Prolog

215 22 1
                                    

"Oi! Cepatlah Narusaka!" Seru seorang pria yang tubuhnya sepenuhnya ditutupi oleh kain, pria itu ku kenal dengan nama Twice.

"Ya!" Jawabku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya!" Jawabku. Kalian mungkin penasaran, kenapa aku menjadi seperti ini, kenapa Main Character ini menjadi bagian dari League Of Villain. Jika aku sudah masuk organisasi seperti itu, tidak bisa dibilang kalau aku ini adalah anti-hero yang kerjanya melawan Character lain yang lebih jahat.

Jika kalian mau tahu, maka kita harus mundur sangat jauh, karena percuma jika aku hanya memperlihatkan alasan aku gabung League Of Villain, itu hanya akan memunculkan pertanyaan lain. Saat yang kumaksud, adalah saat aku berumur 5 tahun, saat itu aku sedang menyiapkan makanan untuk orang tuaku. Jika kalian punya dua orang tua, maka aku punya tiga. Ya, dulu aku sangat bangga akan hal itu karena aku punya yang lebih dari yang lain. Tatapan menusuk dari orang-orang di rumah tidak mempengaruhi kepolosan anak umur 5 tahun ini. Sampai aku mendengar pembicaraan dua orang pembantu.

"Apa-apaan anak itu, ia sangat mengumbar-umbar dirinya punya tiga orang tua. Bikin malu saja" Ucap salah satunya.

"Yah, mau bagaimana lagi dia sangat polos dan bodoh, disuruh-suruh dia setuju begitu saja. Dia juga sok dekat dengan nyonya besar, padahal dia tidak punya hubungan apapun dengan beliau" Saat itu aku yang sedang hendak membantu para pengurus rumah tangga, segera berlari ke kamarku. Ayahku yang tadi kulewati segera mengejarku.

"Hei Narusaka, ada apa? Kenapa kau berlari?" Tanya ayahku.

"Ta-Tadi(hiks) kudengar dari Ayano-san dan Shinozaki-san kalau aku dan mama tidak punya hubungan apapun, apa itu benar?" Tanyaku sambil terisak tangis.

"Tak kusangka akan mengatakan hal ini secepat ini, ayo kekamarmu, akan ayah jelaskan" Ayahku pun menggendong ku menuju kamar.

Ayahku pun menjelaskan bahwa aku adalah anak dari perkawinan yang tidak seharusnya di keluarga ini. Anak yang lahir dari hubungan 'gelap' yang saat diceritakan aku tidak tahu. Setelah ayahku menceritakan hal itu, ia kemudian bangun dan berjalan keluar kamar. Aku yang saat itu tidak paham satu katapun dari mulutnya mulai mencari di go*gle.

Akupun mengetahui kebenarannya, kalau aku ini tidak diinginkan. Itu juga menjelaskan banyak hal, aku sering diperlakukan lebih rendah dari para maid, ibuku sering mengalami kecelakaan akibat maid yang lain, dan banyak hal buruk menimpa kami. Saat itu aku hanya bisa menghibur diri dengan mengurung diri di kamar. Akupun mulai berubah, biasanya aku akan melakukan perintah dengan senang hati, tapi kini aku sudah mengetahuinya, tidak akan ada yang sama, kecuali Momo-onee-san tentunya. Ia tetap bermain denganku, meski kupikir onee-san tidak tahu tentang itu.

Aku yang saat itu sedang stress menceritakan apa yang diceritakan oleh ayah. "Hmm, aku tidak begitu mengerti, tapi jika itu yang membuat kamu berubah, sepertinya itu buruk. Tapi onee-san akan selalu ada untukmu" Ucapnya, aku yang saat itu sangat butuh tempat bersandar segera memeluknya dan mulai menangis. Sejak saat itulah, aku berbeda didepan semua orang dan didepan onee-san. Aku mencoba tetap kuat, menahan tangis yang akan keluar, barulah ku keluarkan semua tangisku ketika sendiri atau ketika bersama onee-san.

Tak terasa, aku kini sudah mau memasuki tingkat SMP. Tentu, cacian dan makian terus kuterima dari hampir semua orang di rumah. Aku tak tahan, aku meminta ayahku untuk menyewakan sebuah apartemen murah untukku dan ibuku tinggal dengan alasan ingin mandiri.

Aku ini bisa dibilang fans dari semua hero, betapa menakjubkannya mereka yang berasal dari berbagai latar belakang. Pro Hero no. 1 saat ini adalah All Might. Akupun berimpian untuk bisa menjadi seperti All Might yang di hormati hampir semua orang di sini.

Quirk yang saat ini banyak penggunanya, hal itu bangkit dalam diriku. Saat itu aku sedang di bully oleh beberapa orang siswa di sekolahku. Aku yang saat itu hanya memikirkan amarah, jadi teringat tentang Pro Hero no. 2, Endeavour. Sontak tanganku mengeluarkan api. Siswa yang tadi menyerangku menghindari dan api itu hampir mengenai orang lain.

"Awas!" Seruku berusaha memperingatkan. Tapi tiba-tiba sebuah dinding dari semen muncul. Orang yang punya kekuatan itu adalah pro hero pengendali semen Cementos. Tapi dinding itu bukan terciptanya darinya, tapi itu tercipta dariku. Tangan kiriku mengeluarkan api dan tangan kananku menciptakan dinding semen. Orang-orang yang sangat penasaran kemudian berusaha menginterogasi ku, tapi aku kemudian 'menumbuhkan' sayap mirip Hawks dan pergi menuju atap sekolah. Aku saat itu hanya kepikiran kalau aku adalah anak haram dari pengguna Quirk yang kugunakan tadi. Sampai akhirnya mereka mengatakan bahwa aku memiliki kemampuan atau Quirk dengan nama Copy. Itu memungkinkanku untuk meniru Quirk orang lain, tapi kelemahan mereka menjadi kelemahanku juga.

Akupun menjalani hidup di SMP dengan ditakuti. Siapa yang tidak takut, aku hanya perlu meniru Quirk hebat dan aku bisa membunuh mereka dalam sekejap.

Aku kini telah lulus tanpa kenangan apapun, kecuali tentunya onee-san yang sering main ke apartemenku sepulang sekolahnya. Hanya onee-san lah tempat aku bisa bercerita keluh kesahku selama ini. Aku tidak ingin mengkhawatirkan okaa-san, jika aku curhat padanya.

Kini, aku sedang mencari sekolah yang ingin kutuju. Sekolah yang tidak begitu menonjol, tapi menghasilkan hero yang lumayan terkenal. Aku melakukannya, hingga ayahku menelpon.

"Oh tou-san, aku tadi baru mau menelpon tentang sekolah tujuanku nanti" Ucapku di telfon.

"Begini, mengenai itu, tou-san pikir lebih baik kalau kau masuk UA, tou-san sudah dengar tentang Quirk mu, disana pasti banyak pengguna Quirk yang juga hebat, kau bisa mempelajarinya dan menggunakannya di masa depan, bagaimana?" Tanyanya tanpa membiarkanku berbicara.

"Tapi kupikir aku lebih baik masuk General Hero High School. Memang tak sebagus UA, tapi disana juga menghasilkan hero yang kuat, bagaimana?" Akupun melakukan penawaran.

"Maaf, aku tak bisa mengijinkannya, lagipula, Momo juga yang memintamu untuk ikut masuk kesana. Katanya ia kangen satu sekolah denganmu" Ucap tou-san membuatku menarik kembali niatku.

"Ba-Baiklah, jika memang itu maunya nee-san" Ucapku kemudian hendak menutup telfon. "Ya, kalau begitu, tak ada hal lain lagi kan?"

"Ya, sampai jumpa" Akupun membalasnya dan menutup telfon.

Kini, aku tengah mempersiapkan ujian masuknya, siapa yang tahu apa yang harus kulakukan untuk bisa masuk. Kini pula, kisah ku untuk meraih gelar hero no. 1 dan mendapat penghormatan dari semua orang dimulai.

The Unwanted HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang