15.penghianatan?

149 5 0
                                    

Sudah beberapa hari ini rumah terasa begitu dingin,aku dan mas Gara masih terjebak dalam kebisuan kami.

Menghela nafas berat, jujur saja. Sebenarnya aku rindu dengan kebiasaan-kebiasaan yang sudah biasa dilakukan oleh kami berdua, hanya saja kebohongan mas Gara dan keegoisannya selalu membuatku berpikiran buruk.

Seandainya saja mas Gara mau menceritakan dan menjelaskan segalanya dengan jujur, aku rasa keadaan kami tidak mungkin seperti sekarang ini.

Hari sudah sangat siang, namun keadaan diluar sedang mendung. Sebentar lagi hujan akan turun, mengguyur ibu kota.

Menikmati hujan dengan ditemani coklat panas, sepertinya akan menyenangkan.

Ku langkahkan kakiku menuju dapur. Tepat di anak tangga terakhir, aku melihat bi Ani yang baru saja menutup telepon rumah.

"Siapa yang telpon bi?"tanyaku penasaran.

Berjenggit terkejut,bi Ani berbalik menghadap ke arahku seraya mengusap dadanya pelan"Eh Nyonya? Ngagetin saya aja!"

Sepertinya aku memang benar-benar mengejutkannya.

"Siapa yang tadi telpon bi?"kembali ku tanyakan, karena pertanyaanku tadi tidak mendapatkan jawaban apapun dari BI Ani.

"Eh iya,jadi lupa kan saya nyah?"ujarnya membuatku mengernyit.

Maksudnya bagaimana ya? Kok aku kayanya gagal faham nih..

"Itu,tadi tuan telpon.."

Mas Gara telpon ke telpon rumah?

Rasanya aku ingin menertawakan diriku sendiri, setidak berharganya kah aku?

Sampai-sampai untuk menghubungiku pun,mas Gara begitu enggan?

Aku jadi merasa benar-benar dianggap ada dan tiada.

"Tuan bilang ada dokumennya yang tertinggal dikamar,tuan minta saya buat mencarinya dan menyuruh saya untuk meminta pak Bimo agar mengantarkannya ke kantor Nyah.."lanjut bi Ani.

Lagi-lagi aku merasa hatiku diremas oleh tangan-tangan yang tak kasat mata, rasanya mataku sudah berkaca-kaca.

"Tuan bilang,tadi tuan sudah mencoba menghubungi ponsel Nyonya. Tapi ponsel Nyonya tidak bisa dihubungi.."lanjut bi Ani,lalu menundukkan kepalanya. Mungkin bi Ani merasa tidak enak, melihat raut wajahku.

Bohong!

Lagi-lagi mas Gara berbohong,pada kenyataannya ponselku selalu aktif dan selalu aku bawa kemana aku pergi.

Bahkan data selulernya masih aktif, karena baru saja ku gunakan untuk bertukar kabar dengan Galuh.

Aku merasa tidak enak hati pada Galuh, karena insiden tempo hari yang membuatnya mendapatkan lebam dipipinnya.

Untung saja Galuh tidak mengambil hati tindakan mas Gara, dia malah mengkhawatirkan kondisiku.

Dia bahkan menawarkan diri untuk menemui mas Gara dan menjelaskan semuanya, namun aku tolak.

Toh keadaan kami sudah seperti ini, bukan karena kesalah fahaman kemarin. Keadaan kami sudah seperti ini, karena ulah mas Gara sendiri. Dia berbohong dan menyembunyikan sesuatu yang seharusnya dibagi denganku, dengan istrinya sendiri.

"Masalahnya Nyah,pak Bimo sedang membawa mobil ke bengkel. Dan saya tadi lupa bilang sama tuan.."ujar Bu Ani dengan raut wajah cemasnya.

Menghela nafas panjang, baiklah..

Ku paksakan seutas senyum tipis"Biar saya yang cari dan antar sendiri,bibi lanjutin kerjaan bibi aja. Oh iya, saya juga titip Ruhi ya? Dia lagi tidur, saya gak tega mau banguninnya. Mana mau hujan gini.."

persimpanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang