Vi. Emosi

66.3K 8.1K 4K
                                        


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bulan keempat masa kehamilan chenle, sang calon ibu semakin menaikan kewaspadaanya. Dimulai dari makanan yang akan dikonsumsi, besritirahat cukup, dan membatasi sex —walau cukup sulit menghindar dari jisung.

Chenle yang sedang membuat susu khusus kehamilannya, sedikit tersentak saat jisung membuka pintu rumah dengan kasar. Chenle melirik lewar ekor mata— Jisung tampak berantakan.

Dua kancing teratas kemejanya terbuka, dasi di lehernya tak beraturan, baju bagian lengan tergulung secara acak, Jisung total kacau.

"Zhong!"

Chenle meringuk takut di dapur saat jisung bersuara menggema meneriaku namanya. Mood jisung sedang hancur, begitu pikir chenle.

"kemari kau!"

Chenle meringis sakit saat jisung menarik kerah kemeja putih polosnya dari belakang.

"J—jisung"

"Tutup mulutmu dan menungging untukku!"

Chenle menggeleng dan mencoba menahan jisung yang sedang menyeretnya menuju kamar.

Tidak, kali ini chenle harus melawan. Demi bayinya.

"Aku t-tidak mau, Jisung"

Jisung yang terlihat sedang dalam emosi mendidih menatap chenle penuh amarah. Bibirnya menyerigai kecil.

"Kau akan kuhukum, jalang"

Chenle berusaha menepis tangan jisung yang mencoba menarik pinggangnya kasar. Calon ibu tersebut terlihat panik saat jisung berancang-ancang akan membuka kancing kemejanya.

Chenle melirik gusar ke sekitar; berusaha mencari sesuatu untuk meloloskan diri.

Netra si cantik berhenti pada objek vas bunga yang berada di atas nakas samping tempat tidur, tak jauh darinya.  Chenle segera menggapai vas bunga tersebut dan memukulnya tepat kekepala jisung.

Jisung reflek mengerang sakit dan menjauh beberapa langkah dari chenle. Kepalanya berdarah cukup parah. Pria Park tersebut memegangi dahinya sembari menunduk menahan sakit.

Di sisi lain, chenle mencoba berlari keluar kamar dengan tubuh bergetar. Ia berlari menuju pintu ruang bawah tanah jisung.

Chenle bersyukur saat pintunya tidak terkunci. Secepat kilat dirinya bersembunyi dalam lemari yang entah apa isinya.

Dalam hati chenle berteriak ketakutan.  Air matanya terus mengalir. Kedua tangannya menutup mulutnya rapat, berusaha tidak mengeluarkan suara apapun.

"BRENGSEK! KEMARI KAU JALANG!"

dapat terdengar teriakan jisung yang mengaum namanya penuh emosi. Chenle semakin bergetar ketakutan.

Hitam | chenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang