Berawal dari melihat lelaki itu menangis, lalu berakhir mengetahui rahasia dibalik semua itu.
"Besok, pulang sekolah, Turtoise Mall, nemenin orang pacaran, sama aku. Mau?"
"Mau."
Aku sama sekali tidak menyangka jawaban darinya itu, tetapi aku tidak...
Kumasukkan kedua tanganku ke dalam saku celana, angin malam ini cukup membuatku menggigil kedinginan.
“Mau jaket?” Tawar Jaemin sambil membuka jaketnya.
“Nggak.”
Tidak menghiraukan jawabanku, Jaemin memakaikan jaket miliknya pada tubuhku.
“Jangan gara-gara aku ajak jalan kamu sakit. Nanti nggak ikut ulangan terus nggak lulus terus mamamu nggak percaya sama aku lagi,” ocehnya.
“Heran sama mama. Biasanya kalau lagi ulangan aku nggak boleh keluar, tapi begitu kamu ajak jalan keluar dibolehin.”
“Soalnya aku udah ngajarin kamu, lagian ini cuma jalan di kompleks, Ann,” Jaemin menatapku sekilas sambil tersenyum.
Aku mengulum senyum. Pemandangan malam ini membuat pikiranku beristirahat dari pelajaran-pelajaran untuk ulangan besok. Pemandangan, termasuk Na Jaemin.
Langkahku terhenti di saat yang bersamaan dengan Jaemin. Suara grasak-grusuk dari semak itu menyita perhatian kita.
Bisa kulihat Jaemin menelan ludahnya, mungkin dia sudah berimajinasi berbagai jenis hantu dari seluruh penjuru dunia.
“Meow.”
“AAAAA,” kedua tangan Jaemin refleks memelukku.
Tangan Jaemin yang menggenggam erat bajuku itu membuat kedua pipiku memanas.
“Cuma kucing, nggak usah alay,” aku memutar bola mataku walaupun sebenarnya kehangatan tubuh Jaemin membuatku salah tingkah.
“Ah, uhm,” Jaemin merapikan bajunya setelah melepaskan pelukannya.
“Hey! Beel! Why are you running away from me?!” Seorang laki-laki dengan rambut pirang itu berlari kecil ke arah kucing putih yang tadi menatapku dan Jaemin tajam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku mengerutkan kening, aku tidak pernah tau ada laki-laki berambut pirang dan kuakui sedikit tampan itu tinggal di kompleks yang sama denganku.
“What? Mind your own business!” Tukasnya sambil mengangkat kucing miliknya itu.
Baru empat langkah, lelaki pirang itu sudah memutar badannya menghadapku lagi.