Epilog

69 7 0
                                    

Tommy menjalani kehidupan di sekolahnya dengan tak bersemangat dan tak ada yang menyenangkan, padahal dia tak lama lagi akan ujian, namun rasanya hampa, dia tahu bahwa Daffa berpindah ke SMA RAZARDA juga, mungkin mereka bisa menjadi teman.

Semuanya tidak ada yang bisa menebak, orang yang terlihat kuat bisa saja lebih lemah dibanding dengan orang yang mengaku lemah, tak sedikit orang yang mengatakan bahwa dia bahagia, namun beban yang dirasakannya sangatlah berat tidak wajar.

Hari ini bahagia, bisa saja besok menjadi duka.

Namun Tommy tetap siap menjalani ujiannya. Walau dia masih khawatir akan penyakitnya yang jika dioperasi sangat kecil kemungkinannya untuk sembuh.

Di saat ujian, inilah yang dirasakan Tommy. Emosinya mulai kacau akibat dari penyakitnya. Orang disekelilingnya bingung terhadap tingkah Tommy. Karena tidak ada satupun yang tau. Tommy tiba-tiba terjatuh tak bisa bergerak. Ya karena kerusakan saraf sumsum tulang belakang bisa menyebabkan kelumpuhan anggota gerak. Ya fungsi saraf motorik dan sensorik Tommy menghilang.

Dan itu tidak diketahui siapapun  orang, kecuali dokter Ridwan.

Alvian dan Andy membawa Tommy ke rumah sakit. Umumnya, pasien dengan kondisi cedera saraf tulang belakang akan dirawat di Intensive Care Unit (ICU). Kondisi ini tidak hanya akan ditangani oleh dokter spesialis saraf, tetapi juga dengan melibatkan dokter spesialis bedah tulang, dan spesialis terapi cedera saraf tulang belakang.

Kedua sahabat Tommy sangat khawatir. Karena Tommy tidak pernah menceritakan penyakitnya kepada mereka.

Tommy masih sadar, dan dokter bilang bahwa kondisi Tommy kian membaik, dengan jalan operasi Tommy mungkin bisa di selamatkan.

Sahabat dan keluarga Tommy tak ada pilihan lain, sehingga mereka mengizinkan Tommy untuk di operasi.

Di satu sisi, Remima juga masih dalam kondisi belum sadarkan diri.

Tommy terbangun, dan dia melihat tubuhnya terbaring dengan berbagai peralatan medis yang digunakan oleh dokter dan perawat untuk mengoperasi Tommy.

"Apa gue sudah mati? " Tanya Tommy, dia mencoba menyentuh benda, namun tak tersentuh.

"Gue beneran mati? Bagaimana dengan Remina kalau gue mati?" Tanya Tommy.

Tommy berjalan keluar, dan melihat disana ada orang tua Tommy yang terisak menangis. Kedua sahabatnya juga, namun mereka menahan air matanya.

"Apa yang bisa gue lakuin sekarang? " Tommy bertanya pada dirinya sendiri.

Karena ternyata rumah sakit Remima dan Tommy di rawat adalah sama tempatnya hanya beda ruangan saja. Sehingga jiwa Tommy mencoba menuju ke tempat Remima  dan di lihatnya. Jiwa Remima yang sedang di masa koma terlihat menangis.

Tommy mendatanginya, tentu saja  dia bisa menyentuh Remima, karena mereka pada kondisi setengah mati dan hidup, antara hidup dan mati.

"Rem! " Panggil Tommy.

" Kok lo bisa ngeliat gue tom? Apa jangan-jangan kondisi lo ...? " Tanya Remima yang terisak.

" Iya, gue sudah lama punya kerusakan saraf sumsum tulang belakang! Maaf gue nggak cerita sama lo rem! Gue minta maaf atas semuanya, gue yakin lo bakalan jadi lebih baik, tetap semangat rem, lo masih bisa hidup seperti yang lainnya. " Tambah Tommy merasa bahwa ia akan berpisah selamanya dengan Remima.

" Tomm, jangan pergi, biar gue aja tom! " Remima menangis menjadi-jadi, walau tak terdengar oleh siapapun.

" Maaf rem, lo cepet sadar ya, semangat! " Tommy meninggalkan Remima yang menangis.

Tommy melihat  jasadnya sedang di operasi dengan berbagai macam alat bedah. Tommy merasa nyeri melihat jasadnya yang seperti itu.

Dia hanya berharap kepada Tuhan agar dia diberikan kesempatan untuk hidup. Semuanya hanya tinggal menunggu waktu.

Namun tiba-tiba Tommy mendengar suara Ratih. Tak ada rupa, hanya suara saja. Aneh sangat aneh.

" Tommy, lo harus kuat, lo bisa ngelewatin ini! "Tom, gue minta dan sangat memohon untuk lo pertahanin Remima, itu jika takdir mengizinkan lo masih hidup. Terima kasih"

Dokter sangat serius menangani Tommy. Dan.... Damn it! Nyawa Tommy tak tertolong. Penyakitnya sudah sangat parah.

Kisah Tommy berakhir seperti ini, tanpa arah dan dalam sekejap, namun Tommy berakhir dalam keadaan tersenyum. Dia merasa bahagia telah ada orang yang selalu bersamanya . Dan Remima, Tommy yakin dia akan sembuh, ini hanya tentang waktu

Ingatlah bahwa takdir tidak ada yang tahu, hari ini masih bernapas, bisa saja besok sudah bernapas namun di beda alam.

[ T A M A T ]

Tommy :")

Huhuhu ... Kenapa ini? :") Ayo guys, Al-fatiha buat Tommy :")

Thanks ryan_infinite

Tommy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang