💎 9. Olive

1.6K 138 4
                                    

-Happy Reading-

***

Anev Pov_

Sejak kejadian Ali hendak mencium Intan beberapa minggu yang lalu. Aku dengan rajin selalu mengantar jemput Intan. Egois, posesif, terserah aku tak perduli. Aku hanya ingin memiliki seutuhnya dan menjaga milikku.

Dan bila Intan dekat dengan orang lain, aku sangat kesal. Aku benci bila milikku disentuh atau bahkan dilirik oleh orang lain. Anev takkan membiarkan itu terjadi, akan aku jaga milikku dengan baik, meski Intan selalu menolak untuk menjalani komitmen mengenai hubungan ini.

Entah lah. Aku sudah yang ke berapa kali untuk memohon kepadanya mengenai hubungan ini. Tapi Ia selalu mengelak tak ingin membicarakan hubungan ini dulu saat ini, keraguan apa yang menyelimutinya selama ini hingga tak pernah memberikan kepastian atas hubungan ini.

Tapi aku tak pernah lelah dan berhenti putus asa. Aku terus bersemangat atas hubungan ini, bagiku cinta butuh diperjuangkan. Mulai dari berjuang untuk menemukannya, mendekapnya dalam pelukan, membuatnya bertahan, membawanya ke pelaminan, sampai menjaganya sampai waktu memisahkan. Namun tidak memungkiri, memperjuangkan cinta bukan hal yang mudah. Terlebih hubungan terlarang yang seperti ini. Butuh pengorbanan besar yang harus kami korbankan satu sama lain.

"Jam 02.30 siang".

Gumamku lirih melihat jam tangan pemberian dari kekasihku. Sembari menunggu Intan di parkiran motor.

"Anev......".

Panggil wanita yang aku tak kenal, dengan jarak tiga langkah sedang mengarah keberadaanku bersender di motorku.

Aku bingung karena kenapa wanita itu bisa tahu namaku, padahal aku belum pernah berkenalan dengannya.

"Siapa wanita ini dan Ia juga mengenal namaku".

Batinku. Aku hanya tersenyum ke arah wanita yang memanggilku barusan.

"Aku Olive".

Ucapnya sambil mengulurkan tangannya ke arahku.

"Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana yah".

Gumamku dalam hati dengan menyalami tangannya dan tersenyum dengan wajah bingungku.

"Anev...".

Ucapku memperkenalkan namaku padanya, karena memang aku belum pernah berkenalan dengannya.

"Aku sudah tahu namamu. Ohh ya, boleh aku minta nomor Hp-mu ?".

Pintanya dengan menyodorkan Hp miliknya ke arahku yang sedang bengong. Aku mengeryitkan dahiku sendiri lalu mengambil Hp Olive dan mulai menekan nomor Hp-ku.

"Nih, coba aja di miscall".

"Ok..".

Olive lalu menekan nomor kontakku yang ku berikan padanya barusan.

"Udah..aku miscall, coba cek deh Nev...". pintanya.

Aku mengambil Hp di saku celanaku karena bergetar. Dan mengangguk ke arah Olive.

"Akan aku simpan No kontakmu".

"Baiklah, senang berkenalan denganmu, aku pulang dulu, sampai ketemu lagi".

Ucapnya lalu berpamitan pergi dengan melambaikan tangan. Dan tanpa aku sadari ternyata Intan sudah berjalan ke arahku.

Aku tersenyum ke arah kekasihku, tapi tak ada balasan dari bibir melengkungnya. Yang ada malah wajah kekesalannya yang entah aku sendiri tak tahu.

"Kamu ngapain tadi sama Olive..?".

Tanya Intan dengan tampang kesal. Dan ternyata Intan juga mengenal Olive.

"Kamu mengenalnya..?. Ohh, tadi Ia meminta nomorku".

Polosku pada Intan memberikan penjelaskan perihal apa yang dilihatnya barusan.

"Apa..??. Dia meminta nomormu..?. Lalu kamu memberikannya..?".

Tanyanya dengan intonasi kesal dan curiganya. Dan aku menganggukkan kepalaku.

"Dia hanya ingin berkenalan saja denganku". jawabku.

"Aku tidak suka kau memberikan nomormu ke sembarang wanita".

Dengan wajah kecewanya.

"Maaf sayang, akan aku hapus nomornya".

"Tidak perlu, lain kali jangan lakukan itu".

"Kamu cemburu sayang..?? Aku suka....".

Tanyaku dengan sengan senyum menggodanya. Dan aku mengusap pucuk kepalanya agar lebih menenangkannya.

Dan ternyata Olive adalah mantannya Ali, dan Olive sempat melabrak Intan saat di depan toilet beberapa bulan yang lalu. Dan aku memergokinya terlebih dahulu hingga Olive tak sempat meneruskan aksi melabraknya.

"Ayok aku antar pulang sayang, Ohh ya, kamu belum makan siang hloh sayang, kamu hanya makan roti tadi".

Ucapku Sambil kubelai rambutnya karena tak tega saking sibuknya dengan tugas-tugas kuliahnya, tak sempat pergi ke kantin untuk makan siang, hanya roti yang mengganjal perutnya, itu saja aku yang mengantarkannya ke kelasnya.

"Ingin makan dimana..? Sekalian aku antar beli makan".

Tanyaku dengan membantu memakaikan helm di kepalanya.

"Aku ingin makan masakan rumah, aku kangen masakan papa".

Dengan wajah terlihat sedih.

"Ahh, Ia sedang merindukan orang tuanya, apa aku ajak pulang ke rumahku, kebetulan besuk juga kuliah libur. Sekalian akan aku kenalkan ke Ibu dan Sabrina". batinku

"Kalau begitu ke rumahku saja, nanti aku masakin". ajakku kepadanya.

"Kamu nggak kerja..?".

Aku hanya menggelengkan kepala ke arahnya dengan tersenyum.

"Kenapa..?".

"Kedai libur 2 hari ini, depan ruko ada acara pengajian, tidak sopan jika membuka kedai". Papar Anev.

"Kamu bisa masak..?".

Tanyanya dengan wajah meragukan keahlian memasakku. Aku hanya terkekeh tersenyum simpul atas keraguannya.

"Kamu meremehkanku..?"

"Tidak, hanya sedikit..".

Ucapnya dengan senyum menggoda ke arahku, dan kamipun tertawa bersama.

Aku segera melajukan motorku, memecah belah kemacetan kota Semarang, menerjang terik panasnya matahari, dengan keahliannya bermotorku. Tak sabar pula aku ingin secepatnya sampai rumah untuk memperkenalkan kekasihku pada Ibu dan Sabrina.

Intan mencubit pinggangku, karena dengan sengaja aku mengerem mendadak motorku, hanya untuk agar Ia terus bersandar dan memeluk pinggangku.

VOTE + KOMENTAR
TERIMAKASIH 🤗

In Deep My Heart (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang