never say

6 0 0
                                    

Lin menyadari bahwa perasaan itu muncul kembali.

"Hei bakpao.." itu adalah pertama kali kami bertemu, di taman komplek. Dari pertemuan pertama dia sudah bersikap menyebalkan, tapi itu semua selalu membuatku tertawa. Dia membuatku tak kesepian lagi.

 Aku selalu duduk sendiri di bangku taman komplek, saat aku kabur dari amarah mamah, saat aku tak di temani oleh siapapun. Sebenarnya aku tak seburuk itu dalam sosial, namun aku cukup tertutup pada orang lain.

 Dia selalu muncul saat aku sendiri, masih dengan panggilan yang ia buat sendiri 'bakpao' yah aku juga berpikir pipiku sebesar bakpaao. Pipiku sangat chubby.

 Semakin hari, kami semakin sering bertemu. Terkadang aku sengaja datang ke taman untuk melihatnya, menemuinya. Itu sangat membahagiakan bagiku, menimbulkan rasa yang belum pernah aku rasakan.

Tapi..

Suatu hari..

Dia tak datang, tapi aku selalu berpikir positif mungkin jika hari esok ia akan datang.

Keesokannya..

Dia tak datang juga..

Tapi aku tetap berpikir positif, mungkin jika hari esok ia akan datang.

Keesokannya..

Tak datang juga..

Keesokannya lagi..

Tetap seperti itu..

Dia tak pernah datang lagi..

Dan aku slalu berpikir positif bahwa dia akan datang..

Entah itu kapan..

 Satu minggu berganti menjadi satu bulan, satu bulan berganti menjadi satu tahun..

Kini aku menyadari perasaan apa yang sebenarnya ku rasakan selama ini, aku menyukainya.. aku merindukannya.. benar-benar merindukannya..

 Tak menyangka, selama 4 tahun tak bertemu, kita di pertemukan kembali di SMU yang sama. Saat itu aku menyadari bahwa aku belum bisa melupakannya. Aku tak pernah berpikir untuk melupakan masa laluku dengannya, karena itu begitu indah.

 Aku kira dia akan melupakanku, tapi ternyata tidak. Dia malah selalu menyapaku, tapi tidak dengan panggilan yang ia buat dulu, sekarang dia memanggil dengan nama asliku 'Lin, Catalina'

 Hari itu turun hujan tak di undang, begitu deras. Para murid menunggu jemputan mereka. Termasuk aku dan kedua sahabatku. Hari ini adalah hari Jum'at, jadi tak ada jadwal kumpul ekskul, kami berniat langsung pulang.

 Aku, Afra, dan Kaya sekarang sedang menuju parkiran. Aku selalu menanti itu, karena kami akan melewati kelas Cole. Memang, aku melewati kelas Cole setiap hari, tapi kami tak bertemu setiap hari, karena jadwal pulang kami yang berbeda, aku begitu sibuk dengan organisasiku, dia sibuk dengan futsal nya.

 Benar saja, di depan sana ia sedang asyik tertawa dan bermain bersama teman-temannya.

"Lin.." dia menyapaku di depan teman-temannya dan orang banyak.

"Cole.." aku membalas sapaannya dengan bahagia. 

"Mau pulang bukan?" Ia masih menahan jalanku, jadi aku tak bisa melewatinya.

"Iyah, nunggu jemputan." 

"Mau gue anter gak?" Aku kaget dengan tawaran nya. Jelas saja teman-temannya meneriaki kami

Ciee ciee

Wah, Cole udah berani

Jangan percaya, si Cole itu playboy.

Seperti itulah..

"Anter naik apa?" Jelas aku bertanya karena dia jarang membawa kendaraan nya. Dia selalu bersama teman-temannya.

"Naik apa aja, ada motor, ada payung." dia mengangkat payung dan kunci di tangannya, memperlihatkan nya padaku. Jelas saja ada, karena dia merebut itu dari temannya.

"Woy, payung gue." orang yang di rebut payungnya marah, dan merebut kembali dari tangan Cole. Aku tertawa. Cole ikut cengengesan.

"Lain kali aja deh nganternya, setelah aku beli helikopter biar kamu gak kebasahan." aku hanya bisa mengangguk sambil tertawa. Segala tingkah lakunya memang selalu membuatku tertawa.

Aku tidak menyangka bahwa hari graduation nya adalah hari terakhir kami bertemu. Bahkan aku tak sempat bertanya apa yang ingin aku tau tentang nya. Bahkan aku tak sempat meminta foto bersama dengannya, aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan.

 Dia begitu keren hari itu, setiap hari dia memang terlihat keren, tapi hari ini dia lebih keren dari hari lainnya. Dia sangat pantas memakai stelan jas dan dasi. Perfect.

Catalina AshleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang