Gendis: Sgala rasa cintaku

1.8K 71 4
                                    

Sambil dengerin lagu ini ya...
Sgala rasa cintaku. Dinyanyikan oleh Fryda. Jangan lupa di kasih bintang ya.

Aku memainkan piano dan menyanyikan lagu ini.

Aku selalu menyanyikan lagu ini setiap tampil dimanapun, aku suka lagu ini, lagu ini isi hatiku untuk kamu, kamu yang selalu ada dihatiku.

'Sgala rasa cintaku telah kuberi.
Hingga terbelah hatiku ini hanya untukmu.
Takkan ada yang lain duhai kasih kaulah satu.
Janji kita selalu tak mungkin lagi masa menghapus...'

Tanpa terasa, aku mengeluarkan air mata to, saat menyanyikan lagu ini.

Aku memang mencintainya, kalau ditanya kenapa bisa mencintainya? Entah mengapa, banyak hal yang membuatku mencintainya, walau cinta sendiri, walau dihatinya bahkan tidak ada aku. Aku masih mencintainya, bertemu dengannya lagi, menyandarkan ku bahwa masih ada cinta untuknya, hati ini masih miliknya.

'Hancur jiwa ini bila kasih tak menyentuh cintamu... Rasamu...
Sgala rasa cintaku hanya untukmu.
Bahagia dalam pelukanmu khayal mimpiku.'

Hatiku hancur melihatmu bersama orang lain.
Ingin aku tarik kau ke pelukanku.
Ingin ku cumbu kau tepat dihadapannya.
Tapi kau bukan milikku.
Tapi tidak pernah ada aku dihatimu.

Lagu ini mengakhiri penampilan ku. Aku kembali ke mejaku, duduk bersama Mas Ditto.

"Makasih ya bantuannya, honornya sudah aku transfer ya."

"Iya, makasih ya mas."

Aku melihat ke atas, dia masih bersama wanita itu. Ahh, sudahlah, kamu harus tahu diri Ndis. Kamu itu hanya mantan, ingat, hanya m a n t a n.

"Selamat malam nona cantik..." Seorang pria paruh baya mendekatiku, pakaiannya bermerk, dia pasti orang kaya.

"Selamat malam tuan..."

"Panggil saya Edo."

"Tuan Edo"

"Tanpa tuan, cantik."

"..." Aku hanya tersenyum, mulai modus nih buaya.

"Ini kartu nama saya, saya suka dengan suara kamu dan kecantikan kamu, kalau kamu mau, kamu bisa bergabung dengan agensi saya, saya bisa mengorbitkan kamu."

"Wah, terimakasih atas tawaran nya."

Aku mengambil kartu namanya, tapi dia menarik tanganku, dan membelai lengan hingga ujung jariku. Aku terkejut dan berusaha melepaskan tapi dia terlalu kuat memegang tanganku.

"Wajah yang cantik, kulit yang halus, saya suka kamu."

"..." Aku tersenyum tidak berdaya, aku tidak boleh marah pada pelanggan, ingat itu. Aku hanya mundur selangkah mengambil tas dan barang-barang ku lalu aku pergi.

"Baik, nanti akan saya hubungi tuan Edo, saya harus segera pulang."

Aku keluar dengan cepat, aku takut di ikuti jadi aku menengok ke belakang beberapa kali.

Di depan restoran aku menunggu taksi, tapi belum ada yang kosong. Sudah hampir 30 menit belum ada yang kosong, aku sudah resah, anak-anak pasti menunggu ku.

Sebuah mobil Rolls-Royce hitam doff, berhenti tepat di depanku. Kaca mobilnya di turunkan.

"Masuklah." Katanya.

Siapa dia? Main suruh masuk aja, di kira aku cewek apapun kali ya? Aku tidak menggubris nya, aku membuang muka. Pemilik mobil keluar dari pintu pengemudi.

"Kamu tuli ya! Masuk!" Suara ini.

"Tuli? Dasar si pahit lidah!" Bian ini kenapa selalu sinis sih sama aku.

"Masuk!"

"Iya." Galak amad sih mas, PMS ya? Aku buru-buru masuk ke dalam mobil. Lumayan juga dapet tumpangan. Aku duduk dengan manis di kursi penumpang.

Aku menengok sedikit dan melihat wajahnya, ingin aku ajak bicara tapi mau bicara apa? Aku tidak suka dengan suasana canggung seperti ini. Sehingga membuatku gelisah dan memainkan jariku, aku mengetuk-ngetuk tasku dengan jari.

"Berisik!" Aku kaget dengan suaranya yang membentak itu.

"Maaf... Galak banget sih." aku bergumam.

"Kenapa kamu masih kerja seperti itu?"

"Memang kenapa dengan menjadi penyanyi?"

"Kenapa?! Jadi kamu suka memamerkan suara dan tubuh kamu di depan banyak orang, bahkan di depan laki-laki hidung belang?" Bian marah.

"Memamerkan tubuh? Hey Mas, aku nyanyi bukan melacur!"

"Tapi kamu biarkan laki-laki tadi menyentuh kamu membelai tangan kamu, atau apakah kamu senang dengan sentuhan dari laki-laki seperti itu heh?!"

Oh, jadi dia melihat kejadian tadi. Aku tidak menjawab nya.

"Kenapa diam? Apa itu berarti iya?"

"Hufft terserah kamu dan pendapat kamu tentang aku!" Kenapa aku harus menjelaskan segalanya padanya sedangkan kami bukan siapa-siapa.

"Kamu...! Aku ga mau anak-anak kita tercemar. Kalau kamu butuh uang, kamu bisa bilang sama aku!"

"Tercemar??!" Aku melongo tak percaya, aku ingin membalas perkataannya tapi tercekat rasanya. Aku merasa sangat terluka hingga tidak bisa bersuara. Apakah aku hanya butuh uang? Aku bekerja karena aku senang dengan pekerjaannya, aku bisa mengaktualisasikan diriku. Ahh, percuma menjelaskannya! Aku hanya membuang muka dan menahan amarah

Sesampai di rumah, sudah aku tebak anak-anak belum tidur, mereka menunggu ku. Membuat mood yang sudah terjun bebas kembali mumbul ke langit.

"Ibu... Ayah..." Air dan Banyu berlari dari lantai atas langsung memeluk kami.

"Ibu sama ayah abis pacaran ya?" Banyu bertanya.

"Pacaran? Emang Banyu ngerti pacaran itu apa?" Tanyaku dengan gemas pada anak lucu ini.

"Ngerti, pacaran kan kalo ayah dan ibu mau bikin adek buat Banyu."

"Heh? Apa? Ih Banyu salah itu, kok kamu tahunya seperti itu, kamu tahu dari mana?" Aku kaget mendengar jawaban anak ini.

"Tadi Banyu nonton di TV, bilangnya begitu..."

"Astaga... Udah ibu bilang kan nonton nya yang kartun aja!"

"Tadi Air juga nonton sama Banyu."

"Air juga nonton?"

"Iya Bu, tapi ceritanya bukan seperti itu, Banyu salah mengerti cerita."

Aku menatap ke Bian. Lihat, hasil dari memanjakan anak-anak.

"Lihat tuh mas, kamu yang kasih mereka nonton kan, silahkan sekarang di urus."

"..." Dia hanya diam dan pergi ke ruang nonton.

Kawin Kontrak : Dalam Miskin Dan Kaya? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang