tertunda

1.5K 206 19
                                        

Rencana cuti selama tiga hari harus Yuki batalkan. Ia harus kembali ke Bandung untuk masuk kerja.  Awalnya Yuki tidak merasa terpengaruh akan gangguan dari para teman divisinya.  Bahkan ketika Mba Andini dan Mas Fauzi menelfonnya. Ia berkeras kepala untuk tidak kembali ke Bandung sebelum ia berada tiga hari di Jakarta.  Sesuai dengan waktu ia meminta cuti. Bahkan setelah itu Yuki mengabaikan pesan dan telfon dari mereka.  Ia baru satu hari diJakarta. Baru kembali merasakan kumpul bersama kedua orangtuanya.

Kemarin ketika Yuki bersama Papah dan Mamanya tengah duduk bersama menonton tayangan televisi. telefon rumahnya berbunyi. Waktu siang hari dan harusnya tidak ada yang menganggu kegiatan family time mereka. Mama wina yang duduk paling dekat dengan letak telefon segera mengangkat gagang telepon.

Awalnya Yuki biasa saja melihat sang mama yang sedang menerima telepon.  Yuki pikir, mungkin itu dari teman Mama Wina.  Apalagi raut mamanya terlihat sangat serius ketika mendengarkan lawan bicaranya.

Yuki menjengkit sebelah alis ketika namanya disebut-sebut. Ia menatap sang mama dengan pandangan bertanya.  Tapi mamanya hanya diam dengan memandangnya.

"selamat siang,  nanti akan saya sampaikan" Yuki hanya mendengar kata itu dari sang mama.  Sebelum telepon ditutup. 

" siapa si Ma?" tanya Yuki dengan raut penasaran.

Mama Wina kembali duduk disebelah Papa Anwar.  " kamu mending sekarang pulang deh Yuk ke Bandung.  Selesaikan masalah pekerjaan kamu.  Kasihan teman-teman kamu.  Katanya kalau sampe kamu besok ngga masuk kerja.  Mereka semua bakalan dipecat" ucap mama wina memberi tahu apa yang dikatakan orang yang menelepon.

Papa Anwar terkejut mendengar ucapan mama twina,  kemudian memandang Yuki dengan bertanya. 
" kamu bikin masalah apa sayang?  Sampe teman-teman kamu mau dipecat gitu cuma karena kamu ngga masuk kerja".

Yuki melongo. Mencerna dengan apa yang mamanya katakan.  Barulah tersadar ketika akhirnya ia tahu,  bahwa si penelpon tersebut pastilah salah satu dari teman divisinya. 

"bukan Pa,  Ma. Ini pasti salah paham. Yuki cuti kerja bukan karena ada masalah ditempat kerja" sahut Yuki memberi penjelasan. 

" tapi tadi kata temen kamu. CEO kamu itu mencari kamu terus.  Pasti kamu bikin masalah sama atasan kamu ya".

Yuki terdiam dalam hati mengiyakan.  Alasan ia cuti bekerja kan memang karena atasannya yang satu itu.  Tapi masalah inikan tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan mereka.  Ini masalah pribadi mereka.  Ini juga pasti akal-akalan Al.  Mengancam semua Tim Divisinya. 

"jadi benar kamu ada masalah sama atasan kamu" tegur Papa Anwar.  Pasalnya Yuki langsung terdiam ketika ditanya mama wina.

"ng....nggak kok Pa, Ma" jawab Yuki dengan kikuk.  " udah ya Aku mau kemas barang aku.  Aku harus berangkat sekarang ke Bandung. Biar ngga kemalaman".

"anakmu tuh Pa,  susah banget kayanya cuma untuk cerita aja" ujar mama wina setelah Yuki meninggalkan mereka.

....

" Yuki........  Akhirnya lo masuk kerja juga".

Rani berteriak dengan antusis begitu melihat Yuki didepan pintu masuk divisi keuangan. Anggota yang lain langsung mengalihkan perhatian.  Begitu juga Mas Fauzi dan Mba Andini.  Mereka langsung memberikan senyuman ketika melihat Yuki. 

Yuki ingin sekali memasang tampang cemberut ketika melihat mereka semua.  Tapi ketika Yuki melihat bagaimana mereka menyambut Yuki, membuat ia luluh. Ia akhirnya membalas sapaan yang lain juga membalas senyuman mereka. 

Mba Andini dan mas fauzi menghampirinya.  Mengatakan permohonan maaf karena harus meminta Yuki kembali.  Apalagi dengan cara memakasa.  Mereka semua sudah tidak sanggup mendengar atasannya meminta Yuki kembali hanya untuk presentasi laporan keuangan.  Padahal ada senior-senior Yuki yang pastinya sudag lebih berpengalaman dalam mempresentasikan laporan. 

"Mba sama Mas tuh ngga ngerti deh Yuk sama pemikiran Pak Al.  Dia tuh keras kepala banget maunya cuma kamu yang laporan" ujar Mba Andinu sambil memijat pangkal hidungnya. Wanita itu terlihat sudah pusing.

Mas fauzi menepuk pelan bahu Yuki. "nanti siang kamu langsung ke ruangan Pak Al aja ya".

Yuki menatap mas fauzi.  " sendirian Mas?".

Mas Fauzi menganggukkan kepala "itu permintaan Pak Al.  Katanya dia cukup kamu aja yang presentasi karena cuma bagian kamu aja yang belum".

"ngga bisa dianter gitu Mas?".

"coba aja kamu ajak Rani paling dia nolak".

Rani yang sedang sibuk depan komputer menatap keduanya.  "ngga deh Yuk.  Makasih" sahut Rani sebelum Yuki memintanya.

Mas Fauzi terkekeh. " maaf Yuk, Mas juga ngga bisa. Banyak kerjaan yang harus direfisi" mas fauzi berbicara begitu Yuki kembali melihatnya.

Yuki menghela nafasnya dengan berat " yah yaudah deh.  Aku aja sendiri" lalu ia berjalan ke arah mejanya.  Menyiapkan bahan presentasi, juga menyiapkan hatinya. Ia sudah tidak bisa lagi menghindar dari Al. mungkin benar yang dikatakan Papanya.  Ia harus segera menyelesaikan masalah mereka. 

....

Yuki duduk menunggu disofa sebelum masuk ke ruangan CEOnya.  Sekretaris Al memberi tahu, bahwa Al masih ada pertemuan dengan tamunya didalam ruangan. Waktu menunggu itu Yuki gunakan untuk menenangkan hatinya yang tiba-tiba berdebar. Kedua kakinya yang beralasakan sepatu pantopel mengetuk-ngetuk lantai dengan pelan.   Menimbulkan suara kecil, agar menyamarkan suara detak jantung Yuki. Untungnya letak meja sekretaris Al dengan Yuki duduk lumayan jauh.  Jadi perempuan itu tidak akan mendengar, kalau sampai dengar.  Yuki pasti merasa malu. 

Suara pintu dibuka mengalihkan perhatian Yuki.  Ternyata pertemuan Al dengan tamunya sudah selesai.  Saat itu juga Yuki dipersilakan masuk oleh sekretaris Al.  Yuki menganggukan kepalanya mengucapkan terima kasih.  Kemudian memasuki ruangan Al. 

Ketika Yuki masuk, dan berhadapan dengan Al.  Laki-laki itu bersikap profesional.  Membahas pekerjaan,  meminta Yuki mempresentasikan laporannya.  Menannyakan kenapa Yuki tidak masuk kerja,  kemudian diakhiri memberikan tanda tangan pada laporan. Memberikan beberapa nasihat untuk Yuki memperbaiki kesalahan yang ada pada laporan. Dan laki-laki itu melakukannya dengan bersikap santai seolah tidak terjadi apa-apa pada mereka.  Berbeda dengan Yuki, perempuan itu sedikit gemetar, dan jantungnya sedari tadi berdegup dengan kencang.  Bahkan ia beberapa kali membuat kesalahan karena kurang fokus. 

"Lia, tolong atasi telefon yang masuk untuk saya.  Dan jangan izinkan siapapun yang ingin masuk ke ruangan saya.  Sebelum saya telefon kamu lagi.  Mengerti" Al memberi perintah pada sekretarisnya lewat telefon. 

Yuki menatap Al ketika laki-laki itu menutup telefonnya.  Kemudian laki-laki itu berjalan ke arah pintu ruangan dan menguncinya.  Yuki menjengkit alisnya, dan Al yang melihat itu hanya mengangkat bahunya dengan acuh. 

Al menghampiri Yuki.  Mengurung Yuki yang masih duduk di kursinya.  Membuat Yuki menatap Al.  Dan pandangan mereka berdua bertemu. Tanpa mengatakan apapun Al mencium Yuki dengan menggebu-gebu seolah-olah kepergian Yuki yang hanya beberapa hari benar-benar membuatnya rindu. Bibirnya dengan kasar terus mengulum bibir Yuki.  Perempuan itu masih terkejut dan tidak bereaksi apa-apa.  Ketika Al melembutkan ciumannya, dan beralih dengan kecupan-kecupan kecil barulah Yuki mengalungkan kedua tangannya pada leher Al dan membalas ciuman Al. 

Laki-laki itu menarik pinggang Yuki.  Membuat keduanya berciuman sambil berdiri. Mengambil langkah, kemudian Al menjatuhkan tubuh keduanya diatas sofa dengan masih berciuman. Al yang berada diatas Yuki dan ciuman keduanya semakin intens dan bergairah. Tangan Al yang semula berada dipinggang Yuki mulai menjelajah.  Membuka bagian bawah kancing kemeja Yuki, memperlihatkan perut putih dan mulus milik Yuki,  membuat Al ingin segera menyentuhnya. 

Suara deringan handphone Al membuat keduanya tersadar. Dan melepaskan ciuman mereka. 















*hah??? Apeni hahha. 
Tolong jangann diprotes.  Kan sesuai judul chapternya hahah

Mantan Junior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang