Xviii. Selesai

68.4K 7.9K 6.3K
                                    




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Kau punya dua pilihan, Chenle"

"Apa?"

"Hidupmu atau hidup Jisung?"

"Aku ingin tetap hidup bersama Jisung"

'sosok' itu tersenyum kecil, "Tidak bisa, Chenle. pilih satu"

"Aku memilih hidup Jisung"

"kenapa?"

"Dia bekerja untuk negara dan dihormati banyak orang. Aku tidak punya siapa-siapa lagi, hanya sekedar anak kuliahan yang sedang hamil. Hidupnya lebih berharga"

"baiklah, aku tukar penawarannya. Kau memilih hidup bahagia bersama jodoh baru yang siap menerima bayi di kandunganmu, kaya raya, tampan, dan meninggalkan Jisung hingga sengsara"

"-atau, Jisung hidup bahagia bersama wanita lain, sementara kau yang sengsara"

"Aku memilih jisung bahagia bersama wanita lain, sementara aku yang sengsara"

"kenapa?"

"Sekali lagi, karna hidupnya lebih berharga. Aku bukan pencitraan, tapi memang benar itu adanya"

'sosok' itu tersenyum lembut dan hilang terhembus angin perlahan.

"Aku bisa merasakan ketulusan dalam dirimu, Chenle"













"A-ah! k-kumohon, hentikan"

Kedua pria berumur itu merintih saat merasa darah diseluruh tubuhnya terkuras akibat di gantung dengan kaki diatas.

"Ini-"

Satu pukulan.

"-Untuk-"

Dua pukulan.

"-Semua-"

Tiga pukulan.

"-yang kalian-"

Empat pukulan.

"-Lakukan!"

Dua korban tersebut nyaris tumbang, namun sang penyiksa tak membiarkan hal tersebut. Pria berbahu lebar itu menyulut puntung rokok yang berapi di mata mereka tanpa ampun.

"Sakit! S-sakit! Jauhkan itu"

"Hey,Lee, kau bisa membunuh mereka. Jangan dulu"

Sosok yang dipanggil 'Lee' tersenyum lalu menatap sohibnya tersebut.

"Untuk Jisung, mark"













Chenle terbangun dari tidur panjangnya. ia menatap seluruh penjuru ruangan yang saat ini ia naungi. namun emosinya seketika pecah saat melihat perutnya yang tidak lagi membuncit.

Hitam | chenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang