17.Choice

170 7 0
                                    

Baru saja kubuka pintu kamar inapnya mas Gara,mataku langsung bertatapan dengan mata mbak Sinta.

Inginnya sih, setelah aku menutup kembali pintu itu. Aku langsung pergi begitu saja,namun apa daya?

Mbak Sinta malah menghetikan langkahku dengan mengatakan"Bisa kita bicara sebentar?"

Dan dengan tidak tahu dirinya,dia malah melangkah begitu saja. Mendahului aku menuju kantin rumah sakit.

Tadinya sih aku malas untuk berbicara dengannya, tapi aku juga ingin tahu. Apa yang akan dibicarakan olehnya?

Dan disinilah aku sekarang, terjebak dengan mantan istri dari suamiku ditengah-tengah ramainya pengunjung kantin.

Sedari tadi dia hanya diam dan menundukkan kepalanya,entah apa yang sedang dipikirkannya?

"Sebenarnya apa yang ingin anda bicarakan?"ujarku datar, membuatnya mengangkat kepalanya dan menatapku.

Lama-lama aku jengah juga, bila terus-terusan diam begitu. Bukankah tadi dia bilang,kalau dia ingin bicara?

Tapi bukannya bicara, dia malah terus-terusan diam dan menundukkan kepalanya.

"A..aku minta maaf,atas insiden kemarin. Tidak seharusnya aku melakukannya.."ujarnya,namun tidak terlihat menyesal sama sekali.

"Tapi aku tidak menyesalinya.."

See?

Apa ku bilang!

Kurasa dia sudah tidak punya urat malu lagi..

"Aku dan mas Gara,kami saling mencintai.."

Cih!

"Saling mencintai? Apa aku tidak salah dengar?"sinisku.

"Kalau anda mencintai mantan suami anda, seharusnya anda tidak meninggalkannya begitu saja.."lanjutku.

"Aku terpaksa.."lirihnya.

"Terpaksa?"tanyaku seraya menatapnya dengan sebelah alisku terangkat.

Menganggukkan kepalanya"Iya, saat itu aku menerima tawaran yang sejak lama aku mimpikan. Itu adalah jalan menuju terwujudnya cita-cita yang selama ini aku idam-idamkan, namun mas Gara dan keluarganya tidak setuju. Karena aku sedang hamil dan akan segera melahirkan. Mereka menginginkan agar aku tidak mengambil tawaran itu dan tetap merawat mas Gara dan putri kami kelak, selayaknya seorang ibu rumah tangga. Tapi,aku tidak bisa.."ujarnya seraya menundukkan kepalanya.

"Aku tidak bisa mengabaikan mimpiku begitu saja, hingga.. mamanya mas Gara memberikan aku pilihan, tetap menjadi ibu rumah tangga yang baik atau bercerai dan aku bebas melakukan apapun yang aku mau. Dan aku memilih.."ujarnya menggantung.

"Memilih bercerai, meninggalkan anak dan suamimu. Mengejar mimpi yang sudah kau idam-idamkan.."ujarku, melanjutkan ucapannya dengan datar. Membuatnya menganggukkan kepalanya, mengiyakan.

"Lalu apa alasanmu kembali?"lanjuku.

Kembali mengangkat kepalanya, menatapku dengan tatapan mata penuh tekad"Aku ingin kembali pada mereka!"

Egois!

Aku mendengus, sungguh aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat dan aku dengar ini.

"Setelah kau meninggalkan mereka begitu saja?"tanyaku sinis.

"Aku tahu,aku egois.."

Sangat!

Dia bangkit dari duduknya dan berlutut di hadapanku, mengundang atensi seluruh pasang mata dikantin ini.

Apa lagi ini?

Ratu drama!

Menengadahkan kepalanya, menatapku dengan memohon"Aku mohon, kembalikan suami dan anakku.."

persimpanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang