Keluarga Baru

182 24 7
                                    

Alya mengangkat telfonnya yang berbunyi saat melihat panggilan tersebut ternyata dari Bintang.

"Gimana?"

"Iya ma, pagi ini mereka bertiga berangkat ke Jambi."

"Oke, pulang sekarang." Alya mematikan sambungan telfon tersebut dan beralih menatap Adam. Adam yang merasa ditatap oleh Alya pun hanya bisa berdehem.

"Tante ada perlu apa ya sama saya?" tanya Adam.

"Orang tua kamu kerja apa?" tanya balik Riki membuat Adam mengalihkan pandangannya dari Alya kearah Riki.

"Saya yatim piatu Om, orang tua saya meninggal dari saya kecil."

"Jadi siapa yang mengurus kamu?"

"Saya tinggal dipanti asuhan sampai saya lulus sma." Adam mengusap tengkuk nya karena merasa bingung dengan suasana ini. Mengapa sekarang jadi dia yang diintrogasi oleh mereka semua?

"Punya foto orang tua kamu?" Adam menggeleng.

"Tapi saya punya kalung milik ayah saya." Adam mengeluarkan kalung dari balik bajunya dan membuat Alya, Riki dan Aji yang baru menghampiri mereka langsung tercekat.

"Sejak kecil saya tidak begitu mengenal ayah saya, dan ibu saya meninggal saat saya berumur 4 tahun."

"Siapa nama ayah kamu?"

"Riko?" jawabnya dengan nada ragu, jujur ia tidak begitu ingat mengenai ayahnya karena saat ibunya menceritakan soal ayahnya, ia masih terlalu kecil untuk mengerti.

Alya menunjukan sebuah foto diponselnya pada Adam.
"Ini ibu kamu?" Adam terkejut.

"Tante dapat dari mana foto ibu saya?" tanpa mengucapkan sepatahkata pun, Alya langsung memeluk Adam dengan sangat erat.

"Akhirnya kita nemuin kamu." bisiknya yang hanya bisa didengar oleh Adam.

"Alya." panggil Aji.

Alya mengangguk kearah Aji dan Riki yang hanya bisa menatap mereka dengan tatapan terkejut.
"Iya, dia anaknya bang Riko." Riki dan Aji pun ikut bergantian memeluk Adam dengan perasaan yang sangat bahagia, setelah 20 tahun mereka mencari kakak ipar serta keponakannya, akhirnya mereka menemukannya juga walau dengan cara yang tidak mereka duga.

"Tunggu dulu, maksudnya apa ya?"

"Ayah kamu Riko, adalah kembaran dari bang Riki, abang kami. Sudah 20 tahun kami semua mencari kalian, tapi kami benar-benar kehilangan jejak."

"Ayah saya kemana?"

"Bang Riko sudah meninggal sejak kamu masih didalam kandungan, mereka mengalami kecelakaan pesawat."

"Mereka?" Alya mengangguk.

"Iya, ayah dan nenek kamu." baru saja Adam ingin bertanya kembali, tiba-tiba seorang pria paruh baya memasuki rumah dengan langkah tergesah-gesah dan langsung meninju wajah Riki.

"Papa."

"KEMANA CUCU SAYA?" bentak Galen, sementara Dafka langsung menarik mertuanya itu agar tidak memukul Riki lagi.

"Pa tenang dulu."

"KAMU DITITIPIN ANAK SATU AJA GAK BECUS, HARUSNYA SAYA BAWA PRINCESS KEBANDUNG DARI DULU, GAK PERLU TINGGAL SAMA ORANG TUA KAYA KALIAN INI." Bella yang dibentak sama mertuanya hanya bisa menangis ditempat.

"Pa, sudah tenang dulu, nanti Jantung papa kumat lagi." Dafka membawa Galen agar segera duduk disebelah Adam karena kebetulan cuma kursi itu yang kosong.

"Pa, Rora lagi di Jambi naik gunung sama temennya, papa gak perlu khawatir." Galen sedikit lebih tenang setelah mendengar penjelasan Alya.

"Kamu yakin?" Alya mengangguk.

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang