Extra part

242 8 0
                                    

Menggeliat..

Ku kerjapkan mataku..

Gelap!

Ku singkirkan tangan mas Gara yang memelukku dari belakang,aku bangkit dari tidurku.

Tadi, setelah lelah berkonfrontasi dengan mas Gara. Akhirnya tanpa aku sadari,aku tertidur dipelukan mas Gara dengan posisi masih berdiri.

Bayangkan!

Aku tertidur dengan saling berpelukan dan dalam kondisi berdiri, senyaman itu pelukan mas Gara untukku.

Menyalakan lampu tidur diatas nakas, turun dari tempat tidur.
Aku melangkahkan kakiku menuju dapur.

Menuang segelas air dari dispenser,dan meminumnya hingga tandas.

Ku lihat jam dinding, yang sekarang menunjukkan pukul 03:00.

Menghela nafas panjang, ternyata masih dini hari..

Semenjak menikah dengan mas Gara,aku jadi biasa terbangun di jam segini. Karena Ruhi yang selalu terbangun ingin meminum susunya.

Dan sampai sekarang,aku tidak bisa merubah kebiasaan itu. Meskipun aku jauh dari Ruhi,aku merindukannya. Memikirkan bagaimana keadaannya tanpa aku,dan berujung dengan aku menangis karena merindukan dan mengkhawatirkan kondisinya.

Kembali ku langkahkan kakiku menuju kamar, entah kenapa aku merasa pengap.

Akhirnya aku memutuskan untuk membuka jendela kaca di kamarku, sedikit angin malam mungkin bisa sedikit memberikan kesegaran.

Ku buka jendela kaca dikamar ku, seketika itu juga dinginnya angin malam berhembus menerpaku. Dan menerbangkan anak-anak rambutku,ku pejamkan mataku. Mencoba untuk menikmatinya.

Keheningan dan angin malam, bukankah suatu kondisi yang mampu membuat tenang?

Ku dongakkan wajahku, membuka mataku. Kutatap bulan yang hampir sempurna, yang bersinar menerangi gelapnya langit malam.

Lalu tiba-tiba kurasakan tubuhku direngkuh oleh tangan-tangan kekar dari belakang,mas Gara memelukku tanpa mengenakan bajunya.

Menumpukan dagunya dibahuku"Kenapa disini malam-malam?.."

"Cari angin.."jawabku lirih masih dengan menatap bulan yang mulai tertutup sedikit awan.

"Angin malam tidak baik untukmu dan anak kita,sayang.."ujarnya, terdengar seperti sebuah gumaman.

"Sebentar saja,aku sedang ingin menikmati malam yang sunyi dan menenangkan.."pintaku.

Mas Gara menghela nafasnya panjang"Baiklah.."pasrahnya.

"Kenapa saat itu mas Gara berbohong?"tanyaku lirih.

"Kapan?"gumamnya.

"Saat aku telpon mas Gara, menanyakan dimana keberadaan mas Gara. Saat itu,aku sudah meminta izin mas untuk pergi berbelanja kebutuhan Ruhi bersama Ruhi dan pak Bimo.."ujarku.

Mas Gara menghembuskan nafasnya,gusar"Kamu tahu?"

Ku anggukan kepalaku"Aku melihat mas Gara dan mbak Sinta sedang makan bersama.."

"Padahal, seandainya mas Gara mengatakan dengan sejujurnya. Aku akan mencoba untuk mengerti,ada Ruhi diantara kalian. Yang harus kalian diskusikan berdua, tentang pendidikannya,masa depannya,dan tumbuh kembangnya.."

"Aku akan menempatkan diriku di tempat yang seharusnya, menjadi istri dan ibu sambung yang baik untuk mas Gara dan Ruhi. Meskipun aku tidak pernah menganggap Ruhi anak tiriku. Aku akan selalu menganggapnya sebagai putriku sendiri, putri kecilku.."lanjutku.

persimpanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang