꒲ ❑᭄ 02. Menjalani Hukumann

213 72 84
                                    

H A L LO

Siapa yang udah nggak sabar buat baca My Neighbor, nih? Absen dulu, yuk.

Jangan lupa tap bintang dan tulis komentarnya. Ya, seperti biasa, kalau udah 50 vote dan 50—100 komentar aku bakalan langsung up.

Oh iya, aku juga mau bilang, kalau cerita ini tuh banyak banget mengandung unsur kata-kata kasar, jadi kalian bisa seleksi sendiri mana ucapan yang bisa ditiru, dan yang mana enggak, oke?

Semoga suka.

Bukan, bukan perihal saya tak dapat menerima seseorang yang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan, bukan perihal saya tak dapat menerima seseorang yang baru.
Namun saat denganmu, saya merasakan pengalaman pertama yang sebelumnya belum pernah dihadirkan di hidup saya. Walaupun pada nyatanya,
kamu memang bukanlah cinta pertama saya, begitupun sebaliknya.

🏡🏡🏡🏡🏡🏡🏡

Caca menyapu halaman sekolah dengan wajah yang sedikit di tekuk. Sedari tadi mulutnya tidak henti-henti untuk mengutuk kelakuan Rafka. Bagaimana tidak kesal coba. Bayangkan saja daun-daun yang sudah capek-capek ia kumpulkan, malah di pungut oleh Rafka dan dilemparkan kepada Samin—ketua kelas, keduanya malah saling melempar dedaunan membuat sebagian sisi halaman kian berantakan. Belum lagi si Halim—wakil ketua kelas yang bobroknya nadzubillah banget. Tong sampah yang sudah berisikan daun-daun kering, malah ditumpahkan dan tong sampah tersebut ia jadikan drum.

Benar-benar membuat para cewek merasa geram setengah mati. Memang, ya cowok pada dasarnya hanya bisa merusuh.

Dan tentu saja hal tersebut hanya bisa berakhir dengan amukan Nafa, pukulan maut Putri, dan jangan lupakan kutukan si Caca.

“Goblok, kan?! Nggak ada otak emang mereka, tuh! The real definisi ganteng-ganteng minta diuninstall dari bumi,” sembur Caca dengan ekspresi dongkol. Saat ini mereka tengah duduk di bawah pohon. Memantau Rafka dan yang lainnya membereskan kekacauan yang mereka perbuat sendri.

“HEH, RAFKANJING! ITU DAUN YANG DEKAT POT BUNGA BELUM LO SAPU!” teriak Nafa, toxic seperti biasanya.

“SETAN!” umpat Rafka dengan misuh-misuh. Caca hanya bisa terkekeh melihatnya.

“Mampus! Syukuri tuh, enak nggak nyapu,” ucap Putri setelah menyeruput es seribuan dalam plastik hingga tandas. “Tapi, kalau dilihat-lihat Rafka cakep juga, ya. Cuman rada najis-najisin aja gitu kelakuannya, apalagi udah campur aduk sama Samin dan Halim. Beuh, kacau bro. Kayak orang gila lepas dari kandangnya,” sambung Putri.

“Cakep?! Mata lo nggak katarak, kan, Put?” tanya Caca setengah tidak percaya. “Mau dilihat dari sisi manapun, nggak ada tuh unsur-unsur gantengnya dalam seorang Rafka Kalingga. Yang ada najisin, anjir.”

My Neighbor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang