Hari ini ketemu sama temen-temen Clemira dulu, ya. Cley lagi pergi healing sebentar 😝
Jangan lupa tinggalkan jejak ya 🥰🥰🥰
Happy reading 🌹
💃💃💃💃💃
"Mau lanjut di mana? Eropa? Amerika?" tanya Hugo pada Davina yang sedang memasukkan pisang goreng ke mulut.
"Ehm ... masih bingung, sih. Pengen ke Amerika. Aku tuh ngincer Stanford, tapi kayaknya berat. Mungkin aku mau coba ke Columbia Law School. Kamu?" tanya Davina setelah menelan pisang gorengnya.
"Aku masih mau fokus sama koas dulu. Tapi, kalau emang nantinya mau lanjut spesialis, rencana mau di Pelita aja."
"Kenapa nggak ke luar negeri aja? Ke Polandia, mungkin?" tanya Davina.
"Nggak minat. Mau di sini aja. Biar bisa sekalian belajar ngelola rumah sakit," jawab Hugo seraya memutar ponsel yang berada di tangannya.
"Kalau gitu, kenapa nggak ambil MMR³ aja? Kamu malah pengen jadi dokter bedah jantung."
Hugo terdiam sejenak. "Ada beberapa pertimbangan, Dav. Aku maunya jadi dokter bedah jantung. Kalau MMR, beberapa sepupu udah ada yang ambil. Jadi, aku mau beda aja," lanjutnya lalu tertawa kecil.
Obrolan mereka terhenti karena ponsel Hugo berdering beberapa kali. Keningnya berkerut ketika nama William muncul di sana.
"Siapa?"
"William," jawab Hugo. "Bentar ya, aku angkat dulu."
Davina mengangguk. Gadis itu mempersilakan Hugo untuk mengangkat telepon dari William. Agak heran juga karena setahunya, William dan Hugo jarang berkomunikasi. Mengapa kali ini William tiba-tiba menelepon Hugo? Ada hal penting apa?
"Ada apa, Will?"
"Lo di mana?" tanya William dari seberang telepon.
"Gue baru di rumah Davina. Ada apa?" tanya Hugo heran karena mendengar suara panik William.
"Bisa dateng ke hall basket Senayan sekarang?"
Kening Hugo berkerut. "Will, ada masalah?"
"Masalah besar, Go. Kenzo sama Clemira habis ketemu Ruby sama Arbian. Kenzo langsung ngedrop dan ninggalin Clemira gitu aja. Gue susul cari Cley, nggak ada. Gue teleponin nggak diangkat. Gue takut kalau tuh cewek nyasar atau ketemu orang nggak bener."
Mata Hugo membulat. Ia terkejut mendengar penuturan William. Aliran darahnya seakan berhenti. Tubuhnya menegang. Clemira berada di hall basket Senayan? Mengapa gadis itu tidak memberitahu? Apakah Cynthia atau Elle mengetahui hal ini?
"Go, lo bisa denger gue?" tanya William saat tidak ada respons dari Hugo.
"Shit!" maki Hugo seraya menutup telepon dari William.
"Ada apa, Go?" tanya Davina heran saat mendengar umpatan Hugo. Terlebih, ia melihat perubahan raut wajah laki-laki itu.
"Maaf, Dav. Aku harus balik sekarang."
Tanpa menunggu jawaban Davina, Hugo segera menyambar jaket dan kunci mobil, lalu segera keluar dari rumah mewah tersebut. Clemira. Saat ini fokusnya hanya tertuju pada Clemira. Sama seperti William, ia beberapa kali menelepon ponsel Clemira, tetapi tidak ada jawaban. Kenzo meninggalkan Clemira begitu saja? Di tengah kerumunan di dalam hall basket?
Hugo seperti kesetanan saat menghidupkan mobil. Tangan kanannya sibuk mencari kontak di ponsel. Ia hendak menelepon Elle, tetapi ia tahu Elle pasti sedang sibuk di kantor. Cynthia? Ya, semoga saja Cynthia bisa menemainya mencari Clemira.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE DESTINY (TERBIT)
RomanceClemira, seorang balerina berbakat yang sudah lama menjadi secret admirer Kenzo, atlet basket keren andalan Garuda Jakarta. Ia berpikir jika selamanya akan seperti itu. Namun, sebuah kejadian di depan toilet kampus menjadi gerbang kedekatan mereka. ...