Beberapa hari kemudian.
Wendy perlahan masuk kedalam ruangan Chanyeol dengan berpakaian sangat rapi. Chanyeol yang masih berbaring di kasur rumah sakit itu melihat ada raut yang berbeda terpancar dari wajah sang istri. Chanyeol menahan pertanyaannya sampai Wendy benar-benar mendekat padanya.
"Aku harus pergi hari ini, aku tinggal sebentar tidak apa kan?" Ucap Wendy yang kini meraih tangan Chanyeol dan menggenggamnya erat.
"Ada apa? Apa ada masalah?" Yang Chanyeol khawatirkan bukanlah Wendy yang ijin pergi hari ini melainkan raut wajah istrinya itu sedikit berbeda, Chanyeol menebak pasti sedang ada masalah.
"Aku harus pergi ke makam ibu" jawab Wendy lemah.
Chanyeol sudah tahu kabar ini melalui ayahnya, jadi Chanyeol hanya bisa menarik nafas dalam karena ia tahu Wendy pasti sangat sedih mendengarnya.
"Pergi sendiri?" Tanya Chanyeol.
"Eum, aku pergi sendiri" jawab Wendy lemah.
"Hati-hati, maaf aku tidak bisa mengantarmu dan menyapa ibumu" sesal Chanyeol.
"Tidak apa-apa, ibu pasti mengerti. Kita bisa kesana jika kau sudah sembuh nanti" Wendy mencoba tersenyum menguatkan dirinya sendiri.
"Kau harus kuat, jika ada apa-apa segera hubungi aku" Chanyeol terlihat sangat menyesal, andai keadaannya tidak seperti ini mungkin ia bisa menemani dan menguatkan sang istri. Sekedar memberi pelukan atau menemaninya menangis, tapi sekarang Chanyeol belum bisa melakukan apa-apa.
"Aku pergi" Wendy berkata sangat pelan, perlahan dia melepaskan tangan Chanyeol dan berjalan lesu keluar ruangan.
Chanyeol bisa melihat sebuah kesedihan terlihat dari punggung Wendy yang sedikit turun, Wendy pasti sangat terpukul mendengar orang yang begitu ia rindukan sejak kecil telah meninggalkannya tanpa sebuah pertemuan kembali.
.
.
.
Wendy memasuki ruang pemakaman dengan membawa beberapa bunga Krisan segar. Ia diantar oleh penjaga yang tak lama langsung menunjukan dimana abu sang ibu disimpan. Wendy melihat ke arah tempat yang dilapisi kaca bening itu, ia bisa melihat kendi abu yang bertuliskan nama ibunya dan beberapa foto mendiang bersama Yeri.
"Maaf, aku sangat terlambat menemui ibu" gumam Wendy kecil, ia menatap bingkai foto itu, wajah yang selalu Wendy rindukan setiap malam sejak ia masih kecil, Wendy bahkan tidak ingat jelas wajah sosok itu, namun kini ingatannya kembali dengan sempurna setelah melihat foto tersebut.
"Semoga ibu tenang dan bahagia disana, maaf aku sudah membencimu selama ini" Wendy mengakui jika ia memang membenci sang ibu semenjak ia dan ayahnya ditinggalkan.
"Tapi aku selalu berharap ibu bahagia" lanjutnya lagi.
"Hidupnya jauh dari kata bahagia" sahut seseorang yang berhasil mengagetkan Wendy. Wendy langsung menoleh ke arah suara, dan itu adalah Yeri yang sepertinya datang untuk melihat ibunya dan tidak sengaja mendengar perkataan Wendy.
Wendy tidak menggubris kedatangan Yeri, ia kembali menatap abu sang ibu yang berada di depannya.
"Kau datang Eonni? Dia pasti bahagia" sahut Yeri lagi, kini ia berdiri berdampingan dengan Wendy dan ikut menatap ruang kecil itu
"Apa dia sakit?" Wendy menanyakan perihal kenapa ibunya bisa meninggal.
"Dia selalu sakit, dia pecandu alkohol dan obat penenang" jawab Yeri jujur.
"Ku kira dia pergi untuk mencari kebahagiaannya, tapi justru ia malah menderita" Wendy tiba-tiba merasa sedikit lucu mengingat kembali hal itu, hal yang ia benci selama ini yaitu kenyataan jika ibunya meninggalkannya dan sang ayah untuk mengejar kebahagiaan bersama orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED TO LOVE YOU - (WENYEOL VER)
FanfictionWendy yang menikahi seorang CEO muda bernama Park Chanyeol dengan tidak ber-atas namakan cinta, namun suatu ketika ia harus merasa sakit ketika sang suami menatap sang adik dengan tatapan yang berbeda. apa yang sebenarnya Wendy rasakan? -Fated to lo...