Heartbeat

149 15 1
                                    

Kurasakan seseorang dibelakangku menutup hidung ku dengan kain, baunya sungguh menyengat. Aku tau ini apa, aku mencoba memberontak. Namun beberapa detik kemudian, mataku terasa begitu berat. Semuanya menggelap.

"akhirnya aku menemukanmu terlebih dahulu.. ". Suara terakhir yang samar samar terdengar di indra ku.

***

Kesadaran ku kembali. Kurasakan pusing mendera kepalaku. Ingin ku pijit pelipisku. Dan aku baru sadar bahwa tanganku terikat dibelakang kursi yang kududuki. Bahkan kakiku pun tak bisa ku gerakkan. Jangan lupakan lakban yang terpasang cantik dibibirku.

Tak ada lagi harapan bagiku, sepertinya semalam aku bertemu psyco dijalan dan aku akan menjadi korbannya hari ini.
Ugh, kenapa aku jadi sedih mengingat keluarga ku di Jawa.

Krieet..
Pintu terbuka, ku lihat lelaki yang sama. Lelaki yang semalam menabrak dan mengulurkan tangannya padaku. Namun aku masih belum bisa melihat wajahnya. Karena ruangan ini tak memiliki jendela, tak banyak cahaya yang bisa masuk.

" kenapa kau terlihat begitu terkejut? Bukankah seharusnya ini hal yang biasa bagi gadis cantik seperti mu? ".  What the fu*k, you devil. Aku menatap matanya nyalang.

" wow, kau bisa membunuhku dengan tatapanmu itu.. Ahaha.. atau mungkin tidak, karena aku yang akan membunuhmu terlebih dahulu..". Dia mengatakannya tepat  disebelah telingaku, dan cukup membuat ku bergidik ngeri.

"Mmmh... Mmm...." Aku ingin berbicara. Tapi lakban sialan ini menghalangiku.

"Apa cantik? Kau hanya cukup duduk manis disini. Biarkan pangeran mu datang menjemput.. dia pasti datang, tenanglah.. ssstt". Dia mengelus pipiku pelan.

Seketika aku mengingat kembali pelecehan yang kualami 12 tahun lalu,ketika aku dilecehkan oleh sepupuku sendiri. Aku memang sudah memaafkan nya, walaupun ia tak pernah meminta maaf setelah berkali-kali melecehkan ku. Tapi aku tau dia hanya bocah remaja yg baru mengenal pubertas. Jadi aku tak bisa menyalahkannya, aku hanya terus menyalahkan diriku sendiri selama ini.

"Ssstt.. why you crying baby.. " tanpa sadar air mataku sudah turun membasahi pipiku. Dia menyapu air mataku dengan ibu jarinya.

Aku berusaha melupakan bayang bayang masa laluku. Tapi kali ini sepertinya aku memang tak akan lolos begitu saja. Penculik ini bukan sepupuku, dia pasti akan benar-benar membunuh atau memperkosa ku. Dan seperti biasa, tak akan ada seorangpun yang menolong ku. Yah, seperti biasa. Aku selalu sendirian disaat genting seperti ini.

Miris.

Oke aku tak bisa terus diam begini. Aku harus berusaha melepaskan diriku sendiri. 12 tahun dan aku tak berdaya disituasi yang sama? Oh hell. Ayolah.. aku sudah dewasa.. aku pasti bisa melawan. Tapi apa yang harus kulakukan? Otakku buntu.

"Mmh.. Mmm... Mmmh". aku harap dia segera membuka lakban sialan ini.

Sraak
Oh shit, sakit. Tapi syukurlah dia membuat lakban dibibirku. Hmm Sekarang apa ??

"Mau ngomong apa baby? Hmm sebentar lagi juga pangeran mu datang.. setelah itu aku akan membunuh kalian berdua tentu saja ..hahaha"
Sungguh mual aku mendengar tawanya.

"Siapa pangeran yang kau maksud brengsek? Aku tak memiliki hal semacam itu.. lebih baik kau lepaskan aku". Aku juga tak tau dapat keberanian darimana untuk mengumpatinya. Tapi aku sungguh kesal.

"Wow.. wow.. tenang baby, dia pasti tau kau sedang disini.. " dia menarik kalung tata dileherku. "Ya, dia pasti tau..dia bahkan memasang gps disini hahaha " tambahnya dengan tawa jeleknya.

"Oh jadi si keparat itu kau sebut pangeran? Wah kau sungguh bukan lawannya bung.." aku sengaja memasang muka merendahkan. Sepertinya aku berhasil membangun kan amarahnya.

Dia menjambak rambutku hingga rasanya kulit kepalaku hampir lepas. Terlalu kuat, aku pun meringis menahan sakit. Kepalaku terpaksa ikut menengadah.

Dia mendekatkan wajahnya pada wajahku, hingga nyaris tak berjarak.

"Kau tau.. semakin kamu banyak bicara.  Aku baru sadar, bibirmu ternyata cukup menggoda baby.. sepertinya tak masalah jika aku menyicipi mu sedikit" . Dia memasang smirk andalannya.

Shit. Aku tidak akan sudi.
Walaupun dia tampan, aku tidak akan sudi.

Dia semakin mendekatkan wajahnya, dan aku masih tak tau harus melakukan apa. Oh God.

Cuih, hanya itu yg terbersit dibenakku. Yap, aku meludahinya.

Matanya semakin menggelap, aku tau tak seharusnya aku membangun kan amarahnya. Tapi aku lebih memilih dibuat babak belur daripada dilecehkan. Jadi aku sudah siap mental jika dijadikan samsak tinju saat ini.

PlakkK

VOMEN JUSEYO 😫
Padahal gue udah bikin ini cerita Ampe part 15, tapi kenapa banyak yg ilang separo hiks.. jadi harus nulis ulang kan .. maafkanlah jika banyak typo🙏
Sekian dan terima Taehyung

Sweet Stalker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang