Beberapa bulan kemudian...
Wendy terdiam mematung di depan dua lemari kaca yang berisi kendi abu milik kedua orang yang ia sayangi itu. Air mata Wendy tidak bisa mengalir karena sudah habis mengering dan Wendy tidak ingin lagi menangis dihadapan mereka lagi, karena Wendy sudah berjanji ia akan bahagia. Wendy merapatkan kedua tangannya lalu ia mengucapkan beribu do'a untuk keduanya, berharap mereka mendapat kebahagiaan di sana tidak seperti di dunia yang sangat ingin mereka tinggalkan ini. Setelah itu Wendy melepas tautan tangannya dan kembali memandang foto yang mulai usang itu yang menampilkan Yeri dan ibunya tengah tersenyum bahagia.
"Ini sudah siang kau pasti lapar" ucap seseorang yang kini memeluk Wendy dari belakang, lengan kekar pria itu melingkar sempurna di tubuh Wendy.
Wendy menengok sedikit, "aku ingin makanan pedas" ucapnya.
"Apakah ini keinginan dia?" Ucap Chanyeol yang kini mulai mengelus perut Wendy yang masih terlihat rata itu.
"Mungkin iya? Karena aku sangat ingin" jawab Wendy yang mengembangkan senyumnya.
"Apa kau sudah memberitahu mereka?" Chanyeol mempererat pelukannya.
"Eum, aku buru-buru kemari karena ingin memberitahu mereka dan setelah ini aku akan memberi kejutan pada ayah" jelas Wendy.
"Mereka pasti akan senang" ucap Chanyeol.
"Aku masih merasa bersalah pada Yeri, aku tidak bisa menjadi kakak yang bisa melindunginya" Wendy kini terlihat sedih. Setelah Yeri meninggal Wendy selalu merasa bersalah dan terlihat murung jika ia mengingat kejadian itu.
Chanyeol sedikit menengok ke arah sang istri untuk melihat wajahnya, "kau sudah berjuang membersihkan namanya di persidangan, dia pasti akan bangga memiliki kakak sepertimu"
"Tapi, aku tidak bisa menyelamatkan nyawanya" Wendy menengok ke arah Chanyeol yang juga tengah menatapnya. Terpancar kembali kesedihan di kedua mata bening milik Wendy.
"Ini adalah sebuah takdir yang sudah diatur tuhan, jadi jangan terus menyalahkan dirimu. Tidak baik untuk kondisi tubuhmu" tangan Chanyeol terangkat untuk mengusap lembut surai sang istri agar menenangkan hatinya.
"Kau benar" ucap Wendy pelan.
Chanyeol mengecup singkat pipi sang istri, "sebaiknya kita makan dulu, jangan sedih aku akan ikut sedih" Chanyeol mengusap pipi itu dengan lembut.
Wendy hanya mengangguk kemudian membentuk senyum tipisnya. Chanyeol melepaskan pelukannya dan meraih tangan Wendy untuk dia genggam.
"Apa tidak apa-apa kau berjalan kemari? Cukup jauh dari tempat parkir" ucap Wendy yang kini ikut melangkah di samping sang suami.
"Tidak apa-apa, aku sudah sembuh, jangan khawatir. Lagian aku ingin menyapa mereka juga tadi" ujar Chanyeol yang melangkah perlahan dan langkahnya masih sedikit pincang, tapi keadaanya sudah cukup baik sekarang.
Mereka akhirnya bisa merasakan hembusan angin cukup kuat sesaat setelah mereka keluar dari bangunan pemakaman itu karena lokasi yang berada di atas bukit. Langkah kecil keduanya kini melangkah perlahan menuruni tangga, hembusan angin tersebut berhasil membuat rambut keduanya melambai ke belakang.
"Musim semi sudah datang, aku suka harumnya" ucap Wendy, kedua mata sipitnya mengitari tempat itu, dan ia bisa melihat beberapa bunga yang mulai bermekaran.
Chanyeol terlihat terdiam sejenak.
"Aku akan mengajakmu ke suatu tempat besok, aku harap kau siap-siap" timpal Chanyeol.
Wendy sedikit terkejut dan melirik kearah suaminya itu, "Kemana? Siap-siap untuk apa?" Wendy langsung penasaran.
"Rahasia, kau harus berpakaian sangat rapi. Kita akan mengumumkan kehamilan mu besok saja, aku akan mengundang keluarga kita"
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED TO LOVE YOU - (WENYEOL VER)
FanfictionWendy yang menikahi seorang CEO muda bernama Park Chanyeol dengan tidak ber-atas namakan cinta, namun suatu ketika ia harus merasa sakit ketika sang suami menatap sang adik dengan tatapan yang berbeda. apa yang sebenarnya Wendy rasakan? -Fated to lo...