Selamat malam. Mari kita lanjutkan kisah yang rumit ini 🥺
Jangan lupa tinggalkan jejak 🥰
Happy reading 🌹
💃💃💃💃💃
Clemira menghirup napas dalam-dalam, berusaha mengisi paru-paru dengan oksigen lebih banyak dari biasanya. Entah, sudah berapa lama ia tidak menginjakkan kaki di kampus dan melewatkan mata kuliah kali ini? Sepertinya, ia harus mengulang beberapa mata kuliah semester depan untuk jadwal mata kuliah yang tidak bisa menitip absen.
Apa yang harus Clemira katakan jika ada yang menanyakan ke mana dirinya hampir tiga minggu ini? Padahal, menonton pertunjukan Black Swan saja hanya membutuhkan waktu satu hari. Haruskah mengatakan ia menghilang karena healing karena berita kerenggangan hubungannya dengan Kenzo?
Memang, selama menghilang kemarin, Clemira merenungkan hubungannya dengan Kenzo. Kini, ia sudah menemukan jawaban, jalan apa yang akan diambil. Delapan bulan sudah mereka berkenalan dan menjalin hubungan yang cukup dekat. Bahkan, hubungan mereka bisa dikatakan lebih dari sekadar teman biasa. Namun, Kenzo tidak pernah memintanya untuk menjadi kekasih. Terlebih, kejadian di hall sudah cukup membuatnya membuka mata. Hal itu yang membuatnya ragu akan perasaan Kenzo. Mungkin, memang lebih baik ia menjauh. Ia akan menghilang dari kehidupan Kenzo agar tidak menganggu laki-laki itu.
"Eh, Clemira berangkat juga. Betah amat di Singapura. Apa kabar selama di sana?"
Clemira tersenyum mendengar sapaan dari Ave saat dirinya melewati pintu kelas. "Baik. Singapura masih rame kayak biasa."
"Absen lo aman. Cuma ada satu atau dua mata kuliah yang absennya ngepas. Coba besok lo cek lagi, ya."
"Oke. Thank you, udah absenin gue selama gue nggak masuk," ujar Clemira, lalu berlalu meninggalkan Ave.
Biasanya, Clemira akan duduk di dekat Ave atau Nancy di barisan belakang. Namun, kali ini ia memilih duduk agak jauh dari keduanya dan memilih kursi depan. Nancy sampai melongo saat ia hanya tersenyum tipis dari deretan depan.
Saat Clemira hendak meletakkan tas dan duduk, lengannya ditahan oleh seseorang. Ia membalikkan badan, sontak matanya melebar. Kenzo berada di sampingnya. Entah, dari mana laki-laki itu mengetahui di mana kelasnya.
Suasana kelas mendadak hening melihat Kenzo dan Clemira saling adu tatap. Mereka memasang telinga dengan baik, ingin mengetahui obrolan dua orang yang dikabarkan sedang tidak dalam keadaan baik. Melihat bagaimana tatapan dingin Clemira saat ini, semua tahu, gosip yang beredar benar adanya. Hubungan mereka renggang. Entah karena keduanya lebih memilih karier, atau karena Clemira lebih memilih Theodore Indrawan, yang masih satu circle dengan keluarga besar Gunawan.
"Clemira," panggil Kenzo lirih. "Lo ke mana aja?"
Clemira tersenyum sinis. "Bukannya harusnya gue yang tanya gitu ke lo?"
Kenzo tersentil mendengar pertanyaan Clemira. "Maaf, waktu itu gue—"
"Gue baru nggak bisa ngobrol sama lo. Kelas gue mau dimulai," potong Clemira. Ia enggan berbicara dengan Kenzo untuk saat ini. Melihat laki-laki itu berada di hadapannya saja membuat hatinya serasa dicubit-cubit. Lebih baik ia mengusir Kenzo saja.
Kenzo terperenyak. Ia tidak menyangka Clemira bisa bersikap dingin padanya. Memang, selama menghilang, ia terus mencoba menghubungi Clemira. Namun, sepertinya Clemira sengaja menonaktifkan ponselnya. Seperti kata Nancy, Clemira juga tidak aktif di sosial media. Kini, melihat Clemira berbeda dengan sebelumnya, tentu membuat rasa bersalahnya semakin besar. Ingin rasanya ia memeluk gadis mungil itu, tetapi kali ini Clemira menjaga jarak dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE DESTINY (TERBIT)
RomanceClemira, seorang balerina berbakat yang sudah lama menjadi secret admirer Kenzo, atlet basket keren andalan Garuda Jakarta. Ia berpikir jika selamanya akan seperti itu. Namun, sebuah kejadian di depan toilet kampus menjadi gerbang kedekatan mereka. ...