Setelah sekian lamaaaaa ... repost juga chapter 6 🥹🥹🥹
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote & komentar. Dukungan kalian sangat berarti untukku ❤️
Happy reading 🌹
💃💃💃💃💃
Perempuan bermata sipit itu mengamati suasana di dalam ruang balet dari balik pintu kaca. Ditatapnya Clemira yang sedang mengajar belasan murid remaja, memberi contoh gerakan dasar balet di depan kelas. Sesekali gadis itu mengoreksi body alignment beberapa murid agar menghadap ke arah yang benar sesuai gerakannya.
Perempuan itu melipat kedua tangan di depan dada, tidak bergerak sama sekali selama mengamati Clemira yang kini sedang menari bersama murid-muridnya. Kedua matanya sontak memelotot ketika melihat Clemira melakukan gerakan Grand Jette². Tentu saja, tidak mudah melakukan gerakan tersebut karena perlu kekuatan badan, postur, flexibility yang baik serta kontrol sejak awal bergerak hingga akhir.
"Kak Meta?" sapa Clemira seraya membuka pintu ruang balet. Ia baru menyadari ada Meta yang berdiri di depan pintu setelah mengakhiri kelasnya. Tentu saja, saat melihat Meta, ia segera mengajak murid-muridnya untuk cool down³ dan buru-buru keluar dari ruangan.
Perempuan bernama Meta itu tersenyum. "Hai."
Meta Elfiana Subroto, mantan anak didik Black Swan Academy dan kini telah menjadi pengajar tetap di sana. Sudah memiliki nama besar di dunia balet. Perempuan bermata sipit itu sudah banyak mengikuti kompetisi besar. Tiga tahun lalu, nama Meta melambung karena mengikuti kompetisi Malaysia International Ballet Grand Prix dan menyabet gelar juara 3 serta membawa piala untuk Indonesia.
Clemira tahu, Meta-lah yang merekomendasikan dirinya untuk masuk ke Black Swan Academy sejak lulus SMA. Namun, ia tidak tertarik masuk ke akademi besar itu sampai detik ini. Padahal, banyak yang mengatakan bahwa kemampuannya bisa melebihi Meta jika mendapat pelatihan yang serius.
"Kak Meta dari kapan ada di sini? Kok nggak masuk aja?" tanya Clemira.
"Dari tadi pas kamu ngajar mereka," jawab Meta ramah.
"Aduh, maaf, Kak. Aku terlalu fokus sampai nggak sadar ada Kak Meta di luar," ucap Clemira merasa tidak enak.
"No problem," sahut Meta. "Kamu udah nggak ada kelas lagi?"
"Nggak ada, Kak. Aku cuma ambil satu sesi aja sehari. Kenapa?"
"Ada yang mau aku obrolin sama kamu, kalau kamu nggak keberatan," kata Meta.
"Ah, aku free, kok. Yuk, duduk di sana aja," ajak Clemira seraya menunjuk sebuah bangku panjang yang berada di pinggir taman.
"Kamu tahu kan, aku udah dari lama mengamati perkembangan kamu dalam menari." Meta membuka obrolan setelah mereka duduk di bangku taman.
Clemira tersenyum. Tentu saja ia mengetahuinya. Meta sering datang ke Sarang Dance School hanya untuk melihatnya menari. Ia tahu, perempuan itu masih ingin menjadikan dirinya bagian dari Black Swan Academy. Seperti sekarang ini, ia juga mengetahui apa tujuan Meta ingin mengajaknya berbicara.
"Kamu punya potensi besar, tapi kenapa kamu malah lebih memilih mengajar di studio kecil begini? Kamu nolak masuk Black Swan, jadi pengajar di sana juga kamu tolak. Kamu malah milih ngajar di tempat kecil begini. Jujur, aku kecewa."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE DESTINY (TERBIT)
RomanceClemira, seorang balerina berbakat yang sudah lama menjadi secret admirer Kenzo, atlet basket keren andalan Garuda Jakarta. Ia berpikir jika selamanya akan seperti itu. Namun, sebuah kejadian di depan toilet kampus menjadi gerbang kedekatan mereka. ...