnya.
"Hey, kau kenapa?" Tanya Tin penasaran, Can mendorong Tin.
Gadis itu langsung masuk ke toilet untuk memuntahkan semua isi perut nya hingga kosong.
Sementara Tin membantu nya dengan mengelus punggung Can lembut, ia tidak jijik melihat pemandangan itu pagi ini malah Tin terlihat khawatir dan takut sesuatu terjadi pada Can.
"Hey, kenapa kau muntah can? apa aku pernah mabuk lalu melakukan itu dengan mu?" Tanya Tin polos dan bodoh nya membuat Can kesal karna pertanyaan nya yang terlalu vulgar.
"Tin jangan bodoh, aku hanya masuk angin biasa bukan nya hamil" Ucap Can memberi penjelasan.
"Aku tidak masalah kalau kau hamil, aku pasti bertanggung jawab selama aku yang melakukan nya jadi mengaku saja" Balas Tin kembali dengan wajah yang menyebalkan bagi Can.
"Sudahlah tidak perlu di bahas aku harus pergi sekarang" Ucap Can memecah kan ke senangan Tin yang baru saja terjadi, Tin terdiam mengingat apa yang seharusnya terjadi saat ini.
Can mengambil koper nya lalu tersenyum ke arah Tin dengan wajah cantik nya.
"Tin terima kasih karna sudah menjadi kekasih ku yang baik selama 10 hari ini, kau yang terbaik" Ucap Can datar dan sedikit bergetar, ia menunggu jawaban Tin sesaat.
"Hmm...... " Balas Tin tidak mampu menjawab apapun saat ini, ia hanya mengulum dan mengigit bibir nya dengan kuat. Hanya sebuah kata hmm yang keluar dari bibir Tin tidak lebih seperti yang di harapkan Can.
Can memutar tubuh nya berjalan pelan keluar dari rumah Tin dengan perasaan campur aduk.
Tanpa terasa kini air mata Can mengalir begitu saja mengiringi langkahnya untuk melepaskan biaya mengisi hatinya beberapa hari ini.
Sementara Tin hanya menatap tubuh kecil itu hingga menghilang dari pandangannya perlahan.
Seketika gadis itu hilang dari sana dengan cepat, Tin masuk ke kamarnya dan melihat isi dalam kamar tersebut dengan seksama.
"Brengsek!" Tin menendang meja tidak berdosa yang diam di sana, entah kenapa dia sangat marah saat ini.
"Sial, kenapa aku tidak bisa menahan nya bodoh" Sambung Tin kesel pada dirinya sendiri.
Can masuk ke dalam rumah kecilnya di satu desa yang bernama ciang mai, iya menyewa rumah yang cukup jauh dari jangkauan Tin agar tidak bertemu lagi dengan pria itu.
Ia berbaring seraya mengelap air matanya yang masih mengenang. kehidupan cinderella dan pangeran tampan nya hilang seperti mimpi dalam sekejap.
"Seperti terbangun dari mimpi" Timpal Can menarik nafasnya dalam berat.
Bersambung......
KAMU SEDANG MEMBACA
10 day with my bastard boss 18+
Short StoryMenceritakan sebuah hubungan yang di dasari dengan perjanjian kontrak antara Boss dan pegawai perempuan nya. di mana boss itu bernama Tin Menthanad dan pegawai perempuan nya bernama Can Kirakorn. Dan bagaimana kelanjutan hubungan mereka berdua saat...