Kehilangan.Seokjin pertama kali merasakannya pada saat umurnya baru enam tahun. Ibunya meninggal setelah bertahun-tahun hanya bisa terbaring lemah karena penyakit kanker hati yang dideritanya.
Seokjin kecil tidak bisa mengingat apa yang sesungguhnya terjadi. Ingatan samarnya hanya memutar saat ayahnya mendekapnya sambil menangis di depan makam ibunya.
"Eomma harus tidur di sini karena Tuhan akan mengajaknya ke surga " jelas ayahnya dengan suara yang parau serta terpatah-patah saat Seokjin bertanya kenapa mereka pulang tanpa ibunya.
"Apa eomma tidak akan tidur di rumah lagi?" tanya Seokjin sambil berkedip polos.
"Tidak, jagoan".
Seokjin kecil menunduk sedih "Eomma tidak akan menemani Seokjinnie bermain lagi?".
Ayah Seokjin mengusap kepala Seokjin dengan lembut, dia berlutut untuk mensejajarkan tinggi mereka.
"Hanya tinggal kita berdua, jagoan. Ayah tidak akan pernah meninggalkan mu, tidak akan".
Sayangnya empat tahun kemudian keadaan yang sama terulang.
Kehilangan kedua.
Saat itu usia Seokjin sudah menginjak sepuluh tahun dan ingatan nya tak samar lagi.
Seokjin bisa mengingat jelas bagaimana dia berdiri di depan makam ayahnya yang bersebelahan dengan makam ibunya.
Tangan Seokjin mengepal erat.
Matanya terasa kebas karena sudah terlalu banyak menangis.
Seokjin memejamkan mata dan air matanya jatuh lagi.
Seokjin tau dia telah kehilangan.
Seokjin tau dia telah di tinggalkan.
Hanya ada dirinya sendiri sekarang.
Hanya tinggal Seokjin sendirian bersama ingatan menyedihkan tentang perasaan kehilangan dan di tinggalkan.
Seseorang mengelus pundaknya.
"Ayo kita pulang" suara serak pamannya membuat Seokjin menoleh.
Seokjin menyeka kasar air matanya.
Dia mengangguk menurut dan mengikuti langkah pamannya yang mulai sekarang menjadi walinya.
Seokjin menoleh sekali lagi ke makam orangtuanya.
Seokjin bersumpah hari itu adalah kehilangan yang terakhir dalam hidupnya.
Seokjin akan menjaga apapun yang di milikinya.
Menjaga tanpa pernah melepaskan.
.
.
.Pagi itu Seokjin mengerjapkan mata perlahan karena sinar matahari yang menerobos masuk melewati jendela kamarnya.
Dia meraba sisi sebelah kasurnya yang terasa dingin.
'Taehyung kemana?' pikir Seokjin.
Memikirkan Taehyung membuat Seokjin langsung bangun dari posisi tidurnya dan langsung mengernyit kala tangannya tidak sengaja menyentuh wajahnya.
Rasa ngilu di sepanjang tulang pipinya membuat Seokjin kembali teringat peristiwa kemarin malam.
Dia berkelahi dengan Jinwoo-
Jinwoo memukulnya sampai dia babak belur-
Taehyung merawat lukanya, kemudian- mereka berciuman.Seokjin menyentuh bibirnya yang masih terasa sedikit perih lalu tertawa bodoh.
"Kalau tau dengan babak belur bisa membuat Taehyung mengakui aku sebagai pacar, aku tidak keberatan babak belur lebih dari ini, hehehehe".
KAMU SEDANG MEMBACA
LUXURIA
Fanfiction'Dia milikku sejak pertama kali aku melihatnya' -Kim Seokjin- 'Dia gila. Aku membencinya' - Kim Taehyung- BxB JinV 🔞 untuk isi cerita, bahasa vulgar dan adegan dewasa