Prolog

364 21 0
                                    

"Sebenarnya kalian mau membicarakan tentang apa?" tanyaku dengan memicingkan mataku, menatap penuh ingin tahu pada ke-dua orang yang sedang duduk di hadapanku.

"Begini Dis.."ujar mas Herman menggantung, seraya menegakkan duduknya. menatapku dengan tatapan serius.

Aku rasa saat ini, mereka berdua sedang dalam masalah. tapi, setahuku mereka baik-baik saja. mereka ini membuatku penasaran saja.

"Ekhm!"dehem mas Herman.

Benar-benar deh mereka ini, bikin gemes aku aja.

Menghela nafasnya panjang"Dis.. kamu kenal temen mas, Gara kan?" ujar mas Herman terlihat ragu?

Ku kerutkan keningku. Bukan, bukannya aku tidak mengerti. Hanya saja, apa hubungannya masalah mas Herman dengan mas Gara?

Dan kenapa juga aku harus terlibat? Ini aneh. Mendadak perasaanku menjadi tidak enak.

Untuk menanggapi pertanyaan dari mas Herman, aku hanya menganggukkan kepalaku. Hanya untuk sekedar menghargainya saja.

Kembali menghela nafasnya panjang, sepertinya ini masalah yang benar-benar sulit untuk dihadapinya.

"Apa kamu mau menikah dengannya?"ujarnya cepat, hingga membuatku agak sulit untuk mencernanya.

"Bercanda ya mas? Gak lucu tahu!"responku ketus, saat berhasil mencerna apa yang dikatakan oleh mas Herman.

Menggelengkan kepalanya "Mas serius!"tegasnya.

"Mas! Yang bener aja dong?..mas Gara kan sudah punya istri.." ketusku, tidak terima.

Enak saja, Mas Herman ini ya.. kadang-kadang emang suka gila sendiri deh.

Lagi-lagi menghela nafasnya panjang "Sinta.. istrinya Gara, baru saja melahirkan.."

"Nah! Itu apalagi.. istrinya baru aja lahiran mas, kok malah mau poligami..gak berperikemanusiaan banget!" Potongku dengan menggebu, rasanya tuh kesel aja gitu. Masa gak menghargai istrinya banget gitu loh..

"Awh!" ringisku, seraya mengusap kepalaku.karena tiba-tiba saja mas Herman memukul pelan kepalaku dengan sendok bersih ditangannya.

Meskipun pelan tapi sakitnya coy..luar biasa. Nyebelin emang!

"Mas belum selesai malah kamu potong!" Tukasnya, jelas terlihat kesal.

Menggaruk tengkukku yang tidak gatal, karena merasa tidak enak "Hehe..maaf mas.."

Mas Herman menganggukkan kepalanya, sepertinya dia memakluminya "Mas lanjutin ya.." izinnya, yang hanya aku angguki kepala.

"Jangan dipotong sebelum selesai!" Peringatnya.

Aku mendengus sebal "Iya-iya.."

Mas Herman menghela nafasnya panjang kembali, benar-benar deh buat aku merasa jengah.

"Mas punya riwayat asma apa gimana?..dari tadi, menghela nafas panjang Mulu deh.."

Bukannya menjawab protesanku, mas Herman malah menatapku tajam.memberikan peringatan, Hih serem!

Langsung saja ku angkat sebelah tanganku, dengan jari membentukkan simbol Victoria pada jari telunjuk dan tengahku "peace, damai mas.."

"Lanjutin deh mas.."ujarku akhirnya, biar cepat selesai lah ya.

"Seperti yang mas bilang tadi. Sinta baru aja lahiran, tapi.. Sinta malah minta pisah dan serahin anaknya ke Gara gitu aja.." cerita Mas Herman, membuatku mengerutkan kening. Jujur saja aku tidak mengerti.

"Loh..kok gitu?"

"Seperti yang kita tahu, Sinta itu profesinya sebagai model.."ujar Mas Herman.

Mengangkat sebelah alisku, memintanya untuk kembali melanjutkan ucapannya.

persimpanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang