2.wedding

179 10 0
                                    

"Tidak."tegasnya.

"Saya tidak akan pernah meninggalkan seseorang yang selalu ada di samping saya begitu saja. Hanya karena perasaan saya, yang bisa saja itu hanya semu semata.."lanjutnya seraya menatapku dengan tatapan teduhnya.

Huh!

Haruskah aku mempercayainya?

"Saya tidak bisa menjanjikan dan menjamin, kalau kamu tidak akan pernah menangis didalam pernikahan kita nantinya. Tapi, saya bisa janjikan untuk selalu mengusahakan agar senyum bahagia bisa selalu tersemat di bibirmu.."lanjutnya.

Sial!

Kenapa jantungku berdetak kencang begini?

Wajahku juga terasa memanas,aku tidak yakin kalau wajahku tidak berubah memerah.

Kenapa dia bisa berucap semanis itu?

Ku tundukkan kepalaku, berharap bisa menyembunyikan wajah memerahku.

"Sa.. saya.. akan pikirkan dulu.."ujarku akhirnya.

Ya, pertemuan ini harus segera diakhiri. Kalau tidak, entah bagaimana nasibnya jantungku yang sedari tadi berdetak tak menentu ini?

Aku harus bisa menyelamatkan jantungku lebih dulu.

Ku beranikan diri untuk menatapnya, ternyata dia sedang menatapku lekat dengan senyum tipis namun manisnya.

Tanpa aku sadari, ternyata aku menahan nafasku ketika melihatnya tersenyum seperti itu.

Menghela nafas panjang,ku alihkan perhatian kearah lain.

Kemanapun itu, asalkan tidak menatapnya.

"Kalau begitu saya permisi dulu.."ujarnya datar seraya bangkit dari duduknya, mengundang atensiku kembali padanya.

"Loh.. kenapa buru-buru sekali nak? Makan malam bersama dulu saja.." ibu menawarkannya untuk makan malam bersama dengan kami dulu.

"Maaf, bila saya tidak sopan.. tapi mungkin lain kali saja, saya harus segera pulang agar bisa menjemput putri kecil saya dirumah neneknya.."tolaknya halus, mungkin dia merasa tidak enak karena takut mengecewakan ibuku.

"Oh begitu.."tampaknya ibu memakluminya.

"Ya sudah kalau begitu kamu hati-hati dijalan ya nak.."ujar ibu seraya tersenyum lembut.

Ia pun mengangguk.

"Titip salam kami untuk keluargamu nak.."ujar bapak seraya menepuk pundaknya mas Gara.

Mengangguk"Iya, nanti saya sampaikan.."

***

"Selamat ya Dis, akhirnya Lo kawin juga.."semprul emang ni anak.

"Nikah Gal! Bukan kawin!"ketusku pada Galuh.

Galuh ini,teman se-SMPku. Orangnya emang agak gelo. Tapi jangan salah, meskipun dia itu orangnya gesrek abis. Tapi pekerjaannya lumayan ok, ia bekerja sebagai chef disalah satu hotel bintang lima ternama di kota ini.

"Lah.. apa bedanya? Habis nikah kan, lo bakal kawin juga.."ujarnya seraya berlalu meninggalkan pelaminanku.

Kampret emang!

Kalau aja ini ballroom gak rame, sudah kupastikan.. aku akan melepaskan sepatu neraka ini, dan melemparkannya ke kepalanya itu.

Biar tahu rasa dia!

"Kamu tidak apa-apa?"tanya mas Gara.

persimpanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang