[29] Cacing

28 8 0
                                    

"Wah wah lo sisi nakalnya parah banget ya!" ucap Remima seperti emak-emak yang sedang memarahi anaknya.

"Bukan parah Rem, tapi emang tu anak minta di tampol dulu baru mau ngomong!" tambah Alvian.

"Cariin cacing pita , dia kan takut sama cacing, ntar pasti mau ngomong!" tambah Andy. Membuka kelemahan Tommy yaitu takut cacing.

"Seriusan takut cacing? Buahahaha gue ngakak astaga," tambah Emely.

"Ooh jadi itu, kalo ga nurut gue kasih cacing aja kali ya?" tanya Remima pada teman-temannya.

"Iyak betol tanpa salah!" tambah Andy.

"Betul tu ya nggak salah ege!" Alvian mengejeknya.

"Rem, lo lebih percaya ke gue apa mereka? Gue nggak takut tuh sama cacing, itu hoax!" tegas Tommy menekankan suara pada kata HOAX.

"Kalo untuk saat ini gue lebih percaya ke temen lo!" tambah Remima.

Dasar Remima, tadi merajuk, sekarang tertawa.

"Iya udah terserah kalian, gue mau tidur!" Tommy memilih menghindar karena takut jika mereka serius akan memberikan cacing kepada Tommy.

"Oh diusir nih? Oke kita pulang, yok temen-temen kita pulang!" tambah Andy menjelaskan maksud Tommy.

Tommy diam, menutup wajahnya dengan selimut dan tanpa suara sedikitpun.

"Wah bener-bener minta dicariin cacing ni anak!" tambah Alvian.

"Oh iya yan, gue minta nomor hape orang tua Tommy dong!" pinta Remima ingin memberitahu orangtua Tommy bahwa Tommy sedang di rawat di rumah sakit.

Tommy spontan membuka selimutnya. Dan berkata

"Jangan, udah biarin aja, kalo udah sembuh aja baru boleh kasih tau orang tua gue!" tambah Tommy.

"Lo kan perlu perhatian mereka juga Tom, bukan pacar lo doang!"  Emely menambahkan di angguki oleh Andy juga.

"Apaan nyebut gue?" tanya Remima.

"Eh temen-temen gue minta maaf ya kalo ada salah sama kalian, hehehe dimaafin nggak?" Remima tiba-tiba minta maaf.

"Iya di maafin," jawab semuanya serentak.

"Nggak mau!" Ucap Tommy berbeda dari yang lain

"Lo kenapa nggak mau?" Tanya Remima.

"Lo banyak dosa sama gue! Lo manggil gue seenaknya, lo ngejek gue, dan masih banyak lagi," jabar Tommy menjelaskan kesalahan yang dilakukan Remima.

"Iya udah gue akui gue salah!" tambah Remima dengan wajah memelas.

"Kondisi lo kayaknya udah baikan ya tom? Kami telpon mama papa lo ya?" tanya Remima.

"Yaudah silahkan aja." Tommy mengalah

Walau dalam hati Tommy berkata
"Kalian nggak perlu tau penyakit gue, makasih buat semuanya!" ucapnya dalam hati.

Tuttt ... Tuttt ... Tuttt

"Halo tante, tan ini Remima, Tommy ada di rumah sakit, tapi tante jangan khawatir, ini udah mau pulang kok tan hehe," jelas Remima jelas , singkat dan padat tanpa makna ganda.

"Beneran Rem? Dia nggak papa kan? Kalo dia nakal cubit aja Rem, yaudah hati-hati di jalan dan terima kasih Remima calon mantu wkkwkw," ucap mama Tommy sambil tertawa.

Dan kini mereka semua bersiap untuk pulang ke rumah, semuanya mengemasi barang-barangnya masing-masing. Sembari berbincang-bincang untuk menghilangkan rasa sunyi. Tommy di bantu Alvian dan Andy untuk menuju mobil, semuanya ikut menuju rumah Tommy.

Di mobil mereka bercanda tawa, apalagi si Andy sama Alvian yang receh pakek banget. Bikin suasana mereka ga bosan. Eh tunggu dulu. Perasaan Alvian belum dibalas oleh Emely.

Sesampai di rumah Tommy. Semuanya disuruh masuk ke dalam, menginap juga, mengingat bahwa waktu sudah larut malam.

"Kalian semua nginep disini aja ya, santai banyak kamar  kosong kok di rumah," tawar tante Renata, mama Tommy.

"Ehh gapapa nih tan? Ntar kami ngerepotin tan," tanya Remima.

"Iya tan, ntar malah tante yang repot hehehe," tambah Emely.

"Tante suka di repotin kok, hehehe, udah disini aja ya kalian, temenin Tommy, tu anak kesepian banget kayaknya, lihat aja pandangannya kosong kayak gitu," jelas mama Tommy dengan argumennya yang kuat.

"Kami sih oke aja," ucap Andy dan Alvian bersama. Karena mereka sahabat Tommy jadi sudah terbiasa menginap.

Tante Renata sudah menyiapkan makanan untuk mereka semua. Lengkap dan komplit. Pas banget mereka sedang kelaparan.

"Wah pas banget ya! Ada makanan enak, serangggggg!!!" ucap Andy.

"Kasian ya yang jomblo nggak ada yang nyuapin," sindir Remima.

"Sewot aja sih lu daritadi," tambah Andy.

"Yan, emm ... Ma ... Ma ... U gue suapin nggak?" Tanya Emely sudah mengumpulkan segenap tenaga untuk mengucapkan kalimat itu, disertai rasa grogi yang berlebihan . Tangannya dingin hanya karena ingin berkata kalimat itu, tak lupa di pipinya sudah blushh semerah tomat.

Sedangkan Alvian terkejut, pipinya merah tanpa blush on. Alvian sangat malu, walau status mereka belum jelas, rasanya sudah sangat bahagia sekali..

"Emh eh ... Hemm ... O ... Oke makasih." Alvian tak mampu menahan senyumnya, rasa bahagia yang belum pernah ada.

"Aaaa ... Nyam nyam."  Alvian mengunyah nya dengan nada manja. Aaaaa bahagia sekali hueeee.

Andy hanya diam melongok dan bengong melihat mereka punya pasangan masing-masing, sedangkan dia sendirian, yaudah dia makan sambil tutup mata.

"Hahahaha kasian si Andy!  Ngakak banget gue ngeliat wajahnya yang memelas dan tatapan kosong itu," ucap Remima yang sedang bersiap akan menyuapi Tommy.

Sedangkan Tommy sendiri, dia juga bengong, dia memikirkan kerusakan sumsum tulang belakangnya. Ada rasa takut, namun itulah kenyataanya, dia bisa sembuh tapi kemungkinannya tidak terlalu besar.

TBC

Jangan lupa vote dan komentarnya ya!

Tommy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang