06.Babby sitter

136 5 0
                                    

Hari ini, seperti biasanya. Aku bangun pagi.

"Mas.. bangun.."ujarku seraya menepuk-nepuk pundak mas Gara.

Hari ini mas Gara sudah mulai masuk kantor lagi, setelah satu minggu mengambil cuti untuk menikah.

"Mas.."lagi kupanggil namanya.

Mas Gara menggeliat, bukannya bangun. Mas Gara malah menarik dan memelukku"Mas ih..bangun. mas Gara kan harus kerja,hari ini.."ujarku seraya memberontak, mencoba melepaskan diri.

Sebenernya mas Gara sudah bagun sejak subuh tadi,dia bahkan menjalankan kewajiban lima waktunya.

Tapi, karena mas Gara begadang sampai larut malam. Akhirnya mas Gara tidur lagi.

"Hem.. sebentar lagi, biarkan seperti ini dulu.."gumamnya, enggan melepaskan pelukannya.

Menghela nafas panjang, untuk sesaat aku biarkan dulu keadaannya seperti ini.

Hening beberapa saat..

Kasian juga mas Gara, pasti cape banget..

Tapi, jantungku tidak mau diam. Terus saja berorkestra..

"Mas.. bangun ih..aku belum mandiin Ruhi.."lirihku, setelah rasanya sudah tidak tahan lagi dengan detak jantungku yang terus saja menggila.

Menghela nafasnya panjang,mas Gara bangun dari tidurnya. Mendudukkan dirinya, tanpa melepaskan pelukannya padaku.

Mengecup dahiku sekilas"Selamat pagi istriku.."

Perlakuannya ini sedarhana, namun manis. Hingga selalu mampu membuatku tersipu malu, dengan wajah memerah.

"Selamat pagi.."ujarku seraya menatapnya dengan tersenyum.

Mas Gara melepaskan pelukannya dan bangkit dari tempat tidur, membuatku merasa kehilangannya.

Mas Gara pun beranjak kekamar mandi, sedangkan aku melanjutkan aktivitasku.

Mulai dari membuka tirai jendela, dan menyiapkan pakaian untuk mas Gara.

Setelah seminggu menikah,aku sudah tidak canggung lagi untuk menyiapkan pakaiannya.

Tidak seperti diawal-awal. Ini salah satu kemajuan kan?

Setelah selesai menyiapkan keperluan mas Gara,aku beralih ke kamar putri kecilku melalui pintu penghubung yang ada diantara kamar kami.

Ini memudahkan kami untuk memantau Ruhi ketika malam hari.

"Selamat pagi putrinya mama Adis.."sapaku ceria saat melihat Ruhi sudah bangun,namun dia tidak menangis.

Kuangkat Ruhi kegendongan ku"Waktunya putri cantik mama Adis untuk mandi.."

Setelahnya aku membawa dan memandikannya.

***

Setelah selesai dengan Ruhi,kini aku berkutat di dapur, membuatkan mas Gara secangkir kopi.

Sedangkan Ruhi kuletakan di kereta bayinya,di ruang makan yang masih mampu terjangkau mataku.

Disaat aku sedang asiknya mengaduk kopi panas, kurasakan sepasang tangan kokoh memelukku dari belakang.

Ini sudah biasa terjadi sebenarnya,tapi entah kenapa jantungku sepertinya sulit sekali untuk terbiasa.

"Bi Ani kepasar ya?"tanyanya seraya menumpukan dagunya dibahuku.

"Hem..iya.."gumamku menjawab pertanyaannya.

Kulepaskan pelukannya,lalu berbalik menghadapnya.

Mas Gara mengangkat dasinya diudara, membuatku mengerutkan kening. Aku tidak mengerti.

persimpanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang