Chapter 2

2.1K 277 41
                                    


Jangan lupa vote & komen, ramein lapak ini. Terima kasih buat kalian semua yang udah tinggalin jejak. Sarangeeee sekebon 🥰❤️

Playlist : Mocca - Secret Admirer 🎼

Happy reading 🌹

💃💃💃💃💃

Hugo dengan sabar menunggu Clemira yang masih betah berada di dalam mobilnya. Ia sudah hafal dengan kebiasaan para gadis yang harus touch up wajah dulu sebelum beraktivitas. Terlebih, ia tahu, Clemira belum memoles wajahnya saat berangkat karena ia datang ke rumah gadis itu lebih awal. Ia sudah memprediksi, kali ini akan menunggu lebih lama.

"Gue duluan, ya," kata Clemira begitu turun dari mobil.

"Cley, tunggu!" seru Hugo seraya menahan lengan Clemira, membuat Clemira mengangkat kedua alisnya. "Nanti pulangnya jadi bareng Kak Theo?"

Clemira mengangguk. "Jadi. Udah janjian dari semalem. Kenapa?"

"Nggak. Gue cuma mastiin aja."

"Kirain ada apa."

"Anyway, kado dari gue, lo nggak mau beneran? Gue taruh di bagasi mobil, tuh."

"Lo tahu, gue nggak suka ulang tahun. Tetep aja kasih gue ucapan sama kado. Ya udah deh, nanti gue ambil pas selesai kuliah. Gue duluan, ya. Bye, Hugo!"

Hugo hanya bisa geleng-geleng melihat Clemira. Sudah sejak kecil mereka bersama-sama, tetapi tidak ada yang berubah sedikitpun dari sosok Clemira. Tetap menyenangkan dan terlihat menggemaskan. Sedetik kemudian, ia tersenyum lebar melihat punggung Clemira yang semakin menjauh.

"Senyum-senyum sendiri. Kesambet tahu rasa, lo!" seru seorang gadis sambil memukul kepala Hugo.

"Kampret! Kaget gue!" Hugo mengumpat seraya mengelus dadanya karena terkejut.

Kali ini, Hugo tidak perlu menebak siapa gadis yang membuat detak jantungnya bertambah cepat saking kagetnya. Ia sudah tahu siapa pemilik suara cempreng itu. Benar saja, saat ia menoleh, dilihatnya Cynthia tertawa karena mendengar responsnya. Terlebih, ia hanya melengos dan berjalan lebih dulu tanpa menggubris gadis berwajah jutek tersebut.

"Tungguin gue, ih!" seru Cynthia sambil berjalan menyamai langkah Hugo.

Kini, Hugo menoleh. Mengamati penampilan Cynthia dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Gedein tuh baju. Roknya kependekan. Mau gue beliin baju sama rok yang baru?"

"Dih, sensi amat!"

"Lo nggak lihat, para cowok ngelihat lo segitu mupengnya?" tanya Hugo kemudian.

Cynthia meringis. "My style, Go. Lagian mana ada calon dokter yang keren kayak gue?"

Hugo menghela napas. Ia segera memberi wejangan kepada Cynthia panjang lebar. Agak pusing sebetulnya memberi pidato pada gadis itu setiap hari. Entah, hal apa yang mampu membuat Cynthia tergugah dan berubah menjadi lebih baik nantinya.

Mendengar kata-kata mutiara yang keluar dari mulut Hugo, Cynthia ganti menghela napas. Ia merasa, Hugo terlalu rewel untuk ukuran laki-laki. Mendengar omelan Hugo, ia merasa sedang dinasihati oleh mamanya.

LOVE DESTINY (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang