“831, 224.”
Aku mengerutkan kening sebelum menatap Jaemin dengan penuh tanya.
“Nggak pernah denger?” Tanyanya.
“Apa itu?” Aku menggeleng.
“Cari tau sendiri.”
“Ya kalau nggak malas.”
Jaemin hanya mengedikkan bahu lalu menunduk lagi.
“Kepalanya jangan nunduk terus, copot nanti. Mau jadi siluman zombie?” Desisku yang sebenarnya mencoba untuk menyemangatinya.
“Kepalaku terasa berat,” Jaemin menghela nafas.
“Dasar kepala besar,” aku beranjak berdiri lalu duduk di tanah.
“Ngapain? Kotor,” Jaemin menatap belakang kepalaku heran.
“Sini, ikutan,” aku menepuk-nepuk tanah sebelahku.
“Kot-”
“Kok lebih cupu dari aku sih?”
Jaemin yang mendengar itu tentu saja merasa tidak terima, laki-laki itu langsung duduk di sebelahku. Bisa-bisanya masih bertingkah kekanak-kanakan di saat seperti ini.
Kujulurkan tanganku lalu menarik kepala Jaemin untuk bersandar di pundakku.
“Hm, tumben,” Jaemin tertawa kecil.
“Nggak mau kamu jadi siluman zombie sungguhan,” sahutku asal.
“Bilang aja peduli susah amat.”
Aku mengulum senyum, rambut Jaemin yang bergesekan dengan leherku itu membuatku merinding geli.
“Wangi,” sahut Jaemin sambil mengendus leherku.
“Iya lah, udah mandi. Geli!” Aku menoyor kepala Jaemin menjauh.
Jaemin tertawa kecil lalu menyandarkan kepalanya di pundakku lagi.
“Aku nggak menyesal memanggilmu.”
“Cringe,” desisku.
“Yeah, maybe. Tapi aku serius waktu bilang perlu tempat bersandar.”
“Hm.”
Drrttt.
Aku mengerutkan kening.
“Nggak kamu angkat?”
“Biarin aja,” sahut Jaemin sambil membenarkan posisi kepalanya di pundakku.
“Siapa?”
“Antara mama atau anak-anak dreamies.”
“Papamu?”
“Papa nggak mungkin ngurus aku tiba-tiba menghilang atau nggak.”
Aku menghembuskan nafas. Solusi apa yang harus aku berikan kepada Jaemin? Di satu sisi aku sadar, Jaemin mungkin memang harus membalas budi kebaikan mama Fioret yang sudah mendonorkan ginjalnya. Tetapi apa memang harus dengan cara seperti ini?
“Mamamu khawatir, Jaemin,” ujarku sambil mengelus rambutnya.
“Kadang aku benci mama, kok mau aja nurut banget sama papa.”
“Pasti mamamu punya alasan.”
“Aku nggak mau pulang malam ini, cuma malam ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Motto || Na Jaemin ✓
RomantizmBerawal dari melihat lelaki itu menangis, lalu berakhir mengetahui rahasia dibalik semua itu. "Besok, pulang sekolah, Turtoise Mall, nemenin orang pacaran, sama aku. Mau?" "Mau." Aku sama sekali tidak menyangka jawaban darinya itu, tetapi aku tidak...