Cahaya matahari pagi sudah mulai terlihat memasuki sela-sela jendela kecil di rumah atap tempat tinggal Lisa.
Lisa bangun jam 05:30, jauh lebih cepat dari biasanya. Karena hari ini adalah saatnya melakukan interview, sehingga Lisa menyetel alarmnya dua jam lebih awal agar bisa memiliki lebih banyak waktu untuk bersiap-siap. Ia kemudian pergi ke dapur kecilnya dan membuat omelet yang dicampur sayuran dan tofu yang kemudian ia sajikan bersama nasi putih dan kaktugi yang dibuatnya dua hari lalu dan di simpannya di dalam kulkas mini pemberian ayahnya itu.
Setelah selesai dengan semua persiapannya, Lisa pun berangkat.
Ia pergi dengan menggunakan kemeja putih yang dipadukan dengan celana hitam panjang yang ditutupi dengan mantel hybrid, Tak lupa juga bucket bag kesayangannya yang dibeli beberapa hari lalu dari tabungan hasil membantu ayahnya di toko roti. Untuk sepatu, Lisa memakai sepatu block heels yang memang sudah di bawanya dari Ansan.
____Lisa menghentikan langkahnya sesaat memandangi perusahaan besar di depannya yang tidak lain dan tidak bukan adalah perusahaan Kim Grup. Ia memantapkan hati dan kemudian melangkahkan kaki memasuki salah satu perusahaan terbesar di korea selatan tersebut.
Sesampainya didepan lift, Lisa memperlambat langkah kakinya dan terlihat sedikit ragu-ragu. Ia kemudian menanyakan arah ke tangga darurat pada salah satu staf yang kebetulan berada di depan pintu lift yang masih tertutup itu. Ia lebih memilih melewati tangga darurat yang sudah pasti akan membuatnya kelelahan dan mungkin juga bisa membuatnya telat ke interview, dari pada harus bersesak-sesakan dengan orang di dalam lift yang menurutnya sangat menyeramkan itu.
Lisa mempercepat langkahnya menuju ke tangga darurat, ia sedikt berlari dan sangat terburu-buru. Namun tiba-tiba..
Brukk..
"Ah..Joesonghamnida! Aku tidak sengaja" ucap Lisa seraya berdiri dan melakukan bow berulang-ulang kali kepada pria yang ia tabrak dan seorang pria dibelakangnya yang terlihat seperti asisten atau sekretarisnya itu.
"Kwencana?" Tanya pria itu sembari memegang kedua pundak Lisa dan menampilkan ekspresi khawatir yang menurut Lisa sedikit berlebihan untuk orang yang baru pertama kali bertemu dan hanya terlibat tabrakan kecil dengannya itu.
Lisa terdiam memandanginya dengan sedikit heran. Pria itu berpenampilan sangat formal. Ia memiliki tinggi badan sekitar 173 cm dengan tubuh yang tegap, hidung mancung, mata cipit namum memiliki doble eyelid dan bibir tidak terlalu tipis yang membuatnya terlihat semakin menawan. "K.. Kwencana" Lisa seakan tersadar dari lamunan karna tatapan pria di depannya yang masih memandanginya dengan ekspresi khawatir yang sulit diartikan.
"Syukurlah.. mau kemana? Kau terlihat buru-buru" sembari melepaskan kedua tangannya dan bersikap lebih normal.
"Aku mau ke tangga darurat" Lisa tersenyum tipis.
"Jinjja.. Kenapa tidak lewat lift saja?"
"Aku lebih suka lewat tangga" Lisa tersenyum kecut. Oh ayolah, ia mulai muak dengan percakapan yang menguras waktunya ini. Ia harus secepatnya bergegas, mengingat tujuannya lantai tujuh dan harus lewat tangga darurat. Ia tak punya banyak waktu untuk percakapan membosankan yang seharusnya tak perlu mereka lakukan. Mereka hanya perlu mengatakan maaf dan berpisah, sudah cukup pikirnya.
"Baiklah.. Geurom" ucap pria itu seraya menundukan sedikit kepalanya dan pergi meninggalkan Lisa.
Lisa langsung buru-buru menuju ke tangga darurat setelah balas menunduk pada kedua pria yang sudah berlalu dari depannya itu. Kurang lebih sekitar 20 menit lagi sebelum interview dan dia harus naik sampai ke lantai tujuh menggunakan tangga darurat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA BRINGS LOVE
RomansaLalisa Park memiliki gangguan jiwa Claustrophobia dan Nyctophobia yang sudah sangat kronis. Ini adalah semacam gangguan jiwa yang ditandai dengan gangguan kecemasan hingga sesak napas saat dia berada di tempat yang sangat SEMPIT dan GELAP. Penyebabn...