Cafe

313 30 3
                                    

Aurora dan Farras memasuki sebuah cafe yang terletak tidak jauh dari sekolah, tadinya mereka berniat langsung pulang setelah sekolah berakhir tapi tiba-tiba Rora merasa lapar. Berhubung tante Nova sedang tidak ada dirumah, jadinya mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang.

"Mau pesen apa?" tanya Farras sembari melihat-lihat buku menu.

"Nasi goreng aja." Farras mengangguk dan menganggil pelayan untuk memesan dua piring nasi goreng.

"Ras, liat deh." Rora menyodorkan ponselnya agar Farras bisa melihat apa yang ada dilayar tersebut.

"Itu gunung apa?" ya, Rora memang menunjukkan foto sebuah kegunung kepada Farras.

"Gunung Kerinci."

"Sumatra?"

"Ho'oh, kamu tau?"

"Hanya sekedar tau namanya aja, itu gunung tertinggi di Sumatra kan?" Rora mengangguk dengan antusias.

"Iya, gunung tertinggi di Sumatra atau lebih tepatnya di Provinsi Jambi." Rora kembali melirik ponselnya yang menampilkan banyak gambar tentang gunung tersebut.

"Kamu berniat naik kesana?" Rora mengalihkan pandangannya keatah Farras.

"Niatnya sih ada, tapi jadi atau enggak nya gak tau. Aku juga udah nanya-nanya sama temen bang Fero soal gunung itu, katanya dia juga mau kesana." Farras mengangguk mengerti, tak lama kemudian terdengar suara seseorang yang memangil nama Rora dari kejauhan.

"KAK RORA." teriak Bintang dari arah pintu cafe dan langsung berlari kearah Rora disusul dengan Bulan dibelakangnya.

Buk.
"Aduh." Bintang langsung mengaduh saat Bulan memukul kepalanya dengan keras.

"Apasih Lan?"

"Apasih Lan - apasih Lan. Suara lo tuh, buat malu aja."

"Tau malu lo?" tanya Bintang seraya mengelus-elus kepalanya.

"Mau gue tampol lo?" Bintang memanyunkan bibirnya dan langsung duduk dikursi sebelah Farras.

"Kalian berdua doang? Bang Joshuanya kemana?" tanya Rora saat melihat Bulan dan Bintang hanya berdua. Ya, tadi Bulan mengirim pesan kepadanya kalau ia, Bintang dan Joshua akan menjemputnya disekolah, tapi saat Bulan mengirim pesan, ia sudah lebih dulu pergi bersama Farras. Jadinya ia menyuruh mereka untuk menyusul ke cafe.

"Katanya ada urusan mendesak sama dosennya, jadi kita diturunin didepan." jawab Bintang, setelah itu, ia beralih menatap Farras yang juga saat ini sedang menatapnya.

"Lo siapa?" tanya Bintang membuat Bulan ikut memusatkan perhatian kepada Farras.

"Oh iya kalian belum kenalan, Farras kenalin, mereka sepupu aku, ini Bulan dan itu Bintang. Mereka kelas 10 sma Nusa Bangsa. Bulan, Bintang, kenalin dia Farras, pacar kakak." Bintang menatap Farras dengan sorot tak percaya.

"Sejak kapan kakak pacaran sama dia?"

"Udah jalan 5 bulan kenapa?" Bintang menatap Bulan dan mencondongkan badannya seolah ingin berbisik.

"Ssst, Lan. Gantengan gue gak sih?" Farras mendelik kesal, pasalnya Bintang berbisik bukan dengan nada pelan tapi dengan nada bisa seolah mengobrol.

Rora tersenyum canggung kearah Farras dan diam-diam menendang kaki Bintang dari bawah meja. Namun naas, bukannya kaki Bintang yang ia tendang, tapi malah kaki Farras.

"Aduh." Farras meringis seraya mengelus-elus kakinya yang ditendang Rora.

"Duh, maaf ya gak sengaja. Sumpah deh." Bintang menatap Rora dengan tatapan selidik.

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang