Chapter 9

1.3K 186 9
                                    

Siapa kangen Clemira? Atau kangen Kenzo?

Sebelum baca, tinggalkan jejak ya ❤️ terima kasih untuk semua cinta & dukungannya. Mohon tandai jika ada tipo. Maklum, mata udah siwer hiks

Happy reading 🌹

💃💃💃💃💃

Clemira mengedipkan mata beberapa kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Clemira mengedipkan mata beberapa kali. Ditatapnya layar ponsel lekat, seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bahkan, butuh waktu sekitar lima menit untuk berani merespons pesan itu. Kenzo mengirimi pesan padanya lebih dulu? Memintanya untuk menyimpan nomor ponsel? Ini bukan mimpi, kan? Mengapa laki-laki itu hobi membuat jantungnya tidak sehat, sih?

Clemira menyentuh dada kirinya, berusaha menenangkan diri sendiri karena pesan dari Kenzo. Jangan baper, jangan baper ...

"Ya Tuhan!" pekik Clemira saat ponselnya bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Kedua matanya melebar saat ada nama Kenzo di layar.

Kenzo nelepon gue? Gue harus ngomong apa, nih?

"Halo," sapa Clemira setelah memberanikan diri mengangkat telepon.

"Hai, Clemira," sapa Kenzo. "Sorry, kaget ya, gue nelepon tiba-tiba?"

Menurut lo?

"Ehm ... ada apa, Ken?"

Tidak disangka, tawa Kenzo berderai di seberang telepon. "Anak-anak mau ngeband. Besok masuk kuliah belum tentu bisa ngumpul karena sebagian udah mulai skripsi. Kira-kira lo bisa ikut ngeband nggak?"

"Ha?!"

"Cynthia sama Hugo juga ikut. Makanya gue ajak lo, siapa tahu bisa gabung."

Clemira menegakkan punggungnya, raut wajahnya berubah cerah. "Di mana ngeband-nya?"

"Di Triangle Studio, jam empat sore."

"Boleh. Nanti gue kabari kalau berangkat."

"Ehm ... Clemira ...."

"Ya?"

"Kalau gue jemput aja gimana?"

Ya Gusti! Kena serangan jantung beneran gue kalau begini!

"Gimana, Clemira?" tanya Kenzo saat tidak ada respons dari gadis imut itu.

Clemira menelan salivanya susah payah. "Boleh."

"Share loc alamat rumah lo, ya. Gue mau siap-siap dulu, habis itu gue jemput."

Setelah menutup telepon dari Kenzo, Clemira buru-buru memasuki walk in closet. Ia mendadak panik. Pakaian apa yang harus ia kenakan? Dress? Ia kan, tidak pergi ke pesta. Blazer? Ini bukan acara formal. Celana jin dan kemeja? Ah, terlalu biasa. Malah seperti setelan saat pergi ke kampus.

LOVE DESTINY (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang