5. Gudang Olahraga

37 7 0
                                    

“Dek.”

Aku yang sudah bersiap-siap untuk memikirkan Jae- bukan, memikirkan Prudence itu langsung menatap Kak Doyoung yang masuk ke dalam kamarku setelah mengetuk pintu sebanyak dua kali.

“Apa kak?” Aku menatap kakakku yang berjalan mendekatiku lalu rebahan di sebelahku tanpa ijin sang pemilik kasur.

“Aduh, sempit kak!” Keluhku sambil menatap kakakku kesal.

Kak Doyoung hanya cengengesan lalu menatapku serius.

“Maafin kakak ya dek.”

Tidak ada angin, tidak ada api, Kak Doyoung menghembuskan nafas setelah permintaan maafnya yang random-nya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada angin, tidak ada api, Kak Doyoung menghembuskan nafas setelah permintaan maafnya yang random-nya itu.

Apologie not accepted,” aku menggeleng pelan.

Lucunya, kakakku menganggapku serius. Tatapannya berubah menjadi lesu.

“Canda ah kak! Serius amat, memang kakak salah apa?” Tanyaku sambil memukul pelan dadanya.

“Kakak cuma bercanda waktu bilang kakak nggak suka jagain kamu dulu, kakak juga nggak serius waktu bilang kamu adek teraneh, ya tapi sepertinya kamu memang adek teraneh,” Kak Doyoung tertawa kecil di tengah-tengah ceramahnya itu.

“Tapi bukan berarti kakak nggak suka,” lanjutnya sambil mencubit pipiku.

“Hah? Jadi intinya?” Aku mengerutkan kening sambil menepis tangannya.

“Kakak merasa bersalah soalnya rasanya kakak nggak pernah ada waktu kamu perlu bantuan. Jangan dikira kakak nggak tau tadi sore kamu ragu-ragu mau bilang sesuatu ke kakak.”

Aku terhenyak, sepeka apa kakakku ini?

“Kok bisa tau?”

“Jarang kamu ngelihatin kakak serius banget, apalagi waktu kakak makan salak.”

Mendengar jawabannya, aku tertawa lepas. Memangnya tatapanku seperti apa?

“Terus kamu juga sampai harus ke club sama Jaemin bukannya sama kakak, mestinya kan kakak yang bisa diandalkan adek. Mama sama papa yang tadi dengerin ceritamu aja sampai agak syok gitu,” lanjutnya.

Keheningan menyelimuti kita berdua selama beberapa detik.

“Kakak memang alay, lebay, aneh, jelek, bau kadang, bisa bego kayak Mark juga,” ujarku akhirnya.

“Heh! Mark jauh lebih bego! Terus apa? Jelek, bau, lebay? Kaka-”

“Tapi adek suka, maafin adek kalau sampai buat kakak mikir yang nggak-nggak. Lain kali adek langsung lapor ke kakak kalau ada sesuatu,” selaku.

Life Motto || Na Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang