V

107 28 10
                                    

Sudah hampir satu jam aku hanya berbaring di kasur yang setahun ini menjadi tempat ternyamanku, tapi entah kenapa sekarang kasur ini sama sekali tidak membuat aku merasa nyaman. Aku sudah sangat penasaran dengan jalan cerita hubungan Mbak Rita dan Mas Tama dulu. Rasanya aku ingin sekali mendengarnya langsung dari narasumbernya.

Setelah adegan kagetku yang di sambut santai Papah, saat aku tahu Mas Tama adalah salah satu pria yang tidak beruntung, atau lebih tepatnya yang ditolak Mamah untuk pasangan hidup untuk Mbak Rita. Aku mau tidak mau harus menahan sedikit ke-kepoanku untuk sementara.

Dari kamarku ini sebenarnya aku masih bisa mendengar sayup-sayup suara Mamah yang begitu ceria berbincang-bincang dengan Mas Tama. Sebenarnya mereka dulu sedekat apasih?, Sampai sebegitu akrabnya. Dari bicara Mamah dia sama sekali tidak menyinggung tentang Mbak Rita, bahkan pembicaraan mereka malah menjurus tentang pekerjaan Mas Tama sekarang.

Tidak mau menjadi penguping yang terlalu setia, aku memutuskan menghubungi Tirta saja. Aku harus tau, apakah Tirta tau juga tentang hubungan Mas Tama dan Mbak Rita dulu.

Rachita
Ta!, Lo tau kalau Mas Tama mantannya Mbak Rita?

Tirta bucin
Mas Tama sama Mbak Rita dulu pacaran?

Rachita
Lo nggak tau?. Gue baru denger Mas Tama
Sama Mbak Rita dulu itu ternyata pacaran

Tirta bucin
Gue nggak tau sumpah!, Ini gue baru
Tau dari lo, Ra.

Tirta bucin
Lo tau dari mana?, Setau gue Mas Tama
Nggak pernah tuh pacaran.

Rachita
Tadi gue ketemu sama Mas Tama di sepermarket depan gang. Terus kaki gue terkilir jadi di anterin deh sama Mas Tama.

Tirta bucin
Terus lo taunya dari siapa Mas Tama pernah
Pacaran sama Mbak Rita?

Tirta bucin
Rachita!!, Woy cepet kestaunya!, gue udah
Penasaran ini!

Entah mengapa mataku rasanya sangat berat untuk dibuka terlalu lama. Kantuk tiba-tiba menyerangku, karna sedaritadi aku sudah menunggu kantuk menghampiri, tampa pikir panjang kuletakkan ponselku di atas nakas dan mempersiapkan diri untuk tidur panjangku. Aku sudah tak peduli dengan Tirta yang terus mengirimiku chat-chatnya itu. Maaf yah Tirta aku sudah sangat mengantuk.

***
Tok..tok..tok

"Rachita!, Chita!! Bangun sudah siang!"

Aduh pasti itu suara Mamah, sebenarnya aku sudah bangun sedari tadi, mungkin karna aku yang semalam tidur terlalu cepat jadi akupun bangun cepat juga. Dari pada membuat kanjeng ratu semakin mengamuk, aku putuskan untuk membuka pintu.

"Kamu ini bagaimanasih Chita?, Anak gadis kok bangunnya siang mulu?" Tampa memedulikan aku yang masih didepan pintu menghalangi, Mamah sudah mentrobos masuk. "Aduh Mah, pelan-pelan dong kalo masuk!, Kaki aku masih sakit nih" tak penghiraukan aduanku, Mamah tetep berjalan mendekati lemari pakaianku.

"Cepet mandi!, Temenin Mamah ketemu sama bundanya Tama" kata Mamah santai sambil mengeluarkan beberapa dressku.

"Mau ngapain ketemu Tante Karin Mah?, Bukannya Mamah nggak kenal yah?" Walau aku masih ingin bertanya banyak, mengapa Mamah ingin bertemu tante Karin yang jelas-jelas belum dikenal Mamah, aku memilih menuruti perintah Mamah untuk mandi. Lagian aku juga ingin menjelaskan mengapa aku tau perihal hubungan Mas Tama dan Mbak Rita kepada Tirta yang terpotong semalam karna ngantuk menyerangku.

Aku Banget Ini?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang