Chapter 9. Hanzel

911 72 35
                                    


Masih pagi yang sama, udara yang sama juga pemandangan yang sama, ziya berjalan turun dari kamar tepatnya kamar yg di siapkan maminya untuknya menginap

Ziya duduk di meja makan dimana mami papi dan abangnya sudah duduk tenang

Ziya duduk dan mulai memakan makanan yang di siapkan hingga

"MOMMYYY!"

Ziya menoleh mendapati Kila si buntelan yang tak ingin ziya anggap anak itu berlari dengan switer tebal juga boneka kelinci di tangannyaa

Kila langsung memeluk kaki ziya, mendusel lalu merentangkan tangannya ingin di gendong

"Kila sama siapa kesini" Syok Ziya

Kila menunjuk pintu dimana Dhirga ikut masuk dengan senyum tampannyaa

"Pagi Ma, Pa"

Dhirga berdiri di depan ziya menyalami tangan mami dan papinya

"Ko kesini?"

Dhirga terkekeh mengusap pucuk kepala ziya

"Kan kemarin aku bilang kangen"

Blush

Ziya mati matian nahan senyum

"Mommy gendong gendong"

"Kila sini sama kakek"

Kila menoleh lalu tersenyum menunjukan deretan gigi susu yang tersusun rapih lalu berjalan dan berusaha naik ke atas kursi meja makan di bantu papi

"Kila mau nenek suapi"

Kila mengangguk semangat

"Kila sayang dari rumah berangkat jam berapa" Tanya Mami sambil sesekali menyuapi kila

Si buntelan keliatan mikir

"Dali jam empat cubuh nek, Daddy bangunin kila, katanya Daddy gabica tidul mikilin Mommy dicini"

Sontak satu keluarga tertawa kecuali Ziya yang kini pipinya semerah tomat

"Ziy Ajak Dhirga ke kamar biar istirahat"

Ziya mengangguk lalu berjalan lebih dulu di susul Dhirga di belakang

Sesampainya di kamar Ziya melihat Dhirga langsung merebahkan diri di kasur menatap langit langit

Sedangkan ziya hanya diam mematung bingung harus apa

Ia heran dengan dirinya sendiri, dulu di tolak dengan keji pun dirinya tak kehabisan akal dan cenderung agresif tapi kini

Rasanya semenjak punya anak rasa malu malunya malah baru muncul

Dhirga tersenyum menepuk sebelahnya isyarat agar ziya ikut berbaring

Namun emang dasarnya si cantik lemot juga otaknya kurang separo, tu anak cuma diem mikir mungkin Dhirga lagi nepukin debu di kasur

Dhirga duduk menatap Ziya yang masih berdiri tegak kaya lagi upacara, tangan Dhirga terulur menarik tangan ziya

Ziya yang tak siap oleng terjatuh tepat di dada bidang Dhirga dengan posisi Dhirga di bawah sedang ziya di atas

Dhirga tersenyum melingkarkan tangannya ke pinggang ramping ziya dan memeluknya

"D-Dhirga"

Dhirga semakin mengeratkan pelukannya

"Manggil apa barusan hm"

"Kak Dhirga"

Dhirga tak juga melepaskan pelukannya

"M-mas"

STALKER II : Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang