iv.Mawar

72.5K 8.6K 4.7K
                                    








Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Jisung mendekat kearah Chenle yang semakin ketakutan. Tubuh pria cantik itu semakin mundur dengan batin yang berdo'a semoga kegelapan dapat menyembunyikan fisiknya.

Jisung mengeluarkan pematik dari saku celana jeansnya dan tersenyum miring.

"keluarlah, sayang" 

pematik putih tersebut Jisung buka, hingga api yang muncul suskses menampakkan wajah chenle yang meringgis takut.

kaki kiri jisung menarik tali rantai yang melilit pergelangan kaki si cantik, hingga tubuh berbadan dua tersebut terdorong kearahnya.

Jisung memasukan kembali pematik putih kedalam sakunya dan mendorong chenle hingga berhadapan dengan Jeno yang menatap sayu.



"Ada yang ingin kau katakan untuk kekasihmu tercinta, sayang?" chenle terisak dalam rangkulan jisung.

"J-jeno"

"lele, aku tidak pernah berselingkuh. A-aku—"

"Drama"

Jeno terdiam saat jisung menyela tiba-tiba.

"P-percaya, chenle. Tunggu aku bebas dan kita akan keluar dari sini"

Chenle tengah berperang dalam benaknya. antara percaya atau tidak; menunggu atau tidak; pasrah atau tidak. Diliriknya jisung yang kembali menyesap rokok keduanya dengan wajah datar.

"Jeno, aku akan-"

"Waktunya habis, saatnya si bodoh ini kukirim ke neraka"

Jisung menarik kerah belakang kemeja putih chenle cukup kasar, hingga si cantik terduduk di lantai dan meringis sakit.

Tubuh jeno yang terikat  dengan tali yan diikat di besi licin, terdorong saat jisung menarik tali di kakinya.

Chenle hendak memberi tolong sang kekasih, namun jisung menggambil pisau daging yang terletak di meja sampingnya lalu mengarahkan benda tajam tersebut kearah chenle.

"Bergerak sesenti, kupotong kepalanya sekarang juga, Zhong Chenle"

Chenle memilih diam dan menatap takut apa yang akan jisung lakukan selanjutnya.

Jisung tersenyum dan bersiul singkat, 

"selamat tinggal,keparat"  lalu jisung meletakan tubuh Jeno tepat diatas tungku api yang membara hebat.

Jeno menjerit akibat panas yang luar biasa menjalari tubuhnya, sementara jisung berjalan mendekati chenle dan menggendongnya ala brindal.

"T-tidak, Jisung, jangan! lepaskan Jeno!"

Jisung mengecup dahi chenle lalu menggeleng kecil, "tidak, chenle dia pantas mendapatkannya"

Lalu jisung membawa pergi chenle yang berteriak memanggil nama kekasihnya. Kekasihnnya yang saat ini mati perlahan terlahap panasnya api.














Hitam | chenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang