[28] Sebuah Secret

21 7 0
                                    

Obrolan mereka terus berlanjut, dan tiba-tiba Emely dan Alvian datang.

"Nih gue bawakin makanan, gue tahu kalian semua laper!" ucap Alvian Pede.

"Eh gue yang beli, gue yang milih juga jadi makasihnya sama gue aja!" tambah Emely. Entah kenapa Emely jadi tambah akrab bersama mereka.

"Udah, masalah makanan aja di ribetin hadeuh dasar anak-anak!" ucap Andy  seperti bapak-bapak yang menasihati anaknya.

"Enak aja lo! Kami tuh udah besar bukan anak-anak lagi!" tambah Alvian tak Terima di ejek seperti anak-anak.

"Lah bukannya malah bagus jadi anak-anak. Jadi kita imut lagi yeyyy!" tambah Remima yang menolak pendapat Alvian.

" Baiklah saudara dan saudari, sesi debat akan segera kita buka, kepada saya sendiri dipersilahkan untuk menjadi moderator! " ucap Tommy mendatangkan keheningan.

" Apaan sih tom! Ini bukan sesi debat! " tambah Remima.

"Ini sesi mengutarakan pendapat tau! " tambah Emely membela Remima.

" Kenapa nggak di selatan in? Kenapa harus di utara in? " tanya Tommy.

" Tommy lo mulai ngeselin lagi ya! Gue pulang nih! " ancam Remima kepada Tommy.

" Yaudah pulang aja sana husssh gue ga butuh, " tambah Tommy merespon ancaman Remima.

"Yaudah beneran nih? Oke bye! " Remima langsung membalikkan tubuhnya berniat untuk pulang saja karena kesal dengan sifat Tommy.

Tapi harusnya dia bisa memakluminya, udah  tau Tommy  masih aja di jadiin pacar! Dasar Remima. 

Namun  telapak tangan dan jari Tommy menahan pergelangan tangan remima.

" Ngapain lo pegang tangan gue?!!! " tanya Remima merajuk.

" Fiuitt. Kami jadi kacang nihh!! Yan pulang aja kuy! " ajak Andy karena mereka hanya sibuk berdebat berdua dan mengacuhkan keberadaan Teman-nya.

" Karena gue nggak mukul lo, paham ? " tanya Tommy mengalihkan pembicaraan.

" Kasian lo hahahah, masih jomblo kan lu! " ejek Alvian terhadap Andy yang kenyataannya memang masih setia menyendiri.

"Sombong amat lu kutu monyet! Diterima juga belom" ejek Andy balik.

" Lepasin gue! " titah Remima.

" Nggak mau! " Tommy menarik Remima sampai jatuh ke pelukannya.

1 detik, dua detik, tiga detik, semuanya bengong, situasi macam apa ini? ..

Tok... Tok... Tok

" Permisi ya kakak-kakak, kak Tommy nya mau diperiksa dulu ya, tolong keluar sebentar ya,"
ucap dokter Ridwan.

" Wahh dokter ganteng amat hehehe." Remima memuji dokter itu. Dasar Remima cari perhatian sama dokter.

" Ekhemm ...." Tommy berdehem keras.

" Dah tu entar cowok lo ngamuk bahaya rem! " ucap Andy mengajak Remima keluar dari ruangan Tommy.

" Iya dehhh, yan, mel yok!! " ajak Remima.

Mereka keluar dari ruangan Tommy. Dokter memeriksa Tommy  dan berita nya semakin buruk. Kondisi Tommy semakin parah, walau tak diketahui orang disekitarnya, bahkan ayah dan ibu Tommy juga tidak tau.

" Tom, sumsum tulang belakang Tommy semakin buruk, kami takut akan terjadi apa-apa pada nak Tommy! " ucap dokter itu berkata yang sebenarnya.

" Tapi Tommy masih sehat tuh dok, hehe" Tommy cengengesan.

" Iya sekarang, tapi efeknya nanti akan terasa tom, itu berpengaruh ke syaraf kamu, ke kinerja tubuh kamu! " ucap dokter itu menjelaskan.

" Tapi Tommy bisa sembuh kan dok?  " tanya Tommy memelas dengan memasang puppy eyesnya.

" Bisa tom, namun inget ya segala kemungkinan itu ada, yang membedakan hanya skalanya saja! " ucap dokter itu bijak.

" Jadi Tommy masih bisa kayak yang lain kan dok? " tanya Tommy.

" Bisa, semoga saja, kami akan berusaha sekeras mungkin," ucap dokter itu.

" Dok, Tommy boleh minta tolong nggak? Rahasiain kerusakan sumsum tulang belakang, ya walaupun sudah lama, tapi Tommy nggak mau mereka khawatir sama Tommy dok," jelas Tommy memohon pada dokter untuk merahasiakannya.

" Tapi ini sudah lama tom, kamu juga kalo kontrol ke sini diam-diam, bukankah lebih baik kalau mereka tau? " tanya dokter itu balik, mereka sudah lama saling mengenal.

" Jangan dok, biar Tommy aja yang ngerasain sedih, mereka nggak boleh sedih dok," jawab Tommy. Tommy agak sedikit terbuka jika berbicara dengan dokter itu, dokternya ramah

" Okelah tom, dokter tinggal dulu, kasian temenmu nungguin di luar hehehe," ucap dokter itu cengengesan.

"Tapi inget tom, kondisimu semakin memburuk, jangan banyak beban pikiran ya, karena itu juga berpengaruh, " nasihat dokter itu kepada Tommy.

" Iya dok makasih ya udah mau rahasiain." Syukur Tommy karena dokter Ridwan mau di ajak kompromi.

" Sama-sama tom," jawab dokter itu.

Dokter itu keluar dari ruangan Tommy.

" Kalian boleh masuk lagi kakak-kakak," ucap dokter itu.

" Makasih dok, Tommy gimana dok? Gak papa kan? " tanya Remima khawatir.

Awalnya dokter itu hanya diam saja.
Namun kemudian menjawab.

"Kalian bisa melihatnya sendiri," ucap dokter itu tersenyum ramah.

Mereka langsung masuk lagi ke ruangan Tommy.

" Tom, papa mama lo mana? " tanya Remima.

" Belom gue kabarin hehehe." Tommy cengengesan.

TBC

Jangan lupa vote dan komentarnya, ya!

Tommy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang