3. Jefia's Love Birds

44 9 0
                                    

Seharian ini Prudence tidak berhenti membicarakan soal first date-nya dengan Jeno nanti. Tadi pagi kubangun tidur, tidak lupa menggosok gi- intinya aku sama sekali tidak menyangka jawaban Jaemin.

Tau gitu aku tidak usah bertanya kepada lelaki itu dan tidak menghiraukan Prudence. Mau gadis itu spam chat semalamanpun, toh nanti dia juga capek sendiri.

“Ann, kamu sama Jaemin ya,” Prudence menepuk pundakku begitu kita sampai di parkiran.

“Hah?” Aku melotot.

“Ya masa mau ikut dibonceng Jeno?” Prudence tertawa, diikuti oleh Jeno.

Aku melirik ke arah Jaemin yang sedang menggunakan helmnya itu.

“Tau gitu aku suruh Kak Doyoung aja yang nganter,” desisku.

“Sana, temenin Jaemin,” Prudence mendorong tubuhku menjauh.

Tidak, aku tidak mau. Aku meraih ponselku lalu melepon Kak Doyoung.

“Kakakku tersayang~”

“Apa? Pasti ada maunya.

“Iya lah. Sini jemput adek, anterin ke-”

“Udah PW, bye.”

Tut.

Dalam hati aku menyumpah serapahi Kak Doyoung. Dasar, padahal kata orang-orang kakak adalah seseorang yang bisa dihandalkan saat kita membutuhkannya, cih.

“Ann, cepetan. Ditinggal tuh,” sahut Jeno yang sudah naik di atas motor bersama Prudence.

Aku menoleh ke arah Jaemin. Yang benar saja? Dia sudah menyalakan motornya. Tunggu, dia sudah menjalankan motornya.

Oh my God! Na Jaemin!” Aku berlari mengejar Jaemin.

Entah antara tidak mendengarku atau tidak menghiraukanku, laki-laki itu tidak menghentikan motornya.

Aku berlari sekuat tenaga, mengejar Jaemin yang dengan teganya meninggalkanku.

“JAE-”

BRUK!

Nasibku sial sekali hari ini. Aku meringis kesakitan, lututku berdarah karena terbentur aspal dengan keras. Kutepuk-tepuk kedua tanganku karena kotor.

“Berdiri.”

Aku mengangkat kepalaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengangkat kepalaku. Lah, harus jatuh dulu ya baru dia mau kembali? Udah begitu lelaki itu tidak membantuku berdiri. Setelah menghembuskan nafas kasar, aku beranjak berdiri, sempat meringis kesakitan karena luka yang ada di lututku.

Life Motto || Na Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang